Atau yang lebih kita kenal dengan Car Free Day, tampaknya memang sedang jadi trend di kota-kota besar, pemerintah kota berlomba-lomba mengadakan Car Free Day setiap minggu pagi. Mereka menutup beberapa jalan, sehingga jalanan tersebut lenggang dan bebas dari kendaraan sehingga para manusia bisa melakukan gulang guling sesuka hatinya. Salah satu contoh Car Free Day yang saya tahu adalah Car Free Day yang diadakan di sepanjang jalan Dago Kota Bandung dari pukul 6 pagi hingga pukul 10 pagi. Semua warga Bandung beramai-ramai mendatangi jalan Dago, mulai dari sekedar jalan pagi, senam pagi, hingga jajan sarapan pagi. Beramai-ramai membawa sepeda, otop
ed, skateboard, hingga sepatu roda sambil menyusuri jalan Dago, karena selama 6 hari dalam satu minggu, jalan Dago hanya 'dikuasai' para pengguna kendaraan bermotor.
Tapi, apakah sebenernya
tujuan utama dilaksanakannya Car Free Day? Apakah untuk menjadikan jalan Dago sebagai sarana tempat berolahraga seperti lapangan olahraga Sasana Budaya Ganesha?
Menurut saya pribadi, sebenarnya tujuan diadakan Car Free Day pada hari minggu pagi itu adalah untuk pencerdasan kepada masyarakat mengurangi penggunaan kendaraan bermotor di Jalan Dago, sehingga mengurangi kemacetan yang sekarang sudah merajalela di Bandung, apalagi di Jalan Dago yang di sepanjang jalan tersebut penuh dengan Factory Outlet. Dengan kesan yang implisit, bukankah jalanan tanpa kendaraan menyenangkan?
Selain itu, menurut saya, para pejalan kaki yang biasanya mendapatkan space yang sedikit sekali di jalan raya, diberi kesempatan untuk merasakan betapa luasnya jalan raya yang selama ini hanya digunakan oleh kendaraan bermotor.
Benarkah Car Free Day di Jalan Dago berhasil?
Menurut saya sih, belum berhasil masih gagal, walaupun saya tidak kuliah di jurusan planologi yang memang memilki kemampuan khusus tentang permasalahan seperti ini, tapi saya berani mengatakan ini gagal. Faktanya, banyak warga Bandung sendiri yang mengeluhkan adanya Car Free Day ini, kenapa? Karena ternyata malah membuat kemacetan di spot-spot lain.
Kenapa bisa terjadi? usut punya usut, dan kebetulan saya pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri, ternyata warga Bandung yang ingin merasakan indahnya Car Free Day, malah datang ke lokasi Car Free Day dengan menggunakan kendaraan misalnya mobil, dan mereka memarkirkan kendaraan mereka, di lokasi sekitar Jalan Dago, dan ternyata bukan hanya satu dua mobil, tapi mencampai (mungkin) ratusan, sehingga itulah menyebabkan kemacetan.
Selain itu, karena beberapa ruas jalan ditutup, mengakibatkan menumpuknya laju kendaraan lokasi yang tidak ditutup sehingga ini juga menimbulkan kemacetan pada hari Car Free Day, mengenaskan...
Mungkin, niat pemerintah Kota Bandung sudah baik, yaitu mengadakan Car Free Day agar lalu lintas kota Bandung menjadi lebih lancar lagi, tetapi mungkin (lagi), kurang sosialisasi dan pencerdasan mengenai esensi dan pentingnya tujuan diadakan Car Free Day ini, sehingga warga Bandung sendiri tidak mengerti kenapa ada Hari Bebas Mobil?
saya sendiri sebenarnya tidak tahu, tujuan utama dari pemerintah Kota Bandung mengadakan Car Free Day, dan tulisan di atas hanyalah asumsi saya mengenai alasan diadakannya Car Free Day
selain di Jalan Dago, hari Sabtu lalu, tanggal 25 September 2010, tepatnya pada saat ulang tahun ke 200 Kota Bandung, teman-teman dari Keluarga Mahasiswa ITB berupaya mengadakan dan mengajak teman-teman ITB untuk melakukan Hari Bebas Mobil di lingkungan sekitar ITB. Diadakan Hari Bebas Mobil ini agar teman-teman ITB dapat berpartisipasi dalam pengurangan kendaraan bermotor (tidak hanya mobil) yang biasanya mengakibatkan kemacetan disekitar ITB seperti Taman Sari dan Jalan Dago (CMIIW).
Sayangnya, acara ini tidak berlangsung dengan sangat baik, karena beberapa teman-teman ITB masih membawa mobil dan motor, mungkin dikarenakan rumahnya yang cukup jauh dan malas menggunakan kendaraan umum. Selain itu, event yang terkesan mendadak ini (karena baru direncakanan sekitar 1-2 minggu sebelumnya) mengakibatkan kurangnya sosialisasi dari teman-teman KM ITB kepada massa kampus.
Saran saya jika memang benar-benar 'niat' untuk mengajak teman-teman ITB mengurangi penggunaan kendaraan pribadi seperti motor atau mobil, dan mengajak teman-teman ITB agar lebih memilih menggunakan angkot, sepeda, atau berjalan kaki. Apalagi menurut informasi dari penjaga parkiran SR, bahwa setiap tahun terjadi peningkatan jumlah kendaraan di ITB, parkiran mobil yang biasnya hanya satu lapis menjadi dua lapis, apalagi untuk kendaraan bermotor yang meningkat secara signifikan. Mungkin acara seperti Car Free Day ini, tidak hanya dilakukan satu kali saja karena memang sangat bagus, tetapi harus dicanangkan menjadi perbulan, sehingga teman-teman ITB mengalami suatu pencerdasan yang tidak secara spontan tapi perlahan-lahan dan dengan sendirinya akan mengubah 'culture' atau 'habit' menggunakan kendaraan pribadi dan menjadi pengguna kendaraan umum, pengguna sepeda, bahkan pejalan kaki.
Setahu saya, Jepang membutuhkan 10 tahun (CMIIW) untuk mebudayakan jalan kaki dan penggunaan public transportation, selain itu pemerintah kota Jepang juga menyeimbangkan dengan pembenahan public transportation menjadi lebih baik lagi, seperti kereta bawah tanah (shinkansen) yang super cepat itu.
0 komentar:
Posting Komentar