Surat Untuk Ibu Guru : Yang Sekarang Mendidik Putraku

Ibu guru yang baik, saya titipkan anak saya kepada anda. Saya lakukan ini dengan ketulusan, kebanggaan dan perasaan was-was. Maklumlah sebagai orang tua, saya terlalu cemas dengan dirinya. Saya ingat masa-masa ketika ia baru hadir ke dunia ini; tangisan dan tawanya telah membuat kami semua tenggelam dengan perasaan haru. Kini waktunya ia bersekolah dan kami percayakan, putera kami sepenuhnya pada anda. Sebagaimana dulu ibu dan ayah saya mempercayakan saya pada asuhan anda ibu guru.

Ibu guru tahu, ia punya harta yang tak ternilai harganya, yaitu ke-terus-terangan. Kalua ia tak suka pada sesuatu ia tak ragu berpendapat. Ini adalah bakat alamiah yang dipunyai oleh semua anak. Saya ingin ibu menjaga sikapnya itu. Kami ingin ibu guru memandunya dan melatihnya untuk menjadi seorang anak yang berani bicara jujur dan terus terang. Lewat surat ini kami ingin berbagi pengalaman dan bertukar saran dalam memahami putera kami.

Pertama-tama, saya meminta ibu guru, untuk menjaga dan menghargai sikapnya itu. Ibu tahu, anak saya mungkin tidak tergolong pintar, tapi sikap keterus-terangan itu, jika dipahat dan diperkuat maka ia akan sama pintarnya dengan yang lain. Semangat anak saya akan menyala-nyala jika ibu guru murah dalam memuji dan memberi dukungan; dan akan menyusut jika ia terlalu banyak diremehkan dan dibohongi. Beritahukan padanya apapun yang ditanyakan dan kami berharap ibu tidak marah, kalau putera kami suatu saat mengkritik ibu guru. Pertanyaan adalah kesukaannya dan kami berharap ibu guru menjaganya dan tetap memberi iklim yang membuat kemampuannya bertanya itu hidup dan tumbuh.

Terus teranglah padanya tentang apa yang ibu guru ketahui. Kami ingin putera kami bisa belajar tentang kenyataan hidup yang sebenarnya. Walau kenyataan itu menyakitkan tapi katakanlah yang sesungguhnya pada mereka. Saya ingin ibu guru melatihnya untuk tetap optimis melihat realitas yang buram dan menyalakan api semangatnya untuk terus belajar. Sikap terus terang dari ibu guru akan memberinya kekuatan dalam melawan kejamnya realitas kehidupan dan sesekali berikan kepercayaan kecil padanya, untuk melakukan perkerjaan-pekerjaan tangan. Saya ingin ibu guru melatih kemandiriannya supaya tumbuh rasa percaya dirinya. Saya tidak ingin ibu guru menjadikan dirinya anak yang sempurna tapi tidak berpeluh keringat, ia harus bisa dan mampu melakukan pekerjaan tangan apapun.

Ibu guru yang baik, langkah anak kami yang masih rapuh ini butuh bimbingan dan arahanmu. Tolong beri dia semangat saat dirinya mencari jalan untuk maju, saat dia merangka ketika dia seharusnya berlari dan saat dia diam ketika anda tahu dia harus memimpin. Dia masih terlalu muda, jadi sesuatu yang wajar kalau dia tidak begitu konsisten. Dia masih belia, jadi sesuatu yang normal jika kadang terlalu nekad. Dia masih hijau, karenanya seringkali berpikir aneh-aneh. Jangan ibu guru memarahinya atau menjulukinya dengan nama-nama yang menyakitkan. Tolong berikan perlakuan yang sama pada anak kami maupun teman-temannya, bahwa kalau mereka semua murid-murid istimewa.

Jika ia punya kelemahan dan keterbatasan, tolong secara diam-diam ibu catat dan rangkum. Kelak katakan padanya sembari membantunya mengatasi masalah itu. Katakan juga pada kami sehingga kami ikut membantu dan bisa melibatkannya untuk memecahkan keterbatasan itu. Mengajari anak yang kini sedang menemukan identitas dan meraba harga dirinya memang tidak mudah, tapi karena itulah, kita bisa bentukan pengalaman dan pengetahuan.

Latihlah dirinya untuk berorganisasi, solidaritas dan cinta pada sesama. Latihlah dirinya untuk memahami persoalan yang lebih luas ketimbang kepentingan sendiri. Saya ingin ibu mengajarinya untuk berkorban dan memahat sikap kepedulian. Anak saya datang pada ibu dengan tekad untuk belajar. Mohon ibu guru jangan mengecewakannya. Jadikan masa-masa sekolah ini sebagai sesuatu yang menyenangkan, menarik dan menggairahkan baginya. Ajaklah dia sesekali keluar untuk melihat kalau pendidikan bukan hanya dari bangku ke bangku tapi juga lewat kenyataankeseharian.

Saya ingin ketika dia meninggalkan kelas ibu, dirinya memiliki keyakinan yang lebih atas kemampuan sendiri. Kelak ketika ia meninggalkan kelas ibu, saya berharap ibu bisa tekun membimbing dan mengarahkannya. Pada akhirnya, bantulah putera kamu menemukan harapan di atas bongkahan kehidupan bangsa yang buram dan menyakitkan ini.
Tahukah ibu, tahun ini ibu akan menjadi salah satu seorang yang paling penting dalam hidupnya. Dia akan memutuskan untuk meniru atau menolak nilai-nilai yang ibu guru semaikan. Dia mungkin akan menghormati dan mengingat ibu sepanjang hayatnya, atau sebaliknya dia tidak lagi mengingat ibu dan merasa kecil hati atas setiap tindak tanduk ibu yang mungkin bertolak belakang dengan nilai yang ibu ajarkan. Sejujurnya, saya sebagai orang tua, ingin ibu bisa menjadi seseorang yang dikaguminya-tapi untuk ini, ibulah yang bisa menentukan.
Oh ya, pada saat tahun ajaran berkahir, mohon berikan ucapan terimakasih dan pelukkan hangat padanya. Berterimakasihlah kepadanya telah menjadi bagian dari kehidupan ibu, sebagaimana saya sangat berterimakasih kepada ibu karena telah menjadi bagian dari kehidupan anak saya.

Kami tahu, diatas segala harapan kami, ibu guru sendiri didera oleh banyak masalah. Tuntutan akan kesejahteraan hingga status membuat kami semua juga ingin berbuat banyak untuk anda.
Jadikan putera kami menjadi seorang yang kelak akan memahami profesimu dan kelak bsia berbuat banyak untukmu. Jangan ragu untuk meminta bantuan solidaritas maupun perjuangan dari kami. Karena kami tahu, tahun ini anda menjadi bagian dari kehidupan kami sekeluarga. Dengan cinta dan penuh harapan, ayah dari siswa anda.

Salam
Dari kami sekeluarga.

Notes : ini sebuat surat yang disadur dan kemudian diubah sana-sini oleh Eko Prasetyo dalam buku ‘Guru : Mendidik Itu Melawan’. Surat asli ditulis oleh Jack Canfield & Mark ictor Hansen dalam buku ‘Seajaib Lampu Aladin’ terbitan Mizan tahun 1995.

0 komentar:

top