apakabar kau, Soe Hok Gie?

Apakabar kau, Gie?
Kau pasti sedang tertawa-tawa disana, hah? Mati muda yang kau harapkan, pasti sangat membuat hatimu bahagia. 
Tahu kah kau, dunia ini ternyata tidak lebih baik setelah kau tinggalkan.
Pemerkosaan terhadap hak-hak kaum yang termarjinalkan tak kunjung berhenti sejak kau tak ada. Tak ada yang berubah, mungkin situasi yang sama saat kau gerah dengan Tuan Presiden yang tiap hari kau kecam dalam tulisanmu.
Sandiwara yang sama persis yang kau ceritakan di diarimu yang melegenda itu, hanya saja sering pergantian pemain baru terus terjadi. Tapi, yah itulah, sama saja dengan cerita masa lalu.
Seringkali ku berfikir, bagaimana jika kau masih bernyawa hingga saat ini? Apakah kau terus memiliki idealis yang sama dengan yang kau punya dulu? Apakah kau terus memiliki semangat yang sama saat seperti kau mengecam elit-elit politik yang tak berhati dan berotak?
Aku takut berasumsi, Gie.
Aku selalu ingat, dulu kau pernah meneriakkan dengan lantang,
‘Generasi kita ditugaskan untuk memberantas generasi tua yang mengacau. Generasi kita yang menjadi hakim atas mereka yang dituduh koruptor-koruptor tua,….. Kitalah yang dijadikan generasi yang akan memakmurkan Indonesia.’
Tapi, sekarang malah generasimu yang mengacau negara ini. 
Dan generasiku kini yang sedang bertugas untuk memberantas mereka.
Gie, aku sejujurnya tak tahu mereka sedang berjalan di arah yang tepat atau tidak. Mereka membawa kemerdekaan yang baru dan nyata atau tidak. Atau mereka hanya menganggap ini suatu kesenangan semu belaka.
Tapi aku mencoba meletakkan kepercayaan bahwa mereka melakukan yang baik, mungkin sama, saat teman-temanmu menaruh kepercayaan di pundakmu untuk melakukan hal yang sama.
Aku sendiri, tak sepaham dengan metodemu mengkritik pemerintah. Mungkin karena bentuk kaderisasi yang kudapat tak sehebat yang kau dapat. Aku terlalu takut untuk berteriak lantang menantang penguasa hingga hanya mampu berdiam diri, dan akhirnya menuliskan ini. Aku, mungkin juga, hanya malas keluar dari zona nyaman, karena dunia yang kau perjuangi, tak pernah menawarkan keindahan.
Gie, doakan aku dan teman-teman, agar tidak mengulang kesalahan yang sama seperti yang dilakukan oleh generasi-generasi pada zamanmu. Agar kami  lebih memilih diasingkan daripada menyerah pada kemunafikkan. Agar kami tak setengah-setengah antara apatis atau idealis, dan lebih memilih menjadi idealis sejauh-jauhnya. Agar kami juga, mungkin suatu saat nanti bisa jadi pemimpin yang baik.

Sejarah

Kalo ditanya pelajaran apa yang paling menyebalkan sewaktu saya sekolah dulu, mungkin selain Fisika, akan saya jawab, Sejarah!
Dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
se.ja.rah [n] (1) asal-usul (keturunan) silsilah; (2) kejadian dan peristiwa yg benar-benar terjadi pd masa lampau; riwayat; tambo: cerita --; (3)pengetahuan atau uraian tt peristiwa dan kejadian yg benar-benar terjadi dl masa lampau; ilmu sejarah
Yah, sejarah pelajaran yang sungguh menyebalkan bagi kehidupan masa sekolah saya. Bagaimana tidak? Setiap menjelang ujian, saya harus menghafal beratus-ratus nama dan beratus-ratus tanggal. Belum lagi, terlalu banyak kisah yang tidak menarik, dan guru sejarah yang membosankan, dan terlalu kaku. Membuat saya enggan mengetahui sejarah bangsa saya sendiri.

Menjelang tingkat 3 sewaktu kuliah, saya bertemu dengan orang-orang yang gila sejarah, khususnya sejarah Indonesia. Awal mula saya tertarik mempelajari sejarah itu dimulai saat teman saya seringkali membicarakan tentang Gie. Saat itu, saya sedang aktif-aktifnya di kemahasiswaan di kampus, dan rasanya agak aneh jika tidak pernah tahu tentang yang namanya Soe Hok Gie. Dari situ, kemudian saya makin tertarik dengan banyak hal, hingga saat ini saya baru menyadari bahwa pahlawan-pahlawan Indonesia jaman dulu benar-benar awesome. Seperti Tan Malaka dan Bung Hatta.

Adalah teman saya bernama Surya Pagi Asa, yang berhasil meracuni saya tentang cerita kerajaan-kerajaan yang dulu pernah berjaya di Indonesia. Akhirnya, saya sukses terangsang untuk membaca lebih banyak tentang Sriwijaya, Majapahit, Singosari, Demak, dan kerajaan-kerajaan lainnya. Dan ternyata, sejarah tentang peristiwa-peristiwa itu dulu, tidak semembosankan itu.

Dari sejarah saya banyak belajar hal.

Karena ke-ingin-tahu-an yang begitu besar, sejarah memancing saya untuk lebih banyak belajar lagi dari museum. Saya mengajari diri saya, untuk belajar sejarah tidak hanya melalui buku, tetapi juga melalui bukti asli dari tiap-tiap peradaban.

Ke-ingin-tahu-an saya tidak berhenti di sejarah Indonesia, mengenal beberapa teman yang menggilai tentang kejayaan masa-masa ke-khalifah-an, membuat saya terpanggil untuk mencari tentang latar belakang orang-orang menginspirasi dari kalangan agama Islam. Antara lain, Siti Aisyah, Ibnu Sina, Khalifah-Khaligah setelah Rasululullah Saw, hingga ilmuwan-ilmuwan muslim yang sempat membuat Islam berada di puncak kejayaannya, membuat saya ingin terus 'kembali' ke masa lalu, melalui tulisan-tulisan tentang mereka.

Bagi saya, penting bagi seorang manusia mengetahui sejarah atau masa lalu baik negara maupun agamanya.
Dari sejarah kita belajar untuk tidak mengulangi masa lalu.
Dari sejarah kita dapat berkaca hingga kemudian mampu mengukir mimpi-mimpi untuk masa depan.
Dari sejarah pula, kita akan menyadari betapa besar bangsa kita dahulu, dan seharusnya kita bisa mempertahankan itu, atau bahkan membuat itu lebih bersinar.

Karena itu, jangan pernah takut untuk belajar banyak tentang sejarah.


Bandung, 8:36 PM, 25 Februari 2012.

Generasi Elo-Elo, Gue-Gue.

Apa yang terpikirkan saat kamu mendengar isu BBM akan naik pasa tanggal 1 April 2012 nanti?

Kalo saya sendiri, pertama kali yang saya pikirkan bahwa uang 50 ribu yang biasa saya pakai belanja di Pasar Simpang Dago tentu tidak akan mampu digunakan untuk membayar keseluruhan barang yang ingin saya beli. Mungkin, ayam yang biasanya sekitar 20-24 ribu perkilo, akan menjadi 30 ribu per kilo, atau bahkan bisa lebih.

Untuk tingkatan ekonomi saya saat ini, tentu hal ini tidak terlalu menjadi masalah bagi saya. Alhamdulillah memang.

Tapi pernahkah, teman-teman yang berada di posisi saya saat ini, yang sedang asyik berselancar di internet tanpa beban, yang duit jajan tentu akan naik seiring dengan naik harga BBM, atau gaji di kantor akan segera menyesuaikan dengan naiknya harga BBM, memikirkan nasib mereka yang hanya berpenghasilan kurang dari 10 ribu perhari? Pernahkah?

Dengan penghasilan yang tak tentu, kemudian dengan pengeluaran yang pasti, kenaikan BBM ini tentu akan berdampak sangat besar bagi mereka yang berada di garis bawah kemiskinan, dan yang tak punya penghasilan tetap. Naik 1000-2000 bahan pokok makanan, tentu bagi mereka bukan hal yang mudah. Jika beras dulunya bisa dibeli 5000/kg, dan nantinya bisa naik menjadi 6000 atau lebih, tentu bukan hal yang bisa ditoleransi oleh mereka.

Kalo pemerintah bilang, subsidi BBM ini bisa dialihkan untuk hal-hal yang lebih fungsional yang mampu menyejahterahkan rakyat. Hingga detik ini, saya tak mampu percaya uang-uang yang seharusnya digunakan untuk subsidi BBM bisa digunakan sebagai mustinya. Bagaimana saya bisa percaya, partai besar yang mendukung kenaikan BBM ini adalah partai yang anggotanya banyak sekali terjerat korupsi, lalu bagaimana sebagai rakyat bisa percaya akan janji-janji (yang mungkin palsu) ini?

Saya menuliskan ini bukan berarti saya menolak naiknya BBM mentah-mentah tapi juga tidak menyetujuinya. Saya hanya berbagi pandangan yang saya hipotesiskan seandainya BBM naik. Tentu dampak sosial untuk masyarakat kelas bawah akan sangat besar, jumlah rakyat miskin tentu akan makin bertambah, lalu kemudian tingkat kejahatan pasti akan juga ikut meningkat. Kemudian siapa yang akan dirugikan? Tentu kita semua.

Bagi saya solusi yang mungkin tepat, adalah dengan tidak menaikkan BBM, kemudian memperbaiki fasilitas publik hingga mampu membuat masyarakat beralih dari penggunaan kendaraan pribadi ke kendaraan umum. Lalu kemdian, membuat mahal pajak kendaraan pribadi, hingga nanti akan berdampak pengurangan konsumsi penggunaan bahan bakar minyak.

Seandainya-pun BBM benar-benar jadi naik, semoga hipotesis saya salah terkait rasa percaya kepada pemerintah. Aamiin.

husnuzhon

'Sesungguhnya Aku, ada di sisi prasangka hambaKu pada diriKu' - Hadits Riwayat Ibnu Majah
Apa yang paling menyenangkan dalam hidup ini? Mungkin saat ini, saya akan menjawab prasangka baik yang saya tanamkan pada diri saya kepada Allah Swt. Seperti yang dikatakan pada hadits di atas, Allah berada pada sisi prasangka hambaNya.

Misal, seringkali kita kecewa dengan diri kita sendiri, merasa kurang baiklah, kurang cantik/ganteng, kurang kurus, kurang gendut, kurang pintar, pokoknya pasti ada kurangnya. Padahal, physically, Allah ada Maha Hebat, dia menciptakan umat-Nya tidak kurang satu apapun, walau secara fisik ada kurangnya. Tetapi dibalik itu semua Dia sudah merencanakan itu sebaik mungkin, bukan?

Bukankah, jika kita meratapi ciptaan-Nya karena merasa itu tidak cukup baik jika dibandingkan dengan yang lain, berarti kita telah 'menyinggung perasaan' Dia yang telah menciptakannya. Seperti kita terus menangisi kenapa kita tidak sebaik yang lain.

Sama halnya, ketika kita khawatir terhadap masa depan, takut inilah, takut itulah. Padahal, seharusnya kita percaya akan kemampuan terbaik dari diri kita, percaya bahwa kasih Dia di depan akan jauh lebih mempesona dari siapapun yang mengasihi kita.

Lalu, sampai di titik ini, kenapa harus takut?

Letakkan prasangka baik kita pada-Nya, pada jalan yang kita pilih, dan yakinkan bahwa jika ini baik, Dia akan selalu menemani. Mudah bukan?

Karena, sesungguhnya Dia, ada di sisi prasangka hambaNya pada diriNya...
Saya selalu penasaran apa yang difikirkan oleh Nabi Ibrahim a.s waktu diperintahkan oleh Allah swt untuk menyembelih anaknya, Nabi Ismail a.s.

Kalau dia bukan Nabi, mungkin dia tentu akan murtad dari agamanya, mungkin. Ini hanya hipotesis saya sendiri. Mengorbankan harta yang paling berharga mungkin (lagi) adalah hal yang paling sulit di hidup ini.

Tapi Nabi Ibrahim pasrah. Dia bertaqwa kepada Allah, dia mencintai anaknya, tetapi dia lebih mencintai Allah, dan dia percaya atas segala yang telah Allah pilihkan untuknya.

Ilmu yang nampaknya belum pula dimiliki oleh hampir semua manusia di dunia ini, telah dijalankan oleh Nabi Ibrahim baik-baik, dia ikhlas. Dia ikhlas karena dia mengerti. Dan begitu pula sebaliknya, dia mengerti karena itu di ikhlas.

Akhirnya, Allah menggantikan Nabi Ismail a.s, dengan seekor kambing. Sebagai, tanda kasih-Nya, atas ketaqwaan Nabi Ibrahim a.s.

Lalu, Allah menuliskan kisah ini pada Al Quran-nya, sebagai tanda agar umat-Nya dapat belajar banyak kepada kisah nabi-nabinya.

Dengan begitu pula, seharusnya manusia dapat belajar untuk ikhlas karena janji-Nya begitu indah setelah kita mentaati segala perintah-Nya dan meyakini bahwa pilihan-Nya adalah yang terbaik.

memantaskan diri

Definisi jodoh itu apa sih? Pernah ga terbayangkan di otak kita masing-masing, gimana sih bentuk jodoh masa depan kita?

Pasti jawabnya, gantenglah, atau putihlah, atau mancunglah, atau bla-bla.

Tapi kadang, orang yang nantinya, ke depannya, jadi pendamping hidup buat 2/3 sisa umur kita, malah orang-orang di luar ekspektasi kita yang pada akhirnya kita masih bisa kok mencintai mereka tanpa habis #sedap.

Saya tuh sering banget liat orang-orang menuliskan 'jodoh itu sudah tertuliskan di Lauhul Mahfudz kita, tepat pada saat ditiupkan roh saat masih menjadi janin umur 5 bulan'.

Tapi, kalo menurut saya, jodoh adalah dia yang merupakan cerminan dari diri kita sendiri, loh! Mari kita menyimak hadits di bawah ini,

"Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi 'Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. maka demi Alloh yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga." [Bukhari no. 3208, Muslim no. 2643]

Liat kalimat, '... kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya...'. Tuhkan, tidak ada kata 'jodoh' disana.

Makanya dari hadits ini, saya makin yakin, sama Surat An Nuur 26, yang bunyinya,

”Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)..." [Al QUran surat An Nuur 26]

Terus nay? Maksudnya kumaha eta teh?

Maksudnya adalah, jelas banget dari An Nuur 26, kalo kita pengen punya suami yang shaleh, kita harus bisa jadi istri yang shaleha. Kalo pengen punya suami hafidz, yang kita mulai dari jadi hafidzah, sesederhana itu loh konsep jodoh.

Jadi daripada sibuk ke sana-kemari mencari siapa sih dia yang punya tulang rusuk kita, lebih baik kita memantaskan diri dulu nih, buat orang yang nantinya jadi jodoh kita. Ikhtiar ajah sebaik-sebaik mungkin, untuk menjadi manusia yang baik pula. Kemudian tawakal kepada Alloh, bahwa Dia akan membukakan jalan bagi kita. Dan yang terakhir ikhlas atas apapun pilihannya.

Kalo ternyata, sekarang nih kita lagi berhubungan dengan seseorang, tetapi di ujung cerita malah batal. Atau kita lagi naksir orang, tapi orangnya malah milih orang lain. Itu artinya, bisa dua! Kita memang belum pantas buat dia lagi. Yang kedua, kita terlalu baik untuk dia sehingga Alloh akan memberikan yang jauh lebih pantas buat kita.

Nah dari sini, dari memantaskan diri sebaik-baiknya, kemudian nanti endingnya kita mendapatkan pasangan yang sama baiknya, insya Alloh akan menghasilkan keturunan yang baik pula, dan seterusnya-dan seterusnya.

Gampangkan!

Iyah gampang, Nay! Ente gimana? Ngomong doang nih pasti!

Ah, ga juga, saya ini nulis beginian, sekalian ng-warning diri sendiri kok. :p

Okeh deh! Semoga dengan ikhtiar untuk memantaskan diri, bisa mendapatkan jodoh yang sebaik-baiknya yah, tumbs! Aamiin!

Pendidikan Anak Usia Dini

Tadi sore sepulang dari les, saya tidak sengaja menemukan selembar publikasi yang berisikan sebuah penguman tentang penerimaan siswa baru sebuah taman kanak-kanak.

Awalnya saya mengamati bagian biaya. Untuk biaya perbulan 65ribu/bulan dan biaya masuk sebesar 950ribu sudah termasuk 4 stel pakaian sekolah. Oh, well. Pendidikan sekarang memang mahal. Dan sulit sekali menemukan taman kanak-kanak yang memiliki biaya murah di zaman serba mahal seperti ini.

Tapi yang paling menganggetkan adalah kurikulum yang ditawarkan oleh mereka, yaitu :
  • Membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia
  • Membaca dan menulis dalam bahasa Inggris
  • Belajar komputer
Ntah mengapa mereka bangga. Saya tidak paham.

Begini, dari beberapa buku yang saya baca serta salah satu jurnal tentang pendidikan yang pernah saya unduh di internet, banyak yang menyatakan bahwa, anak-anak di bawah umur 7 tahun harusnya lebih banyak melalui fasa bermain, bukan belajar. Apalagi sampai belajar membaca dan menulis.

Mereka (anak-anak dibawah umur 7 tahun) boleh diperkenalkan dengan huruf-huruf dan angka-angka, tetapi bukan belajar mengeja apalagi hingga membaca. Makanya saya juga cukup kaget waktu tahu ada beberapa sekolah yang mewajibkan tes tertulis, berhitung, dan membaca.

Kenapa dilarang?

Karena akan mematikan fungsi otak kanan yaitu yang lebih menguasai tentang kreativitas.

Tahu tidak mengapa anak-anak Indonesia itu lebih banyak meraih olimpiade dibandingkan nobel. Dari sebuah artikel yang pernah saya baca dan saya pernah mengalami sendiri, di olimpiade kita lebih menggunakan otak kiri, sedangkan untuk mendapatkan nobel kita perlu inovasi dan karya terbaru di sebuah bidang, yang berarti juga membutuhkan keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri.

Dari sini kita bisa melihat, bahwa pendidikan di Indonesia lebih menginginkan anak-anaknya menjadi robot-robot dengan kecerdasan otak kiri yang begitu maksimal, dibandingkan menyeimbangkan keduanya. Padahal, anak-anak di umur 0-7 tahun, adalah masa keemasan anak-anak yang menentukan sikap atau karakter seorang anak di masa mendatang.

Dan, keseimbangan otak kanan dan otak kiri bisa didapatkan dengan lebih banyak bermain dan berinteraksi sosial dibandingkan berkutat dengan huruf dan angka.
top