Generasi Elo-Elo, Gue-Gue.

Apa yang terpikirkan saat kamu mendengar isu BBM akan naik pasa tanggal 1 April 2012 nanti?

Kalo saya sendiri, pertama kali yang saya pikirkan bahwa uang 50 ribu yang biasa saya pakai belanja di Pasar Simpang Dago tentu tidak akan mampu digunakan untuk membayar keseluruhan barang yang ingin saya beli. Mungkin, ayam yang biasanya sekitar 20-24 ribu perkilo, akan menjadi 30 ribu per kilo, atau bahkan bisa lebih.

Untuk tingkatan ekonomi saya saat ini, tentu hal ini tidak terlalu menjadi masalah bagi saya. Alhamdulillah memang.

Tapi pernahkah, teman-teman yang berada di posisi saya saat ini, yang sedang asyik berselancar di internet tanpa beban, yang duit jajan tentu akan naik seiring dengan naik harga BBM, atau gaji di kantor akan segera menyesuaikan dengan naiknya harga BBM, memikirkan nasib mereka yang hanya berpenghasilan kurang dari 10 ribu perhari? Pernahkah?

Dengan penghasilan yang tak tentu, kemudian dengan pengeluaran yang pasti, kenaikan BBM ini tentu akan berdampak sangat besar bagi mereka yang berada di garis bawah kemiskinan, dan yang tak punya penghasilan tetap. Naik 1000-2000 bahan pokok makanan, tentu bagi mereka bukan hal yang mudah. Jika beras dulunya bisa dibeli 5000/kg, dan nantinya bisa naik menjadi 6000 atau lebih, tentu bukan hal yang bisa ditoleransi oleh mereka.

Kalo pemerintah bilang, subsidi BBM ini bisa dialihkan untuk hal-hal yang lebih fungsional yang mampu menyejahterahkan rakyat. Hingga detik ini, saya tak mampu percaya uang-uang yang seharusnya digunakan untuk subsidi BBM bisa digunakan sebagai mustinya. Bagaimana saya bisa percaya, partai besar yang mendukung kenaikan BBM ini adalah partai yang anggotanya banyak sekali terjerat korupsi, lalu bagaimana sebagai rakyat bisa percaya akan janji-janji (yang mungkin palsu) ini?

Saya menuliskan ini bukan berarti saya menolak naiknya BBM mentah-mentah tapi juga tidak menyetujuinya. Saya hanya berbagi pandangan yang saya hipotesiskan seandainya BBM naik. Tentu dampak sosial untuk masyarakat kelas bawah akan sangat besar, jumlah rakyat miskin tentu akan makin bertambah, lalu kemudian tingkat kejahatan pasti akan juga ikut meningkat. Kemudian siapa yang akan dirugikan? Tentu kita semua.

Bagi saya solusi yang mungkin tepat, adalah dengan tidak menaikkan BBM, kemudian memperbaiki fasilitas publik hingga mampu membuat masyarakat beralih dari penggunaan kendaraan pribadi ke kendaraan umum. Lalu kemdian, membuat mahal pajak kendaraan pribadi, hingga nanti akan berdampak pengurangan konsumsi penggunaan bahan bakar minyak.

Seandainya-pun BBM benar-benar jadi naik, semoga hipotesis saya salah terkait rasa percaya kepada pemerintah. Aamiin.

0 komentar:

top