Pendidikan Anak Usia Dini

Tadi sore sepulang dari les, saya tidak sengaja menemukan selembar publikasi yang berisikan sebuah penguman tentang penerimaan siswa baru sebuah taman kanak-kanak.

Awalnya saya mengamati bagian biaya. Untuk biaya perbulan 65ribu/bulan dan biaya masuk sebesar 950ribu sudah termasuk 4 stel pakaian sekolah. Oh, well. Pendidikan sekarang memang mahal. Dan sulit sekali menemukan taman kanak-kanak yang memiliki biaya murah di zaman serba mahal seperti ini.

Tapi yang paling menganggetkan adalah kurikulum yang ditawarkan oleh mereka, yaitu :
  • Membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia
  • Membaca dan menulis dalam bahasa Inggris
  • Belajar komputer
Ntah mengapa mereka bangga. Saya tidak paham.

Begini, dari beberapa buku yang saya baca serta salah satu jurnal tentang pendidikan yang pernah saya unduh di internet, banyak yang menyatakan bahwa, anak-anak di bawah umur 7 tahun harusnya lebih banyak melalui fasa bermain, bukan belajar. Apalagi sampai belajar membaca dan menulis.

Mereka (anak-anak dibawah umur 7 tahun) boleh diperkenalkan dengan huruf-huruf dan angka-angka, tetapi bukan belajar mengeja apalagi hingga membaca. Makanya saya juga cukup kaget waktu tahu ada beberapa sekolah yang mewajibkan tes tertulis, berhitung, dan membaca.

Kenapa dilarang?

Karena akan mematikan fungsi otak kanan yaitu yang lebih menguasai tentang kreativitas.

Tahu tidak mengapa anak-anak Indonesia itu lebih banyak meraih olimpiade dibandingkan nobel. Dari sebuah artikel yang pernah saya baca dan saya pernah mengalami sendiri, di olimpiade kita lebih menggunakan otak kiri, sedangkan untuk mendapatkan nobel kita perlu inovasi dan karya terbaru di sebuah bidang, yang berarti juga membutuhkan keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri.

Dari sini kita bisa melihat, bahwa pendidikan di Indonesia lebih menginginkan anak-anaknya menjadi robot-robot dengan kecerdasan otak kiri yang begitu maksimal, dibandingkan menyeimbangkan keduanya. Padahal, anak-anak di umur 0-7 tahun, adalah masa keemasan anak-anak yang menentukan sikap atau karakter seorang anak di masa mendatang.

Dan, keseimbangan otak kanan dan otak kiri bisa didapatkan dengan lebih banyak bermain dan berinteraksi sosial dibandingkan berkutat dengan huruf dan angka.

0 komentar:

top