saat tahu keinginan terbesar rakyat Indonesia untuk berperang dengan Malaysia, gue berfikir, gue bukan ga sebal dengan tingkah laku Malaysia yang seperti itu, but can we do another plan to make Malaysia apologize to us?
ga harus dengan perang-kan?
karena menurut gue, selain menghabiskan tenaga dan biaya, perang memberikan trauma tersendiri bagi anak-anak yang kenyataannya ga tahu apa-apa tentang masalah ini, perang cuman ada karena egois orang-orang dewasa
gue pernah baca di salah satu buku karangan ms tetsuko kuroyanagi, di Bosnia saat perang saudara, ternyata anak-anak Bosnia menjadi target perang, mereka menjadi target, how could?! bom-bom diletakkan di dalam bonek, kemudian saat boneka didekap oleh anak-anak tersebut, bom akan meledak, setega itu?
perang antara palestina dan israel pun tidak kalah seramnya bagi anak-anak, satu sekolah dijadikan target pengeboman, ntah apa perasaan para peng-ebom tersebut, bukankah mereka juga memiliki anak, selain itu banyak banget anak yang jadi yatim-piatu karena perang, bukan cuman anak-anak palestina yang jadi korban, tapi juga anak-anak tentara israel, yang ke depannya malah menghasilkan kebencian terus menerus tanpa perdamaian
lain cerita, di daerah Somalia, menurut Media Indonesia, Senin 6 September 2010, anak-anak di daerah konflik atau daerah perang, dilatih untuk menjadi tentara, they’re too young to be a soldier, mereka seharusnya masih bermain perang-perangan, bukan perang sungguhan :’(
apakah orang-orang dewasa itu berfikiran panjang untuk itu? pernah ga mereka berfikir bakalan banyak banget efek yang luar biasa, bukan cuman buat rakyat sipil tapi khususnya anak-anak, perang cuman menghasilkan derita buat mereka, banyak anak-anak yang menjadi yatim-piatu setelah perang, dan kehidupan mereka ga lebih baik, seakan mereka ga punya masa depan buat kehidupan mereka selanjutnya, perang cuman egoisnya orang-orang dewasa
perang ga menghasilkan kemenangan apapun, perang cuman menghasilkan kepuasan salah satu pihak, perang ga akan pernah membuat bahagia, perang hanya menyengsarakan :’(
jangan berperang
Imagine there’s no countries
It isn’t hard to do
Nothing to kill or die for
Imagine all the people
Living life in peaceYou may say that I’m a dreamer
But I’m not the only one
I hope someday you’ll join us
And the world will be as one
saya tidak tahu yah, bagaimana lagi cara menyampaikan ini yah bapak ibu yang terhormat
karena itu saya menuliskan notes, postingan, atau artikel ini, agar bapak ibu yang terhormat bisa membaca ini suatu saat
perkenalkan, nama saya Nayasari Aissa, sekarang sedang menempuh pendidikan jurusan Fisika ITB, hem, mungkin jurusan saya tidak ada hubungannya dengan kebijakan-kebijakan yang bapak ibu DPR kerjakan di atas sana, tetapi kebetulan saya banyak belajar di dalam kehidupan ini
mungkin ilmu sosial saya memang tidak sebanyak dengan ilmu sosial bapak ibu terhormat, mungkin saya tidak secerdas teman-teman saya yang ber-IPK lebih dari tiga, mungkin juga saya tidak memiliki kepedulian setinggi aktivis-aktivis sosial yang ada di masyarakat
saya pernah menuliskan hal yang sama tentang, kegelisahan saya mengenai pembangunan gedung DPR yang seharga 1,6 triliun, tentang kepastian pembangunan gedung DPR yang baru, tetapi saat ini kegelisahan saya terjawab sudah, saat saya membuka situs bapak ibu yang terhormat
saya memang tidak pernah masuk ke dalam gedung, jadi saya tidak tahu seberapa rusak atau seberapa sempit gedung tersebut, kalaupun memang sempit saya rasa, gedung bapak ibu masih lebih luas daripada rumah belajar adik-adik jalanan yang saya datangi,
saya cuman melihat gedung dari luar jika saya kebetulan lewat di depan gedung bapak ibu yang terhormat, masih tampak bagus loh bagian depannya, bagus sekali sangat indah sekali gedung-gedung tersebut, suatu hari nanti saya ingin datang ke sana, berkunjung ke bapak ibu
mungkin, sebelum bapak ibu pasti membangun gedung yang batu, jika bapak ibu yang terhormat berkenan,
cobalah sekali-kali tengok, saudara-saudara kita yang tinggal di bawah kolong jembatan,
atau tengoklah adik-adik kita yang berada di jalanan dengan berbungkuskan selembar baju, dengan udara dingin yang sudah biasa, dan mandi adalah luar biasa
atau cobalah tonton Laskar Pelangi, dimana masih ada sekolah yang murid-muridnya selalu waspada, jikalau suatu saat nanti gedung tersebut roboh dan itu bukan hanya ada di Belitong saja
atau cobalah liat di berita, bagaimana sengsaranya saudara-saudara di sekitar luapan lumpur sidoarjo yang tidur berhimpit-himpitan, karena rumah telah tenggelam dimakan lumpur
atau cobalah sekali-kali berjalan kaki, untuk menemukan ada seorang kakek yang memanggul dua buah kardus besar berisi keripik singkong yang tidak laku, padahal susu si cucu harus segera dibeli
atau cobalah kepedalaman Indonesia, lihatlah masih ada seorang anak kecil yang harus menahan derita kelaparan karena kekurangan gizi
atau cobalah,
atau cobalah,
atau cobalah,
ow, bapak ibu mungkin lebih tahu yah dari saya, karena itu bapak ibu jadi wakil rakyat, karena itu bapak ibu memasukkan janji-janji tersebut disaat kampanye bapak ibu, iyakan? saya yang lupa atau bapak ibu yang lupa.. hem, kita sama-sama pelupa mungkin
akhir kata, semoga gedung itu tidak jadi dibangun dan uang 1,6 triliun bisa dialokasikan untuk bidang pendidikan, yang menurut saya lebih penting jika dibandingkan pembangunan gedung itu bapak ibu
kata orangtua saya, selalu bernasihat, lakukan dahulu apa yang kamu butuhkan, bukan yang kamu inginkan
salam gaul anak bangsa