Pertemuan #1

Mungkin bakalan banyak yang bilang, ‘Gileee, ngapain lo ikut beginian? Kayak ga ada kerjaan. Kita masih muda meeen!’

Actually, saya memang benar-benar ga ada kerjaan hingga bulan Agustus ke depan. Sudah 5 bulan, saya melewati hari minggu dengan bengong di depan televisi. Setelah menimbang ini-itu-dan-ono, akhirnya, saya daftar juga SPN, atau Sekolah-Pra-Nikah.

Menikah itu apa sih? Sebenernya jawaban paling saklek itu adalah beribadah. Yaitu melengkapi separuh dien (agama) kita, kalo kata Teh Dinda. Jadi nih, saat ini kita masih (maaf) telanjang, dan suami atau istri kita kelak adalah pakaian bagi kita.

“… mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka… ” - Q.S Al Baqarah ayat 187.

Hari ini sebenarnya, ngbahas yang awal-awal banget, yaitu apa saja yang perlu kita lihat dalam memilih pasangan hidup. Mungkin kita sudah tahu hadits yang diriwayatnkan Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu yaitu,

“Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Tetap dari semua itu agama yang paling nomer satu.

Pada diskusi tadi juga dibahas, tentang kewajiban-kewajiban suami-istri. Yaitu, bahwa pada saat menikah adalah istri merupakan tanggung-jawab penuh bagi suami, karena itu kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang suami untuk istrinya adalah kewajiban-kewajiban berupa,

papan, yaitu bukan saja rumah, tetapi juga termasuk membersihkan rumah.
sandang, yaitu bukan hanya membelikan baju, tetapi juga termasuk menyucinya.
pangan, yaitu bukan saja hanya memberikan uang untuk membeli makanan, tetapi juga memasak untuk istrinya.
Dimana ketiga tersebut, dapat dilihat bukan hanya barang mentah yang belom di-olah yang dijadikan kewajiban bagi suami, tetapi juga barang yang telah jadi.

Tetapi kalo kata Pak Ustad, sebagai istri yang taat kepada suami, suami berhak mendapatkan bantuan dari istri, untuk mengerjakan segala perkakas tersebut.

Kewajiban utama suami lainnya adalah nafkah untuk keluarganya. Karena itu, Pak Ustad tadi yang mengisi materi mengatakan, dia melarang betul istrinya mencari kerjaan samping untuk memenuhi kebutuhan keluarga, karena itu tanggung jawab penuh seorang suami.

Untuk kewajiban seorang istri, yaitu adalah :

menjaga diri, seperti merawat diri agar terlihat menarik di hadapan suami.
menjaga harta dan harkat martabat suami.
taat kepada perintah-perintah suami.
Peran penting seorang istri, yang bisa saya dapatkan dari diskusi tadi pagi adalah sebagai ‘pengatur suhu’ di dalam rumah tangga agar tetap stabil.

Yang paling menarik dari diskusi tadi adalah, pernyataan Pak Ustad, mengenai, peran seorang ayah sebagai pendidik utama dalam sebuah rumah tangga, benar-benar menarik sekali. Memang betul, ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, yaitu yang dimaksud adalah rahim si ibu yang shaleha. Nah, yang bertugas memilih ibu yang shaleha dan menjadikan seorang wanita menjadi istri yang shaleha adalah tanggung jawab laki-laki.

Jadi kalo laki-laki yang baca posting-an ini, jangan merasa cepat senang dengan kalimat ‘ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya’ karena ayah juga penentu karakter anak di masa depannya.

Simpulan dari diskusi hari ini, saya jadi makin sadar bahwa Allah begitu memuliakan sosok perempuan di dunia ini, karena Dia menciptakan makluk ciptaan-Nya sesempurna mungkin dan dengan tugas-hak-kewajiban masing-masing.

Sekolah ini baru berjalan 1 kali, insya Allah masih ada 6 pertemuan lagi, doakan saya tidak malas untuk berbagi dengan kalian ilmunya. Hahaha.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

itu sekolahnya dimana mba? mau ikutan juga donk

top