Tentang Al Quran

Bismillah.

Bacalah dengan menyebut nama Tuhan yang menciptakanmu.

Beberapa hari yang lalu, tepatnya hari sabtu dan minggu, saya datang ke dua buah seminar (atau majelis ta'lim mungkin yah) yang berbeda, tetapi kedua-duanya sama-sama membahas tentang Al Quran. Melalui tulisan ini, saya ingin sedikit berbagi ilmu apa saja yang saya dapat pada kedua hari tersebut.

Hari Pertama.

Acara ini sebenarnya berupa seminar keluarga, dengan judul acara 'Membangun Keluarga Generasi Qur'ani' yang diadakan oleh teman-teman PESIAR UI di Masjid Ukhuwah Islamiyah jam 9 pagi hingga menjelang zuhur. Ada lima pembicara, Ust. Budi Dharmawan dan anaknya (mereka adalah suami dan putera alm. Ustadzah Yoyoh Yusroh), Ustadzah Aan Rohanah, Wirdah Salamah Ulya (hafidzah dari Ust. Yusuf Mansyur), dan Faris Jihady (Hafidzh).

Dari judulnya, kita pasti sudah menebak bukan isi acara ini keseluruhan, apalagi pembicaranya yang kesemuanya adalah penghafal Al Quran.

Pada obrolan singkat ini, saya merasa mendapatkan angin segar betapa penting seorang muslim mengerti kitabnya dengan baik dan benar. Apalagi bagi seorang muslim, AL Quran dan Sunnah Nabi adalah pedoman paling utama untuk para muslim.

Pada acara ini, para pembicara masing-masing memaparkan tentang latar-belakang kenapa perlu seorang muslim menghafal Al Quran, dan mereka juga berbagi tips agar  kita dimudahkan dalam mempelajari AL Quran. Pembicara awal adalah Ust. Budi yang merupakan suami alm. Yoyoh Yusroh, yang menceritakan bahwa pentingnya sebuah keluarga yang ingin menjadi generasi sebaik generasi para sahabat Rasul saw, yang dimulai dari membangun keluarga sendiri. Karena, sebuah peradaban pasti terdiri dari keluarga-keluarga kecil di dalamnya. Jika ingin menghasilkan generasi yang mencintai, mengamalkan, dan menghafal Al Quran tentu harus dimulai dari keluarga sendiri. Dan untuk memulai membangun keluarga yang baik adalah dengan mulai mencari calon ibu/ayah yang baik bagi anak-anak kita kelak.

Yang paling menyentuh adalah saat putri Ust. Yusuf Mansyur bercerita tentang bagaimana dia memulai untuk menjadi seorang hafizah. Pada saat dia berumur 8 tahun, dia pernah bermimpi didatangi oleh Rasulullah saw dan Abu Bakar r.a, intinya, Rasulullah berpesan, jangan mudah menyerah untuk menghafal Al Quran karena Allah pasti memudahkan umatNya yang ingin menghafal. Wirdah juga memberikan tips bagi mereka yang ingin menghafal yaitu, menjaga pandangan dan menggunakan hijab. Subhanallah, di umur yang baru menginjak 11 tahun, sudah menjadi seorang hafizah, pernah bertemu Rasulullah bahkan dibacakan surah Muhammad. Rasanya waktu mendengar cerita ini, badan saya merinding dan mengharu biru hingga meneteskan air mata. Malu betul. Bagi yang ingin juga menyimak ceritanya sila menonton disini.
Singkat cerita, dari acara ini mengajarkan saya untuk menjadi muslim yang jauh lebih baik lagi, saya tidak tahu kelak saya bisa seperti mereka atau tidak menjadi seorang hafizah, tapi mencoba tidak ada salahnya bukan? Karena Allah pasti memudahkan umatNya yang bersungguh-sungguh, sungguh itu janjiNya. Yang pasti saya sungguh ingin berterimakasih kepada PESIAR UI dan para pembicara, semoga Allah selalu merahmati mereka.

Hari Kedua.

Acara ini diadakan oleh (sepertinya) Nurul Fikri, saya juga kurang tahu sebenarnya, hahaha. Jadi ini sejenis majelis ta'lim dimana saat saya datang isinya seluruhnya ibu-ibu rumah tangga #baiklah.

Disini ilmu yang saya dapatkan tentang sejarah turunnya Al Quran, mulai dari asal muasal arti Al Quran yaitu yang berasal dari kata Qara'a yang artinya bacaan. Al Quran juga dianggap sebagai mukjizat terbesar bagi Rasulullah, dan penutup bagi kitab-kitab yang pernah ada. Disini juga dijelaskan, mengapa Al Quran sebagai mukjizat bagi Rasulullah, bukan mukjizat yang didapatkan oleh Musa a.s ataupun Isa a.s. Karena, turunnya suatu mukjizat sesuai dengan kondisi dan keadaan bangsa pada masa tersebut. Pada masa hidupnya Rasulullah saw, kaum Quraish menyukai syair-syair, maka karena itulah Allah melalui malaikat jibril menurunkan Al Quran yang begitu indah bahasanya. Hingga saat ini, belum ada yang mampu menandingi indahnya bahasa Al Quran.

Membaca Al Quran, kebaikannya dihitung per huruf, karena itu, sungguh besar amal kebaikan saat membaca Al Quran. Al Quran di turunkan kepada Rasulullah secara mutawatir, artinya berurutan, tidak langsung. Karena ayat-ayat ataupun surah-surah pada Al Quran memiliki kandungan tersendiri, karena fungsinya menyesuaikan kondisi pada saat itu. Misalnya, ada surah yang turun karena menjawab pertanyaan-pertanyaan atau keadaan pada masa itu. Selain itu, turunnya Al Quran tidak sekaligus, agar mempermudah proses menghafal bagi Rasul dan para sahabatnya.

Surah-surah Al Quran terbagi menjadi dua kategori, yaitu makiyyah dan madaniyah. Kategori makiyyah turun saat Rasulullah saw belum hijrah, biasanya berisikan tentang aqidah, akhlak, dan juga kisah-kisah nabi terdahulu dan kategori madaniyah yaitu surah yang turun setelah Rasulullah hijrah.

Al Quran adalah satu-satunya kitab yang tidak pernah mengalami perubahan walau Rasulullah sudah wafat, mushaf (lembaran-lembaran) Al Quran yang kita baca saat ini sama persis dengan yang Rasulullah dapatkan dari malaikat Jibril. Karena itu, pentingnya bagi seorang muslim menghafal Al Quran adalah untuk menjaga keaslian Al Quran. Dengan membaca tajwidnya dengan benar pada setiap ayatnya, tentu Al Quran akan selalu terjaga kemurniannya hingga akhir zaman. Adapun kewajiban seorang muslim lainnya terhadap Al Quran yaitu, mengimaninya dari surah pertama hingga surah ke 114, mengamalkannya, kemudian mendakwahkannya - walau kita tidak perlu menjadi penceramah, cukup dengan mengamalkannya hingga mampu dicontoh oleh muslim lainnya.

Di akhir ceramah Ustad mengatakan, bahwa mungkin menghafal Al Quran ataupun mempelajarinya akan terasa sulit, tapi Allah selalu berbaik hati dan memudahkan bagi mereka yang bersungguh-sungguh.

Wallahu a’lam bish shawab.

Sekian tulisan singkat saya tentang Al Quran, jika ada salah kata kepada Allah saya mohon ampun. Semoga yang membaca mampu mengambil manfaatnya, dan mampu meneruskan mampu membangun generasi Qur'ani seperti pada zaman sahabat-sahabat Rasulullah saw. Semoga Allah selalu memudahkan niat baik bagi yang selalu bersungguh-sungguh. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Tulisan lain tentang Penghafal Al Quran hasil datang dari Sekolah Perempuan Annisa Gamais ITB (tahun lalu).

selamat ulang tahun ke 110, bung! :)

Istri Soekarno Atau Istri Hatta?

Sebuah pesan singkat masuk di telepon genggam saya sore ini, 'istri Soekarno atau istri Hatta?'. Ntah apa maksud pengirimnya, yang pasti saya dengan sigap langsung menjawab, 'istri Hatta kak! Fix!'

Setelah mengirim pesan tersebut, saya jadi kepikiran kenapa yah saya lebih suka dengan Bung Hatta ketimbang Bung Karno? Mungkin karena Hatta asalnya dari Padang, sama-sama orang Sumatera. Baiklah alasan ini tidak terlalu logis, tapi memang seperti itu, biasanya orang satu pulau, lebih satu pikiran. Hatta dan Soekarno itu sama-sama penulis, sama-sama pembaca buku, bahkan setahu saya Hatta lebih 'maniak' dibandingkan Soekarno. Kalau tidak salah, Hatta itu memiliki sebuah perpustakaan pribadi, dengan koleksi buku (termasuk tulisan dia) sebanyak 30ribu. Yang paling kocak, tentang Hatta dan buku, adalah waktu dia dan Sjahrir di Digoel, dimana dia harus merelakan 6 peti buku yang dia bawa, karena harus membawa 3 anak angkat mereka. Dan, saya juga lebih banyak punya buku-bukunya Hatta ketimbang Soekarno, artinya Hatta memang lebih produktif menulis dibandingkan Soekarno.

Untuk masalah kepribadian, saya memang lebih suka Hatta yang -saya anggap- lurus dan tidak neko-neko. Tidak banyak omong, tetapi jika dia sudah bersuara, apa yang dia katakan, kalo kata anak jaman sekarang, makjleb semua. Tapi Hatta dan Soekarno itu saling melengkapi. Walau Hatta tidak lebih baik dibandingkan Soekarno, dan Soekarno juga tidak lebih baik dibandingkan Hatta. Makanya, dulu pasangan ini diagung-agungkan oleh rakyat Indonesia, walaupun hubungannya harus kandas di tengah jalan.

Bahwa Hatta itu lebih sederhana jika dibandingkan dengan Soekarno, informasi ini saya dapatkan dari beberapa buku sejarah tentang mereka yang saya baca. Beberapa waktu yang lalu pula, saya sempat membaca tulisan di Kompas, yang menceritakan tentang perbedaan negarawan dulu dan politisi jaman sekarang. Di artikel tersebut, diulas kembali mengapa Hatta menjadikan 'Alam Pikiran Yunani' sebagai mas kawinnya untuk Bu Rahmi, sederhana saja, harta yang paling berharga bagi Hatta adalah buku. Berbeda sekali dengan politisi-politisi saat ini yang orientasinya lebih keuang, tak heran banyak sekali koruptor kembali menjajah negeri ini habis-habisan.

Dari yang saya tahu, bagi saya Hatta adalah muslim yang baik, terlepas dari banyak cerita miring antara Hatta dan Islam, saya meyakini dia memiliki alasan tersendiri. Tapi dari tulisan-tulisan dia yang saya baca, dia sudah mencapai kriteria 'suami-muslim-idaman' standar saya.

Jadi, setelah tulisan panjang ini, walau ntah apa maksud pesan singkat itu, tapi interpretasi dari saya, saya akan lebih memilih menjadi istri Hatta dibandingkan istri Soekarno. Soekarno memang baik, lelaki ambisius nan romantis dan gombal, tapi mungkin, saya akan menghabiskan hidup dengan penuh kecemburuan, karena romantisme suami saya harus dibagi-bagi dengan wanita lain. Ntahlah, saya tak rela. Tentu saya ingin menghabiskan dengan lelaki yang hanya mencintai saya saja, seperti Bung Hatta ke Bu Rahmi, semoga! Hahaha.

By the way, terimakasih Kak Kaca, untuk pesan singkatnya!
Tuhanku 
Dalam termangu 
Aku masih menyebut namamu 
Biar susah sungguh mengingat 
Kau penuh seluruh

saya suka sekali, bagian ini dari puisi-nya Chairil Anwar, 'Doa'. mampu membuat saya mengalirkan air mata begitu derasnya. terimakasih!
top