Jadi sebenarnya PAUD itu seharusnya dimulai sejak dini, yaitu sejak di dalam kandungan hingga berumur 5/6 tahun. Pendidikan yang diberikan sejak dalam kandungan bisa berupa lagu-lagu yang merangsang terbentuknya otak semacam Mozart atau Beethoven atau jika muslim bisa diperdengarkan dengan ayat-ayat suci Al Quran. Interaksi antara orangtua dengan calon bayi, berupa obrolan ataupun sentuhan kepada perut bisa memberikan efek terhadap perkembangan psikologis calon bayi.PAUD yang setelah lahir, seharusnya dimulai sejak 0 -6 tahun, dimana ada parameter ketercapaian pendidikan setiap umurnya.PAUD bisa berbentuk formal, informal, bahkan non-formal. Nah, kategori PAUD yang saya kelola bersama teman-teman, Sekolah Bermain Balon Hijau, termasuk kategori PAUD non-formal. Dimana tujuan kami mengadakan sekolah ini memberikan pendidikan kepada anak-anak tetapi dalam bentuk bermain.
Ada yang memilih memutuskan tali persahabatannya, karena sudah berbeda ketika berada di simpang jalan. Lalu mereka memilih jalan yang berbeda.
Ada yang memilih bertahan untuk menunggu cintanya, padahal cinta yang lain juga menunggunya. Tapi, ada juga yang memilih untuk berpindah, kemudian bergerak jalan hingga menemukan yang baru.
Ada yang memilih untuk tidak mendapatkan apa-apa, daripada mendapatkan banyak hal tetapi tak bahagia.
Ada yang memilih untuk tetap berada di zona nyamannya. Namun, ada pula yang lebih memilih bertualang, mencoba sensasi baru dan meninggalkan yang lama.
Semuanya tentang memilih bukan? Dan masing-masing mereka memiliki alasan dibalik itu semua.
… dan (akhirnya) saya memilih untuk bertahan di sini, dengan segala keterbatasan yang ada. Tanpa harapan apa-apa, tanpa pengalaman yang mungkin kalah luar biasa. Tanpa janji masa depan yang mapan. Tanpa gelar prestisius luar biasa. Tanpa riuh tepuk tangan tanda terimakasih.
Semua orang punya alasan saat memilih, begitu juga saya.
Karena menurut tiap orang sudah ditunjukkan jalannya masing-masing, tapi mereka berhak memilih. Dan saya, dia, kamu, mereka tentu sudah tahu konsekuensi dari tiap pilihan itu masing-masing, lalu berjanji menjalani pilihan itu dengan sebaik-baiknya.
Hidup adalah pilihan, dan tiap pilihan memiliki konsekuensinya masing-masing.
Oh, Tuhan yang Maha Baik, aku tak pernah tahu jalan yang kupilih sekarang adalah yang terbaik atau bukan, tapi aku tak pernah berhenti berharap agar Kau selalu mengiring jalanku. Karena tanpa-Mu, hidupku takkan pernah berarti.
- medan magnet kuat,
- bipolar,
- temperatur lebih rendah dari sekitarnya (~4000 - 5000 K) atau tampak gelap,
- ukuran ~ 1500-50,000 km,
- umur jam - bulan
Kalo ditanya sama orang, apa yang paling susah di hidup ini menurut kamu, Nay? Saya akan jawab,
'Bersabar, ikhlas, dan mencintai karena Allah.'
Tapi dari ketiga tersebut yang saya paling belum bisa (atau sebenarnya saya ga sadar kalo saya bisa) adalah mencintai karena Allah. Bahkan definisi mencintai karena Allah-pun saya sebenernya belum terlalu paham.
Mari kita bandingkan ketiga tersebut.
Bersabar misalnya, ini masih bisa dilakukan walau sulit. Bersabar menunggu mendapatkan pekerjaan yang tepat. Bersabar menghadapi orang-orang yang berbeda pandangan. Bersabar terhadap kritikkan dengan cara tidak dengan hati yang panas menghadapinya tetapi dengan kepala dingin menyaring kritikan. Mudah bukan? Sebenarnya mudah, hanya saja kadang hati terlalu batu untuk bersabar, bukan tidak bisa.
Kemudian, ikhlas. Nah ikhlas ini sering ga masuk logic. Tapi ikhlas menghadapi segala kejadian dalam hidup baik buruk maupun baik. Ikhlas 'cuman' dapet gaji segini, karena memang sudah semampu kita. Ikhlas dengan segala pemberian-Nya kepada kita, karena memang sudah rezekinya.
Nah, kemudian yang terakhir tanda tanya terbesar saya terhadap, 'Bisa ga sih mencintai karena Allah?' Waktu pertama kali baca Hafalan Shalat Delisha, saya bener-bener bertanya-tanya, pada bagian, 'Delisha cinta ummi karena Allah.' Gimana caranya, nak, kamu bisa mencintai ibumu karena Allah?
Kalo dipikir-pikir, mencintai karena Allah itu kompilasi lengkap dari ilmu bersabar dan ikhlas. Nah, loh, ribet banget Ya Allahhhh, mau berbakti ajah banyak banget harus belajar.
Baik bersabar ajah, ataupun ikhlas ajah, udah susah banget. Apalagi harus digabung jadi satu. Sampai saat ini, saya masih belum tahu, apakah saya mencintai orangtua saya karena Allah atau karena saya memang harus mencintai mereka karena saya harus mencintai mereka. Atau saya mencintai pekerjaan-pekerjaan saya, memang karena saya yang telah jatuh cinta terhadap itu semua, atau karena saya mencintai karena Dia.
Tapi susah itu bukan berarti ga bisa. Everything starts from a word, Possible. Ga ada kata yang namanya terlambat. Mungkin hari ini masih belum bisa bilang, 'mencintai karena Allah.' Tapi besok-besok kalo mau berusaha mencintai sesuatu libatkan Allah dalam proses jatuh cinta-nya. Allah suka ga sih kita jatuh cinta sama si dia, atau si dia membawa kebaikan atau membawa kita ke surga ga sih.
Semoga nanti kita semua termasuk ke dalam bagian manusia yang mencintai segala di dunia ini karena Allah, aamiin.
Doakan yah biar bisa diterima antara SBM atau Ekonomi, aamiin.