Hallo, Tuan Ajaib. Tiba-tiba saya ingin menulis surat ini untukmu. Mungkin saat ini kita belum saling mengenal. Kamu mungkin sedang asyik belajar agar segera lulus atau kamu sibuk kesana kemari mengurus sesuatu karen kamu sedang bekerja. Kamu mungkin ada di belahan dunia lain. Di rentang waktu yang berlainan pula. Kamu mungkin seorang mahasiswa, pegawai bank atau hanya lelaki biasa yang penuh kehangatan. Semua mungkin saja terjadi, Tuan.
Sebaliknya, bisa saja kita sudah saling mengenal. Kamu mungkin teman semasa kecil saya atau lelaki yang biasa saya temui di sela kesibukan. Saat ini kamu belum tertarik pada saya begitupun sebaliknya. Kita bisa saja sering bicara tapi belum menemukan titik kenyamanan. Atau mungkin kamu sedang berpacaran dengan perempuan populer. Bisa juga kamu sedang mengejar perempuan impianmu. Semua mungkin saja terjadi, Tuan.
Nah, kenapa saya mengirimkan surat ini padamu, Tuan? Karena kamu harus tahu. Saya tidak berharap kamu akan datang secepatnya. Tidak, tidak. Ini bukan masalah cepat atau lambat. Bukan itu intinya. Ketika kita bertemu, yang entah kapan itu, saya harus berada di kondisi yang siap. Begitu juga dengan kamu. Ketika sudah ada kata mufakat untuk saling melibatkan diri, kita sampai pada fase penuh keajaiban. Itulah mengapa saya menyebutmu “Tuan Ajaib”.
Kamu haruslah ajaib. Membuat semuanya menjadi ringan dan mudah. Tanpa harus mengucap mantra sihirpun, semuanya menjadi penuh keajaiban. Kamu membuat saya “klik”. Mata kamu sudah bisa menjelaskan semua. Tak perlu lagi bicara omong kosong hanya untuk meyakinkan segala sesuatunya. Bersama kamu, terjebak dalam kemacetan selama 24 jam pun tak jadi soal. Karena kamu mampu mencairkan suasana. Membuat keluhan menjadi kenikmatan. Kamu, si Tuan Ajaibku.
Saya pun harus menjadi ajaib. Nyonya Ajaibmu. Ringan dan manis seperti kembang gula. Mari kita pintal hidup penuh keajaiban ini bersama.
Terima kasih sudah membaca surat saya,
Salam.
*dengan sedikit ubahan*
0 komentar:
Posting Komentar