kedewasaan
barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang beruntung. bila hari ini sama dengan kemarin berarti orang merugi, dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin adalah orang celaka
sometimes people write the things that they can’t say
"dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah" (HR. Muslim)
kedewasaan
barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang beruntung. bila hari ini sama dengan kemarin berarti orang merugi, dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin adalah orang celaka
Semalem gue abis nangis bombay gara-gara nonton film Bollywood, judulnya Every Child is Special. Tertarik banget nonton ini gara-gara adik gue bilang film ini mirip-mirip 3 Idiots, bagus. Karena liat producer sama directornya Aamir Khan (yang main 3 Idiots) jadilah gue bersemangat untuk menonton. Ternyata pas liat tahunnya film ini bahkan lebih tua daripada 3 Idiots, keluaran tahun 2007, tapi guenya ajah yang telat nontonnya.
Film ini menceritakan tentang seorang anak yang mengalami dislexia, tidak bisa membaca, menulis, berhitung, bahkan banyak hal-hal yang dapat dikerjakan oleh anak berumur 8-9 tahun tetapi dia tidak bisa melakukannya, memakai baju dengan benar, memasang tali sepatu, bahkan kemampuan melempar bola dengan benar. Sayangnya nih, orangtua sama guru-guru di sekolah anak ini, Ihsaan namanya, ga sadar kalo nih anak ‘berbeda’ dari anak-anak lainnya, Ihsaan lebih jago melukis daripada mengerjakan soal matematika dan bahasa, Ihsaan pun agak susah menangkap apa yang sering dijelaskan oleh orang lain, akhirnya si Ihsaan berkali-kali dibilang bodoh bahkan idiot. Sedih banget yah. Padahal yang dibutuhkan Ihsaan bukan hinaan, cacian, dan kemarahan, tapi yang dibutuhkannya adalah kasih sayang dan pengertian. Kenyataannya memang dia tidak bodoh, hanya saja memiliki sesuatu yang berbeda dengan anak lain. Dan gue juga baru tahu ternyata Pablo Picasso, Albert Einstein, Abishek Bachan, Agatha Cristie, dan masih banyak orang sukses lainnya, dulu kecilnya mengalami dislexia, dan mereka melewati masa kanak-kanak yang cukup berat. Karena dipandang sebelah mata oleh lingkungannya.
Every child is special
Kenyataannya memang seperti itu. Beberapa bulan di SKHOLE (pamer, hahaha) udah buat gue banyak belajar tentang anak-anak (sekalian latian jadi mama yang baik, kya kya, apa deh). Di sana gue tahu ternyata memang kemampuan anak-anak berbeda-beda. Kenyataannya memang semua anak kecil di dunia ga ada yang nakal, adanya spesial. Mereka mempunyai kelebihan masing-masing. Di rumah belajar sangkuriang, ada seorang anak yang namanya Diva, nih anak saat pertama kali kenal, bandelnya luar biasa, tapi ternyata setelah jadi sering ketemu dan interaksi bareng, temen-temen dia nurut banget sama yang dia ‘perintahkan’, saat itu gue dan temen-temen SKHOLE sadar, kalo si Diva ini mempunya jiwa kepemimpinan, siapa tahu besar nanti dia bisa jadi orang yang berpengaruh di Indonesia, siapa tahu, amin.
Sayang banget nih, orang tua sering ga sadar dan ga melihat kelebihan dari anak mereka. Saat mereka (anak-anak) gagal di sekolah, nilai mereka jelek di mata pelajaran unggulan kayak matematika dan bahasa, pasti mereka di cap bodoh, idiot, ga punya masa depan. Kayak si Ihsaan di film Every Child is Special, dia dicap idiot oleh ayahnya sendiri, padahal si Ihsaan ini memiliki bakat yang super jenius mirip dengan Leonardo Da Vinci di bidang seni.
Di India terjadi hal yang sama kayak di Indonesia, anak-anak yang gagal di bidang sains pasti di cap bodoh, padahal kalo digali lebih dalam, mereka (anak-anak yang gagal itu) memiliki kejeniusan di bidang yang berbeda. Sama kayak saat SMA, banyak anak-anak yang lebih prefer buat ngambil IPA daripada IPS, kalo masuk IPS pasti di cap ‘bego’ padahal orang-orang yang masuk IPS, sebenernya mereka lebih punya kapabilitas di bidang ‘sosial’ dibandingkan kalo mereka di sains. Jadi inget beberapa tahun yang lalu, temen adik gue dipukulin oleh ayahnya di sekolah dia, gara-gara dia ‘kejeblos’ masuk IPS, padahal ayahnya pengen dia jadi dokter, miris banget, sebegitunya hinakah masuk IPS, jawabannya GA. Sayangnya, masih banyak orangtua bahkan guru sekalipun ga sadar hal ini. Masih dengan mindset otak jaman jebot, bahwa saat lo ga jago di bidang sains lo dianggap GAGAL.
Gue pernah baca, pada sadar ga kenapa sistem pendidikan kita memprioritaskan matematika dan bahasa, baru kemudian sains dan sosial, dan yang terakhir adalah seni dan olahraga. Padahal kalo dipikir-pikir semuanya penting, mau itu matematika, olahraga, dan seni sekalipun, karena sekali lagi ga semua manusia punya kapabilitas di semua bidang tersebut. Sayangnya nih, masih banyak manusia-manusia yang terjebak yang ga bisa mengikuti passion yang dia inginkan, berapa banyak sih dari kita yang ternyata lebih bakat jadi musisi tapi malah kuliah Fisika, berapa banyak dari kita yang lebih bakat jadi pembalap tapi malah kuliah di Teknik Elektro. Karena dunia yang menuntut kita untuk jadi apa, bukan kita menuntut dunia untuk jadi seperti apa.
Temen gue pernah bilang, betapa menyenangkannya jadi Christiano Ronaldo, udah menekuni bidang yang dia sukai, dibayar lagi. Hubungannya, kadang saat lo menekuni apa yang lo suka, dan lo mau serius di bidang itu, sebenernya ga masalah, jalani ajah. Gampang banget gue ngomong begini yah, hahahaha, tapi gue sendiri, gue ga mau terbebani menjalani sesuatu yang gue ga suka, saat gue melakukan gue yang sukai tentunya, insya Allah, akan menghasilkan sesuatu yang baik bagi gue dan lingkungan gue sekitar, amin.
Kalo menurut gue, di dunia ini ga ada kok bidang unggulan atau jurusan terbaik, semuanya sama ajah, punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing, kebayang ga kalo semua orang pengen jadi dokter karena bakalan punya ‘gaji’ luar biasa gede, siapa yang bakalan bangun rumah kalo ga ada arsitek, siapa yang menata kota kalo ga ada yang mau jadi planner, siapa yang bakalan jadi mengajar kalo ga ada yang mau jadi guru. Karena itu semua manusia itu spesial, punya bakat dan kemampuan di bidangnya masing-masing, Albert Einstein memang ditakdirkan untuk jadi Fisikawan, Pablo Picasso di bidang melukis, Agatha Cristhie di bidang menulis dan David Beckham emang lebih cocok jadi pemain sepakbola.
Karena itu, mulai dari sekarang, jelajahi diri kita sendiri, temukan diri kita mau jadi apa untuk esok hari, minimal bermanfaat untuk diri kita sendiri, dan lebih baik lagi untuk orang lain. Kalo menurut gue, orang yang gagal adalah bukan karena dia memiliki penghasilan yang minim di bidang yang dia kerjakan, orang yang gagal adalah orang yang menjalankan apa yang dia kerjakan tetapi tidak dengan sepenuh hati sekalipun harta mereka berlimpah. Temukan lo mau jadi apa, karena emang lo pengen bukan karena orangtua, guru, atau orang lain pengen, tunjukkin ke dunia kalo lo bisa melakukannya, karena cepat atau lambat orang-orang disekitar lo bakalan sadar dan mengerti kok. Kalo ingin jadi pelukis, jadilah pelukis yang serius jangan setengah-setengah. Kalo lo pengen jadi musisi, jadi musisi yang serius pula, dan kalo lo pengen jadi fisikawan, jadilah fisikawan seutuhnya!
Selamat menjelajahi diri sendiri, teman!
anak ITB sekarang mengalami degradasi moral
sistem kaderisasi sekarang secara ga langsung cuman jadi 'tradisi' ga lebih, ga membentuk karakter mahasiswa untuk jadi solusi masyarakat, solusi lingkungan, solusi atas permasalahan-permasalahan di Indonesia
kalo lu ingin liat masa depan Indonesia 20 tahun mendatang, liatlah mahasiswa ITB saat ini
akhir-akhir ini merasa sangat hina, banyak mengeluarkan uang cuman buat perut dan berlebihan, banyak mengeluarkan uang cuman buat hedon, jalan-jalan bersenang, merasa paling menderita sedunia. belum lagi minta duit ini itu sama bapak buat ini itu
sangat hina
di luar sana, ada sekumpulan anak akan terusir dari tempat berteduh mereka, di sudut kota Bandung, bau, penuh sampah, penuh lalat
di luar sana, ada sekumpulan pekerja keras, membawa bakul di pundaknya, berjalan berat tanpa alas kaki, berkelilingi Bandung, demi sesuap nasi, demi dapur tetap mengepul
sangat hina
di luar sana, ada anak mengeluarkan tangannya untuk mendapatkan uang 500 sampai 1000 rupiah, sudah berhenti sekolah, ntah siapa saja namanya, sampai lupa, setiap hari bertemu dengan anak-anak baru, yang berarti tiap hari ada anak yang berhenti sekolah dan memilih untuk menjadi pengemis
sangat hina
gue merasa hina banget…
the future belongs to those who believe in the beauty of their dreams - eleanor roosevelt
Copyright © 2009 treasure :)
Design by Design Disease for Smashing Magazine | Blogger Templates by Blog and Web