Move On

Waktu Rasulullah Saw melakukan hijrah dari Mekkah ke Madinah, perjalanan Rasulullah dijadikan sebagai momen tahun baru hijriah. Penanggalan dilakukan agar umat Islam punya kalender sendiri, dimana terdapat nama-nama bulan yang memiliki hari-hari dan tanggal-tanggal khusus, seperti tengah bulan yang disunahkan untuk berpuasa, puasa senin-kamis, dan tanggal-tanggal lainnya.

Lalu kenapa sih kita perlu 'merayakan' pergantian tahun sih? Kalo dalam agama Islam, kenapa kita perlu celebrate the first day of hijriah adalah untuk melakukan perenungan. Rasulullah melakukan hijrah untuk memperluas dakwah tentang Islam (cmiiw).

Dari yang pernah saya denger diskusi tentang masalah hijrah dan kenapa kita perlu ada tahun baru hijriah, adalah sebagai momentum untuk move on atau berpindah. Berpindah di sini maksudnya bukan perpindah tempat atau sekedar posisi. Tetapi juga berpindah dari orang yang baik menjadi lebih baik.

Berpindah dari yang dulunya jarang shalat sunnah menjadi orang yang sering shalat sunnah. Berpindah dari yang dulunya sedikit bersedekah menjadi orang yang lebih banyak bersedekah. Berpindah dari yang dulunya galau masa depan menjadi orang yang lebih percaya sama rencana Allah ke depan. Berpindah dalam banyak hal, tetapi ke arah yang lebih baik tentunya.

Saya ga merayakan pergantian tahun baru masehi, literally. Tapi karena saya hidup di Indonesia berdasarkan kalender masehi, bagi saya penting untuk mengagendakan satu tahun ke depan. Serta merefleksi satu tahun ke belakang. Dan karena itu bagi saya juga penting untung mengadaptasi makna tahun baru hijriah untuk diaplikasikan ke pergantian tahun baru masehi.

Selamat tahun baru bagi yang merayakan, semoga kita bisa move on menjadi orang yang lebih baik lagi di-tiap-tahunnya. Dan yang paling penting semoga kita masih diberikan umur yang bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Aamiin.

Apakah itu terasa sakit kawan, kematian?

Api itu, apakah panas sekali rasanya?

Kenapa kau melakukannya? Mungkin aku tak pernah tau pastinya. Tapi kudengar, kau muak dengan yang segala kebohongan yang ada. Kau ingin mengekspresikan apa yang kau rasakan. Benar tidak tebakkanku. Semoga benar kawan.

Kau pasti lebih tau, perjuangan memang jauh lebih baik daripada diam-kan, kawan? Aku tertampar.

Mungkin Tuan-tuan di atas sana masih akan tetap menggeliat dalam kolam nanah busuk yang mereka selami. Mungkin bau gosong dagingmu, takkan tercium hingga ke hidung mereka, dan membuat mereka bangun dari tidur pulas bahwa mereka telah tenggelam dilautan keringat rakyatnya. Mungkin terdengar lebih banyak yang mencelamu dari pada memberikanmu apresiasi, dan bilang engkau salah melangkah, kau bodoh telah menyia-nyiakan hidup yang terlalu berharga.

Tapi aku percaya, kau yakini apa yang kau telah lakukan. Aku lebih mengapresiasinya, daripada aku dan teman-temanku, lihatlah apa yang kami lakukan, hanya mengikuti arus dalam diam melihat segalanya.

Karena diam dari mulutmu saat kematianmu ini, adalah teriakkan paling keras yang pernah ku dengar.

Salamku dari bumi-yang-penuh-kemunafikkan ini. Kau beruntung tak merasakannya lagi, setidaknya.

Sondang

Pagi ini sesungguhnya saya marah sekali saat melihat lini-masa di salah satu jejaring yang saya ikuti, ntah mengapa ada rasa sesal membaca tulisan-tulisan teman-teman saya tersebut tentang kematian Sondang, mahasiswa yang membakar dirinya di depan istana negara. Bahkan beberapa malah menjadikan ini bahan bencadaan.

What the hell are you doing, guys? Who are you? Why you judge people easily? You never what they feel, they want, and they think? Are you feeling that you are in really good way, right now? Apakah kalian merasa telah menjadi orang yang lebih baik daripada orang yang kalian nilai?

Saya pribadi, melihat kasus bunuh diri yang dilakukan Sondang adalah suatu bentuk penyadaran kepada kita yang telah lama diam, menjadi manusia yang hanya bisa mengikuti arus, diam karena terlalu takut dari luar zona nyaman, diam karena merasa sudah melakukan banyak hal benar padahal itu hanya seperti buih di lautan luas, diam karena takut dan tidak ingin mengambil masalah. Bukan untuk ditiru memang, tapi untuk direnungkan, apakah kita termasuk orang-orang yang munafik yang berdiam diri dan menutup mata terhadap kemunafikkan.

Di luar buruknya bunuh diri yang dia lakukan (bagi saya, itu adalah masalah dia dan Tuhan-nya), dari lubuk hati saya yang paling dalam, saya mengapresiasi apa yang telah dia lakukan. Sungguh, menampar saya. Sondang mungkin telah salah dalam melangkah, tapi hendaknya kita yang masih hidup ini bisa mengambil hikmah ini semua yaitu untuk bangun dari tidur panjang yang nyaman melawan segala macam kemunafikkan termasuk dari diri sendiri. Sondang juga mengingatkan bahwa hidup begitu mahal terasa, dan jangan menyianyiakannya.
Bagiku perjuangan harus tetap ada. Usaha penghapusan terhadap kedegilan, terhadap pengkhianatan, terhadap segala-gala yang non humanis… —
Soe Hok Gie.

Terimakasih Inspirasi!

Hari ini adalah hari perdana realisasi-nya 'otw-Men (on the way-Mentoring)', kita (saya dan beberapa teman yang tergabung dalam kumpulan atau komunitas ini mengunjungi tokoh perempuan muda masa kini, yaitu Teh Iin (owner Salon Muslimah dan owner Galenia [baby daycare]).

Sekilas tentang 'otw-Men (on the way-Mentoring)' adalah komunitas perempuan muda yang ingin belajar Islam secara menyenangkan dengan berkunjung ke satu tempat ke tempat lainnya. Mencari jejak-jejak inspirasi dari mereka-mereka yang tidak hanya baik secara ilmu agama, tapi juga prestasi dan kemasyarakatannya. Sebenarnya komunitas didirikan agar perempuan galau masa depan (seperti saya, uhuk, red), bisa mendapatkan inspirasi untuk berbuat lebih dibandingkan galau yang aneh-aneh, hahaha.

Tentang Teh Iin, dia adalah alumni Farmasi ITB '98, yang dulunya sempat bercita-cita untuk menjadi Apoteker dan memiliki apotek, atau bekerja sebagai PNS. Tetapi Allah memiliki jalan lain untuknya yaitu memberinya suami seorang wirausahawan yang akhirnya Teh Iin memilih jalur kariernya untuk berbisnis, dan dikemudian hari hadirlah Galenia dan Salon Muslimah. Teh Iin, dulunya adalah seorang aktivis kampus yang aktif berkegiatan dimana-mana, yaitu Kabinet, kemudian himpunan, juga Salman, Gamais, dan Mata.

Mentoring dibuka dengan pengajian, kemudian dilanjutkan sharing tentang kisah Teh Iin, dari keputusan dia untuk menikah muda, hingga keputusan terbesar yang dia buat yaitu pilihannya untuk menjadi Ibu Rumah Tangga dan seorang Bussinesswoman. Sebenarnya, banyak sekali yang saya dapatkan dari hasil mentoring ini, dan terlalu banyak yang ingin saya sharing di sini, tapi saya akan coba-coba mengingat apa saja yang benar-benar memberikan kesan di diri saya.

Tentang menikah, Teh Iin bercerita bagaimana kita sebagai perempuan harus memilih suami yang shaleh, yang agamanya setara atau lebih baik lagi kalau ilmunya jauh di atas kita, biar nanti kelak kita dibimbing olehnya. Cerita lucu Teh Iin, si teteh sudah berdoa kepada Allah agar diberi suami yang shaleh sejak dia SMP. Dari sini dapat saya ambil hikmahnya, bahwa Allah itu Maha Pengasih tetapi dia ingin umatnya selain berusaha juga diiringi dengan berdoa dan begitu pula sebaliknya. Jerih payah doa teh Iin akhirnya didengar setelah sekian tahun, dan insya Allah, beliau kini benar-benar telah mendapatkan suami yang shaleh. Teh Iin bercerita bagaimana saat beliau menikah dia kembali merancang masa depan bersama suaminya. Dia juga cerita bahwa
'Menikah tidak menjadi batasan untuk wanita terus berkarier. Malah dia bilang, setelah menikah perempuan harus terus tetap meng-upgrade dirinya semaksimal mungkin.'
Karena menurut dia, sosok seorang istri itu adalah penopang dalam rumah tangga, dia tidak sekedar urusan dapur, tetapi juga teman diskusi bagi sang suami dalam memilih setiap keputusan-keputusan dalam rumah tangga.

Tentang anak, teh Iin kembali menegaskan bahwa benar ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Ada satu hal yang sedikit menyentil, saat Teh Iin membuat keputusan untuk berkerja menjadi PNS, suaminya bertanya,
'Kalo kamu ingin cari uang, itu adalah tanggung jawab saya, tapi kalo kamu kerja untuk mengamalkan ilmu, coba kamu lihat, apa yang kamu korbankan untuk cita-cita kamu.'
Teh Iin sadar bahwa kalau dia bekerja, tentu pertumbuhan tentang anak-anaknya akan dikorbankan, dan sangking kasih sayangnya seorang ibu kepada anaknya, akhirnya dia memutuskan untuk tetap sebagai ibu rumah tangga, dan dia tetap bisa berkarier, tapi salutnya adalah Teh Iin tidak menyesal untuk keputusannya tersebut, karena manusia berencana dan memang hidup ini adalah milik Allah, dialah penguasa ini semua. Di sini saya melihat, saat menikah memang tentu saja ada mimpi yang harus kita pinggirkan, karena hidup ini bukan hanya milik kita pribadi, hidup ini juga milik suami kita, milik anak-anak kita kelak yang tentunya sangat membutuhkan kita.

Tentang karier, seperti yang telah saya jelaskan di atas, bahwa menikah tidak menghentikan langkah kita untuk terus menjadi sosok perempuan modern yang tidak hanya cantik tetapi juga cerdas, karena percayalah kita adalah ujung tombak kemajuan sebuah negara. Karena kita adalah pendidik pertama para calon-calon pemimpin. Teh Iin tidak melarang perempuan untuk berkarier, asal jangan itu dilatar belakangi urusan uang. Karena menurut dia, buat apa sih kita memiliki banyak uang, kalau pertumbuhan anak kita terganggu bahkan terhambat karena ibunya terlalu sibuk berkarier. Karena itulah, Allah mencintai perempuan dan menganugerahi telapak kakinya sebagai surga, karena kita begitu istimewa, karena amanah untuk kita begitu besar, dan begitu berat sesungguhnya, tetapi jika ikhlas dalam menjalaninya, bayaran anak-anak yang shaleh/shaleha sangat pantas.

Tentang Islam, di sini, Teh Iin juga tidak hanya menginspirasi tentang menikah, anak, dan karier perempuan. Tetapi juga bercerita tentang Islam hakikatnya adalah agama syiar, agama penyebar kebaikan. Beliau bercerita tentang perjuang Rasulullah Saw tentang bagaimana pertama kali beliau menyebarkan agama Islam, dan betapa berat perjuangan beliau. Sempat bersama-sama menafsirkan surah Al Lahab, tentang betapa jahatnya perbuatan Abu Lahab terhadap Rasulullah Saw.

Sedikit pesan dari Teh Iin, kita itu perlu sekali untuk bergaul dengan orang-orang shaleh, agar diri kite terus ter-upgrade dan menjadi lebih baik dari hari-ke-hari, tetapi jangan lupa untuk terus mengajak orang lain untuk sama-sama menjadi lebih baik.

Sekian tulisan saya kali ini, semoga dari sini saya, dan yang membaca masing-masing bisa mendapatkan manfaat dari tulisan ini. Jika ada salah, saya mohon ampun kepada Allah Swt.
'dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah'. (HR. Muslim)

Pendidikan dan Kemahasiswaan

Menurut Ki Hadjar Dewantara dalam bukunya Menuju Manusia Merdeka, pendidikan adalah tuntunan, yaitu pendidikan merupakan tuntunan segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dalam UU Sisdiknas pun dijelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dapat dilihat bahwa kedua tujuan pendidikan di atas, baik menurut Ki Hadjar Dewantara, maupun yang tertulis dalam Undang-Undang Sisdiknas mengarah ke pembentukan manusia Indonesia yang cakap dalam banyak hal agar dapat menjadi solusi-solusi atas permasalahan-permasalahan di masyarakat Indonesia.

Sekolah merupakan salah satu cara dimana seorang manusia memperoleh pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang seharusnya makin mempengaruhi pola pikir dan karakter seorang manusia. Di sekolah, kita tidak hanya diajarkan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang kita butuhkan, tetapi kita juga disediakan sarana ekstrakulikuler sebagai wadah pengembangan bakat seorang siswa.

Sama halnya saat kita menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi, yang juga merupakan salah satu alat yang membantu terbentuknya manusia Indonesia yang berkarakter. Mahasiswa, pada posisi ini, dianggap sebagai sosok yang sudah matang dibandingkan dengan siswa, disini mahasiswa dizinkan untuk melakukan keputusan-keputusan yang mereka anggap benar, sehingga menjadi wadah pembelajaran agar setelah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dapat menjadi solusi atas tantangan-tantangan di masyarakat Indonesia. Mahasiswa perlu wadah yang dapat mengembangkan potensi dalam dirinya. Sayangnya, seringkali ruang kelas atau akademik saja kadang belum cukup membantu untuk memenuhi kebutuhan seorang mahasiswa menjadi manusia yang seutuhnya. Karena itu, mahasiswa butuh untuk berkemahasiswaan, mereka perlu memiliki ruang lebih untuk lebih mengembangkan dan menyalurkan potensi-potensi yang dimiliki dirinya.

Kemahasiswaan bisa dilakukan melalui banyak hal, dalam lingkungan ITB sendiri, telah menyediakan banyak wadah untuk mahasiswanya agar dapat ber-kemahsiswaan. Himpunan menjadi salah satu wadah untuk mahasiswa melakukan kemahasiswaan. Himpunan bisa menjadi wadah untuk membantu menyalurkan segala bentuk berkegiatan yang bisa dilakukan oleh mahasiswa. Segala kegiatan di himpunan, menurut saya, adalah kegiatan berkemahasiswaan. Tutorial bersama, kaderisasi, mengobrol bahkan hanya sekedar bermain ping-pong, bagi saya itu adalah salah kegiatan kemahasiswaan. Mengapa? Kita bisa ambil contoh bermain ping-pong, bisa menjadi wadah pengembangan bakat yang dilakukan seorang mahasiswa di luar kelas, bermain bola ping-pong dengan benar-pun mengajarkan nilai-nilai sportivitas, yang nantinya sangat dibutuhkan saat sudah langsung terjun ke masyarakat, bisakah menjadi manusia yang jujur.

Karena itu berhimpunan yang sejatinya adalah proses untuk berkemahasiswaan, juga merupakan proses pendidikan yang seutuhnya. Kemahasiswaan atau spesifiknya berhimpunan, adalah proses menuju menjadi manusia yang manusia yang merupakan tujuan dalam pendidikan. Teman saya pernah mengatakan bahwa seorang mahasiswa besar bukan karena himpunannya, tetapi himpunan besar karena orang-orang di dalamnya. Dari sini, dapat dilihat bahwa, himpunan itu sendiri hanyalah wadah yang statis, dan hanya dapat menjadi dinamis jika para pengisi himpunan itu sendiri dapat aktif berkegiatan, dalam hal ini berkemahasiswaan. Karena itu berkemahasiswaan sangat diharapkan, karena di sanalah kita juga berpartisipasi aktif dalam sistem pendidikan sehingga nantinya dapat menjadi manusia yang benar-benar manusia.

Tulisan ini dibuat pada bulletin HIMAFI ITB - Quark

(semoga) Indonesia (benar-benar) Mengajar



Saya udah denger tentang Indonesia Mengajar, sejak pertama kali mereka roadshow di kampus saya. Tapi saya baru ngerasa interested sekali sama gerakan ini waktu denger di roadshow selanjutnya di kampus tetangga, dan betapa (kayaknya) menyenangkan jadi Pengajar Muda di daerah terpencil dengan anak-anak Indonesia yang lucu-lucu. Saya percaya,'Setahun mengajar, akan memberikan Seumur hidup inspirasi'.

'Ini kita namakan Gerakan Indonesia Mengajar', ujar Pak Anies Baswedan, di ruang kantor Indonesia Mengajar, pada suatu hari saat saya mengunjungi dan waktu diundang untuk bercerita tentang ITB Mengajar. Indonesia Mengajar dijadikan Gerakan untuk menginspirasi jutaan penduduk Indonesia agar mampu bergerak membenahi pendidikan Indonesia, bersama-sama. Karena, mencerdaskan kehidupan bangsa adalah janji kemerdekaan negara kita. Tapi sedikit kritikan saya terhadap program yang baru berjalan 2 tahun ini, bahwa ternyata kata GERAKAN di depan kata Indonesia Mengajar, jarang sekali terdengar. Sepulang dari mengobrol dengan Pak Anies di kantornya, ke-iman-an saya untuk menjadi Pengajar Muda, yang dulunya menggebu-gebu malah menjadi berkurang, yah walau seringkali iman ini goyah dan kembali tertarik buat ikut mendaftar, hehehe.

Kenapa?

Saya melihat betapa besar antusias orang-orang yang ingin menjadi Pengajar Muda, tidak salah, benar-benar tidak salah jika kamu yang tertarik untuk mengikuti ini. Yang salah adalah saat ternyata ribuan orang mulai menganggap bahwa menjadi Pengajar Muda adalah satu-satu-nya jalan untuk berbakti kepada negara ini dalam bidang pendidikan.

Jika kamu sadar, sekali lagi, bahwa Indonesia Mengajar ini adalah gerakan. Gerakan untuk (sekaligus) menyadarkan betapa pentingnya pendidikan, gerakan untuk memberitahu kepada anak-anak kecil dimanapun kamu tinggal untuk terus menempuh pendidikan wajib 9 tahun, gerakan untuk membangunkan hati nurani tiap-tiap penduduk Indonesia agar mampu menjadi guru dimanapun dia tinggal.

Sejujurnya, tak perlu menunggu untuk menjadi Pengajar Muda, jika hanya sekedar ingin berbagi mimpi (terlalu berlebihan jika kita sebut inspirasi). Mulai dari lingkungan sekitar, bangunkan anak-anak kecil di sekitar kita untuk terus bermimpi dan terus memiliki cita-cita. Bantu Pak Anies Baswedan mewujudkan impiannya, yaitu agar Indonesia Mengajar, benar-benar menjadi INDONESIA MENGAJAR. Karena kita semua adalah guru.

Teman saya, Manganju Luhut, pernah berkata seperti ini,

'Semesta adalah sekolah, dan semua makhluk adalah guru bagi makhluk lainnya.'

Semua kita bisa menjadi guru, percayalah.

Sekali lagi, jika bisa memulai sekarang untuk mengajar, kenapa harus menunggu hari esok. Kalau bisa jadi leader untuk Indonesia, kenapa harus jadi follower. Tak perlu menunggu setahun untuk mendapatkan inspirasi. Cukup satu jam luangkan waktu untuk mereka yang tidak mendapatkan pendidikan yang baik, insha Allah, banyak manfaatnya yang akan kita dan mereka dapatkan.

Karena itu menurut saya, tidak perlu menunggu menjadi Pengajar Muda untuk menginspirasi, tapi mulailah dari sekarang dan dari lingkungan terdekat.

notes : saya ga melarang untuk ikut daftar jadi Pengajar Muda, tapi saya hanya ingin berbagi sudut pandang yang saya dapat saat ngobrol langsung dengan Pak Anies :)

btw,

SELAMAT HARI GURU NASIONAL, teman-teman :)

Save #OrangUtan

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah berita di RCTI, di Program Berita Siang milik mereka, di sana di tampilkan OrangUtan yang penuh luka, usut punya usut ternyata, Orang Utan itu dipukuli oleh pekerja di sebuah perusahaan kelapa sawit. I just shocked in that time, dan fakta ada yang lebih mencengangkan lagi bahwa, perusahaan tersebut menganggap bahwa Orang Utan adalah hama yang mengganggu perkebunan kelapa sawit mereka. Dan perlu kalian tahu, mereka telah membunuh ratusan Orang Utan lainnya.

Seriously, are you insane?

Hutan adalah jelas-jelas tempat mereka tinggal, dan kita manusia yang seharusnya lebih menghargai alam, lebih menghargai mereka, sesama makhluk hidup. Bener kalo kata temen saya, Satria, yang bilang,

'Pada akhirnya hati nurani yang dibutakan kalo sampe fauna langka dilabeli 'hama, bisa rusak kebun, mengurangi profitabilitas, thanks capitalism'

Itulah kapitalisme, kita menghalalkan segala cara agar mendapatkan apapun yang kita inginkan. Dan kita di dalam lingkarannya.

Dan barusan, seorang teman saya lainnya, me-tweet, sebuah link yang isinya, tentang Orang Utan Prostitute.

Astagfirullah, dimana akal orang-orang itu. Saya bener-bener ga habis pikir, dan sampe nangis baca artikelnya. Di situ ada seekor Orang Utan yang digunduli bulu-nya, untuk 'diperdagangkan'. Mennnn. Anjirlah! Speechles!

I don't know how to save Orang Utan, secara konkritnya, tapi saya mau temen-temen yang baca ini, sadar bahwa ada yang salah sama kehidupan kita. Manusia nyata-nyatanya di amanatkan oleh Allah untuk jadi khalifah di Bumi, untuk menjaga apa yang dia titipkan, karena itu pula kita dikasih akal dan hati nurani dibandingkan makhluk ciptaan Dia lainnya, dan kita malah ga mempergunakan itu dengan baik.

Saya sangat berduka cita untuk mati-nya hati nurani orang-orang yang melakukan kejahatan terhadap Orang Utan di Kalimantan. You are so shameless!

Belajar

Bener kalo banyak yang bilang, belajar itu malah paling berharga adalah dari pengalaman-pengalaman. Dua bulan lagi, resolusi 2011 punya saya bakalan harus di analisis kemudian diambil kesimpulannya, berapa banyak sih yang sudah tercapai di tahun 2011. Dan tentunya, bagaimana sih caranya biar terjadi peningkatan di tahun berikutnya biar jadi manusia yang lebih baik lagi tentunya.

Setahun kemarin (11bulan lebih tepatnya), saya banyak banget belajar, termasuk urusan cinta, serius! Tapi yang paling banyak kasih pelajaran sebenernya di saat-saat jadi promotor Filman dan di detik-detik menjelang kelulusan (pas sidang dan teman-temannya). Walau kedua ini ga berhubungan sama cinta, ea, hahaha.

Waktu jadi promotor Filman, saya banyak banget belajar tentang politik kampus, ketulusan, idealisme, nasionalisme, bahkan tentang persahabatan. Teach me a lot. Walau kita ga menang, ntah kenapa jauh-jauh-jauh di lubuk hati saya, saya bener-bener ikhlas walau badan rontok ga keruan dan semua sistem hidup saya (waktu tidur kebalik-balik, banyak bolos kuliah, makan ga teratur dan masih banyak lagi) berantakan parah. Tapi saya seneng banget sudah pernah belajar banyak hal dalam dua bulan itu, belajar ikhlas juga, ikhlas bahwa kita ga memang memang bukan kapabilitas untuk jadi pemimpin kampus ITB. Pokoknya itu dua bulan paling berharga yang pernah saya alami selama di ITB, oh, iyah, tali silaturahmi jadi banyak kebuka gara-gara ketemu banyak orang. Menyenangkan.

Tahun ini saya juga berhasil lulus, sesuai dengan target awal saya banget, padahal sempet berubah sih targetnya dari Oktober jadi ke Juli, eh balik lagi ke Oktober alhamdulillah. Ternyata perjuangan tiga tahun di Fisika ga sia-sia, belajar banyak banget tentang Fisikanya sendiri dan kehidupan, hahaha. Banyak banget pelajaran dan hikmah yang bisa diambil waktu ngerjain TA, satu yang akan saya selalu inget, bahwa hidup ini memang ga gampang, tapi kalo kita mau berusaha memperjuangkannya, itu semua akan berlalu, pasti! TA yang saya anggap susah, banget, ternyata saya bisa lewatin dengan penuh perjuangan, tetesan air mata dan keringat, serius! Dan, tadaaa, saya sudah jadi sarjana sekarang :)

Termasuk urusan cinta, kemarin-kemarin saya jadi banyak belajar dan ditegur sama Allah, alhamdulillah Allah masih saya sama saya. Bahwa sesungguhnya cinta yang pasti itu cuman buat Allah, dan kita sebagai manusia jangan sampai buta mata sama fatarmogana yang tiba-tiba ada di depan mata. Saya juga belajar bahwa ga semua manusia itu baik, walaupun semua manusia dasarnya punya sifat baik, tapi sebagai manusia yang dikasih akal yang harusnya kita pergunakan dengan sebaik-baiknya bahwa kita tetap harus memilah-milah yang mana orang yang baik beneran sama kita, atau cuman mau manfaatin kita doang, hihihi.

Wess, alhamdulillah ternyata saya masih di kasih kesempatan buat nulis ini, karena saya memang lebih suka nulis buat nantinya dibaca sama diri saya sendiri lagi, bahwa ternyata saya sudah banyak sekali belajar, dan saya ga boleh berenti buat belajar, insha Allah.

Oh, iyah sekarang ini saya lagi sibuk main-main di tiga kegiatan, tiga-tiga-nya adalah projek yang besar, insha Allah untuk masyarakat. Doakan semoga tiga projek ini bisa bermanfaat dan KONKRIT JADI (saya tulis besar-besar biar sadar, haha). Saya juga sudah rencana mau ngambil S2 lagi proses pendaftaran, cita-cita mau jadi dosen ITB semoga bisa dibukakan jalannya sama Allah, pengennya nanti S2 ini double degree, jadi bisa banyak belajar baik di ITB maupun di negara luar, kayak Eropa. AAMIIN!

penghafal Al Quran

kemarin siang mendapatkan inspirasi lagi tentang perempuan di Sekolah perempuan Annisa Gamais ITB, alhamdulillah, hehehe. jadi kemaren teh Atri (pembicara di sekolah perempuan) cerita tentang Almarhumah Ustazah Yoyoh Yusroh seorang hafizhah 21 juz, tiba-tiba keinget perbincangan sama Zahra pas lagi mentoring.

gue sempet nanya ke Zahra, kenapa seorang muslim/muslimah perlu menghafal Al Quran, toh kan yang paling penting itu mengamalkan apa yang sudah di Al Quran. kemudian kita berdua menganalisis dari sejak diturunkannya pertama kali surah Al Alaq kepada Nabi Muhammad SAW. bahwa awalnya Rasulullah merupakan seorang yang buta baca dan tulis, maka dia menerima wahyu Al Quran berupa hafalan-hafalan yang yang diajarkan oleh Malaikat Jibril, dan kemudian Rasulullah juga mengajarkan kepada sahabat-sahabatnya juga melalui bacaan, bukan dituliskan lebih dulu kemudian di sebar. barulah pada (cmiiw) zaman Khalifah Ustman Bin Affan, Al Quran yang dihafalkan oleh sahabat-sahabat Rasulullah dituliskan pada kertas-kertas.

dari sini dapat dihipotesiskan, bahwa betapa penting seorang muslim/muslimah untuk menghafalkan Al Quran, selain tentu mungkin pemahaman terhadap Al Quran akan lebih mudah, umat muslim sendirilah yang akan terus menjaga keaslian Al Quran (hingga nanti hari kiamat) yang merupakan wahyu dari Allah disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW. terbayangkan jika tidak ada lagi hafizh dan hafizah (sebutan bagi penghafal Al Quran) tentu saja Al Quran akan lebih mudah untuk direkayasa oleh orang-orang yang ingin menyesatkan.

ada sebuah percakapan antara Alm. Ustazah Yoyoh Yusroh dengan seorang warga Palestina, waktu beliau dikirim ke Palestina. seorang wanita Palestina berkata bahwa bukankah Indonesia negara yang tenang dan damai, sedangkan Ustazah Yoyoh Yusroh baru menghafal Al Quran sebanyak 21 juz saja, padahal warga Palestina hidup dalam desingan peluru banyak yang telah menjadi hafizh dan hafizah. subahanallah.

lalu sudah berapa banyak hafalan Al Quranmu hingga kini?

Sekolah Bermain Balon Hijau #1

akhirnya, setelah 2 tahun menanti, akhirnya saya bisa ngajar dan dipanggil 'ibu guluuuu' sama anak-anak didik yang umurnya sekitar 2-6 tahun. kan ceritanya, dulu saya sempet punya cita-cita jadi guru TK, hehehe, alhamdulillah udah didenger sama Allah cita-citanya. nah, insya Allah cerita tentang Sekolah Bermain Balon Hijau ini bakalan di update terus perkembangannya, apa ajah yang udah dikerjain, terus kisah-kisah selama ngajar gimana. ceritanya mau bikin notulensi buat diri sendiri sekalian dibagi di-blog (iyah kalo dibaca sama orang, hahaha). sekalian belajar jadi mamah yang baik. hohoho.

ini kali kedua saya ngajar disini. sebenernya ini mah bukan projek organisasi, ada tiga orang wanita yang berbaik hati peduli sama pendidikan anak usia dini, dan alhamdulillah saya diajak buat ngajar di sana. pas pertama kali di tawarin seneng banget, walau belum punya basic apapun tentang anak-anak, soalnyakan selama ini ngajar di SKHOLE itu untuk anak-anak SD, yang notabene-nya 'lebih bisa diatur' walau ga juga, sih.

disini udah ada kurikulumnya, kurikulum minggu ini tentang perkenalan diri. jadi intinya minggu ini gimana anak-anak bisa meng-eksplor diri mereka sendiri.

waktu pertama kali ketemu mereka, masih banyak yang ga bisa lepas dari mamahnya, yang saya inget banget itu yang namanya Naira sama Nabel yang nangis muluk kalo mamahnya nyuruh lepas dari gendongan. oh, iyah jumlah anak disini, untuk pertemuan ke lima udah nyampe 44 , wow, sedangkan pengajarnya masih kurang dari 10 orang. yang belum bisa cerita tapi udah mau dipegang-pegang (serem amat ye gue) itu namanya Nabil, kalo diminta berdiri, nurut, kalo diminta duduk juga nurut.

hari ini kebanyakan main sama Tazqilla, umurnya kayaknya baru 2 tahun deh, soalnya dia masuk di grup yang kecil. pertemuan kali ini buat grup kecil sebenernya dikasih bebas buat menggambar, tapi ternyata yang interest buat menggambar itu ga semua. Tazqilla lebih seneng nyanyi sambil joget-joget. jadilah sepanjang mendampingi Tazqilla, saya ngajakkin nyanyi 'cicak-cicak didinding' sama 'naik-naik ke puncak gunung'. Tazqilla juga belum kenal sama warna, sempet ngajarin crayon dengan warna yang berbeda. oh, iyah, nih anak yang paling gampang sosialisasi, padahal baru kenal udah mau di peluk-peluk. selain Tazqilla, saya main sama Illa dan sepupunya Tazqilla namanya Sheila. Sheila hampir mirip sama Tazqilla, tapi lebih welcome Tazqilla. sedangkan Illa, masih sensitif, tapi kalo diajak ngomong udah mau. yang paling sedih adalah pas nyamperin Naira, terus Nairanya nangis ga mau salaman, huhuhuh, sedih.

oh, iyah ada satu anak yang lucu terus keinget terus, namanya Kiki. umurnya 4 tahun, ceunah kata mamahnya. Kiki pas awal-awal masih nemplok sama mamahnya, tapi sekarang udah mau berbaur sama teman-temannya. Nabil juga sih.

oh, iyah, dari laporan temen, ternyata pas di kelas grup besar, Nabil agak kurang fokus dengerin dongeng, dia sempet nglirik-lirik grup kecil yang nggambar dan keliatan pengen. dan ternyata Tazqilla juga ga terlalu interest di coret-coret dia lebih prefer buat nyanyi sambil joget-joget. tuh, kan emang semua anak itu emang punya keistimewaan masing-masing. hehehe.

kayaknya baru itu yang saya inget banget nama-namanya teh.

pokoknya seru banget mengamati perkembangan anak-anaknya, kayaknya Jumat besok mau tetep meratiin Tazqilla, Naira, Illa, Nabil, Kiki, sama yang sempet keliatan, hehe. mau tahu perkembangan mereka udah mau apa ajah.

sekian laporan perkembangan anak-anak Sekolah Bermain Balon Hijau :)

Tentang Anak

beberapa hari yang lalu, ada yang ng-sms begini,

'kalo lo jadi ibu, lo bakalan jadi ibu yang baik ga buat anak lo?'

sejujurnya, dari hati gue yang paling dalam, gue ga tahu bisa jadi ibu yang baik apa ga buat anak-anak gue kelak, tapi gue bakalan berusaha sekuat tenaga, lebay, untuk jadi ibu yang baik, yang mendekati sempurna untuk anak-anak gue

lalu gue berangan-angan, kalo misalnya jadi ibu (gue tahu, lapangan bakalan lebih keras dibandingin teori yang ataupun bayangan gue tentang menjadi seorang ibu), gue bakalan memberikan pendidikan,

sebenernya dari kecil gue ga pernah dibacain buku sama orangtua gue, tapi gue belajar baca dari umur 3 tahun (kata nyokap), gue dibeliin buku-buku berwarna serta majalah-majalah anak-anak untuk batita, macem bocil. nah, tapi dari buku-buku yang gue baca, dongeng sebelum tidur itu penting buat anak-anak (apalagi batita) soalnya, mengasah imajinasi mereka sehingga bisa buat mereka kreatif dan open minded

oh iyah, gue juga belajar ngaji dari masih ngedot, umur 3 tahun-an. nah, anak gue bakalan dikenalin agama Islam sejak dini. kemaren belajar dari buku 'bidadari-bidadari surga', katanya mengenalkan asmaul husna untuk anak-anak sejak dini, itu baik, karena dia diajak mengerti sifat-sifat serta kebesaran Tuhan-nya. tak lupa mendongengkan kisah-kisah nabi dan sahabatnya. ga promosi, tapi buku-buku dongeng terbitan Mizan bagus loh, cerita masa-masa kecil nabi (bukunya anak-anak Sekolah Bermain Balon Hijau).

gue stop jadi wanita karir. kata Bu Ami, keluarga itu nomer satu, bagi gue juga. anak itu titipan, sama kayak pekerjaan dan harta, karena itu harus dijaga baik-baik. karena nyokap gue adalah ibu rumah tangga, yang full time. gue bertekad kalo nanti punya anak, se-rindu apapun gue sama aktivitas gue yang segudang (macam aktivis aje ye). lagian ibu rumah tangga pekerjaan juga kali, dan harus dihargai.

anak gue boleh bermimpi jadi apapun. ga ada batasan buat mimpi dia, selama sesuai sama norma-norma agama yang berlaku. kadang sadar ga sadar, orangtua sering banget mengkerdilkan mimpi anaknya, efeknya anaknya pas udah gede jadi ga pedean buat ngerjain apapun. pujilah apa yang dikerjakan jika itu baik, dan ingatkan kalo dia salah (bukan dimarahin).
dari buku 'Menuju Manusia Merdeka' punya Pak Ki Hadjar Dewantara, anak kecil itu bisa dianalisis sama tiga macam hal,

sebagai kertas putih kosong, yang pendidiknya boleh melakukan apa saja untuk membentuk karakter anak itu, tapi teori ini udah ga dipake lagi.
sebagai kerta yang terulis, tapi karakternya sudah tidak bisa diubah lagi, tetapi pendidik bisa mengawasi agar anak tersebut agar tidak ke arah yang tidak baik.
sebagai kertas yang udah tertulis (namanya convergetic -theory), dan pendidik berhak menebalkan tulisan-tulisan yang baik dan menipiskan tulisan-tulisan yang tidak baik.
sebenernya pendidikan paling baik itu dimulai dari yang paling lingkungan yang paling dekat, yaitu ibu dan bapaknya. oh iyah,

definisi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara itu adalah tuntunan. buku ini sebenarnya merujuk ke convergetic-theory, karena analisis-analisis yang dilakukan itu mengarah kesitu. jadi karena pendidikan berarti tuntunan, pendidik memang tugasnya adalah menuntut anak ke arah yang baik. analoginya begini:

jika kita menanam bibit padi yang baik, jika dirawat, disiram dan ditempatkan di tanah yang baik, maka menghasilkan padi yang baik pula. sedangkan jika kita memiliki bibit padi yang buruk (tidak terlalu baik), jika dirawat, disiran, dan ditempatkan di tanah yang baik, maka tentu tetap akan menghasilkan padi yang baik. tetapi sekalipun bibit padi yang baik, jika tidak dirawat, dan ditempatkan di tanah yang tidak baik, tentunya tidak akan tumbuh dengan baik.

sama kayak anak-anak, mereka tentunya memiliki sisi yang baik dan buruk, tetapi tergantung dengan pendidiknya akan membawa dia ke arah sisi baiknya yang ter-explore atau sisi buruknya yang ter-explore.

satu lagi, anak adalah peniru yang ulung, dia mencotoh segalanya dari lingkungan terdekatnya. karena itu hati-hatilah dalam berucap dan bertingkah laku, karena itu akan terekam di memori otaknya. makanya ga nyalahin jika ada anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang penuh kekerasan, itu akan ber-effect ke dia setelah besar lagi. jadi jangan salahkan kalo anak kita nanti berperangai nakal dan buruk, sebenernya kita lah yang mengajarkan mereka berperilaku seperti itu.

terakhir, buku yang juga wajib dibaca buat belajar ngdidik anak itu, adalah 'Totto Chan : Gadis Cilik di Jendela', gue sungguh mengagumi sosok Pak Kobayashi, yang bisa berfikir dewasa tetapi dapat menyelami isi hati dan otak anak-anak. pernah ada yang bilang gini,'anak-anak itu ga pernah dewasa, tapi orang dewasa pernah jadi anak-anak. jadi saat berhadapan dengan mereka, letakkan posisi kita sebagai anak-anak'.

i'm still not an expert about this, tapi ga ada kata menyerah buat belajarkan?

buat temen-temen ITB yang cewek, coba cek grup: ITBMotherhood di FB, ini grup khusus perempuan-perempuan baik yang sudah menikah maupun yang belum, sudah lulus maupun masih mahasiswa untuk belajar tentang dunia anak, dari baru kehamilan, melahirkan, hingga mendidik anak usia dini. grup yang super bermanfaat. ketahuan sering ngintip. hahaha

hari ini rencananya saya bakalan jadi Presenticconist (sebutan untuk para presenter di Presenticcon). isu yang saya bawa tentang Buku, dengan judul presentasi yaitu Buka Buku.

apa sih Buka Buku?

yang melatar belakangi kenapa saya pengen berbagi tentang pentingnya membaca buku, adalah karena minat membaca buku masyarakat Indonesia masih rendah dibandingkan di negara-negara lain. sebenernya ga nyalahin juga, toh pentingnya membaca buku-pun masih banyak yang belum tahu. padahal buku adalah jendela dunia, karena dengan buku kita bisa mendapatkan wawasan tentang apa saja dengan lebih lengkap. buku apapun yang ingin kamu baca pasti menambah wawasan kamu, sekalipun buku itu 'menurut kamu jelek'.

Buku Buku gue bagi menjadi dua kategori, yaitu:

  1. Bukuvora. ini saya inisiasikan bersama teman baik saya bernama Sri Suryani. awalnya kami berdua merasa sayang sekali dengan buku yang terkapar dengan indahnya di dalam kamar, daripada menganggur tidak jelas, lebih baik dipinjamkan saja dengan teman yang membutuhkan. saat ini komunitas Bukuvora hanya sebatas di dunia maya, karena kesibukkan kami berdua yang cukup padat, jadilah kesepakan pinjam meminjam terjadi di grup Facebook, kemudian transaksi dilakukan di dunia nyata, tepatnya di kampus. saat ini, Bukuvora hanya berlaku bagi mahasiswa ITB saja, karena kami masih khawatir meminjamkan buku di luar kota, dikarenakan kadang buku yang kami miliki persediaannya 'terbatas' dan susah didapatkan.

  2. Nongkrongin Buku. ini masih dalam tahap rencana, tetapi sudah mengumpulkan ide sana-sini dengan beberapa teman yang memiliki hasrat di bidang yang sama. suatu waktu saya pernah mendatangi sebuah Diskusi yang menarik tentang 'Tan Malaka', kemudian di sini saya melihat banyak sekali sudut yang dipaparkan mengani Tan Malaka, masalah komunis, nasionalis, dan Islam. hal ini, membuat saya tertarik untuk meneruskan diskusi-diskusi ini (di dalam kampus tentunya) untuk membahas/mendiskusikan/bahkan mengkritisi buku-buku dan tokoh-tokoh kemerdekaan/tokoh-tokoh perjuangan Indonesia lebih banyak lagi, dan lebih ter-explore lagi. diskusi ini juga merupakan 'hutang' saya, waktu saya sempat menjadi promotor salah satu calon pemilihan presiden KM ITB, kami berinisiasi membuka ruang diskusi yang lebih banyak lagi dan diharapkan memberi manfaat bagi mahasiswa ITB itu sendiri, ruang diskusi ini juga diharapkan menjadi ajang membuka lebih banyak sudut pandang dan kritik terhadap sesuatu.

dari kedua forum ini, diharapkan nantinya, mahasiswa ITB (masih tahap mahasiswa ITB kejarannya) dapat menjadi mahasiswa yang gemar membaca dan memiliki wawasan yang luas, sehingga dapat menjadi manusia yang unggul, yang tidak terpaku hanya pada keprofesian yang dia kerjakan, minimal buku-buku yang di baca oleh mahasiswa ITB ini sendiri adalah buku-buku kuliahnya sendiri, atau buku yang dapat menunjang perkuliahannya, dan lebih baik dan maksimal lagi jika buku-buku yang dibaca semacam pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh Indonesia, biografi, sejarah, dan buku-buku lainnya.

dari sini pula, terlintas ide, jika seseorang membaca tentunya dia juga akan berhasrat untuk menuangkan pemikirannya dalam sebuah buku, hal ini diharapkannya, mahasiswa ITB akan aktif untuk menulis sejak 'dini'. apalagi dari sebuah web yang saya baca, bahwa produksi buku di Indonesia kian hari makin menurun, hal ini disebabkan minimnya minat baca masyarakat Indonesia. hal ini sangat bertolak belakang, dengan minat baca-dan-minat menulis masyarakat di negara berkembang seperti Jepang, Amerika, Inggris, bahkan negara tetangga Singapur dan Malaysia. maka karena ide dari teman saya yang bernama Zuhdi, yang ingin sekali ada gerakan 'Indonesia Menulis' yang nantinya, tidak hanya mahasiswa ITB saja, tetapi juga anak-anak, bahkan para orang-orang dewasa memiliki keinginan untuk menulis.

sekian, laporan dari saya mengenai Buka Buku, bagi yang tertarik mendengarkan presentasinya, hari ini, jam 1-4 di Ruang 29 CC Barat ITB.

semoga menginspirasi :)

(akhirnya) sarjana

bukan Kata Pengantar

sebenernya ga ada yang perlu dibanggakan dari lulus sebagai sarjana S1 Fisika ITB, sebenernya. tapi karena dulu gue kuliah di sini bukan karena keinginan gue, tapi karena pilihan fakultas (atau bahasa kerennya 'dibuang'), gue ngerasa bangga banget bisa lulus di waktu yang tepat, alhamdulillah. gue bersyukur banget akhirnya bisa menyelesaikan kuliah, bahkan ketagihan buat nglanjutin kuliah (aamiin), luar biasa sekali. gue yang dulu ga jago (sampe sekarang sih sebenernya) Fisika, bayangin gue ikut SPMB cuman jawab 3 soal Fisika dengan jawaban bener 1, untung ga minus, menandakan emang gue ga jago Fisika. tapi bener kata orang,'kalo ga kenal, ga mungkin sayang,'. gue yang biasanya susah jatuh cinta #ea, akhirnya bisa se-sayang ini sama Fisika. mungkin karena tahu,'kenapa sih harus belajar Fisika? implementasinya dikehidupan nyata buat apa sih? tahu ga kalo Fisika itu dasarnya dari segala ilmu?'.

kuliah di ITB juga sebenernya anugerah yang tak ternilai dari Allah, seriously. di sini gue ga cuman belajar tentang ke-Fisika-an yang emang se-wajibnya gue pelajari, tapi disini banyak banget ilmu yang tak gue sangka-sangka yang bisa gue pelajari, ilmu hidup yang harganya mahal banget, persahabatan, kesederhanaan, kasih sayang, nasionalisme, idealiasme, pendidikan, lingkungan, hingga dunia perpolitikkan. semoga kelak ini semua bisa jadi bekal di kehidupan mendatang.

oleh karena itu, postingan/notes ini gue khusus persembahkan untuk orang-orang yang udah kasih effect besar ke gue selama 4 tahun 3 bulan selama di ITB, mereka adalah:


  1. Allah SWT, sekali lagi, dengan melibatkanmu semuanya terasa mudah. You are the best planner, ever.

  2. Orangtua dan adik, atas kasih sayangnya tak terhingga dan support-nya yang tak pernah henti. masih inget waktu ibu nangis karena anakmu ini mau keluar dari ITB, karena takut sama Fisika. kalo sampe itu terjadi, mungkin itu adalah hal yang paling gue sesali seumur hidup gue.

  3. para dosen Fisika, Pak Wahyu sebagai Dosen Pembimbing yang mau direpotin sama urusan Plasma Physics padahal ga ada kaitannya sama KK. Pak Enjang yang bikin gue super pede karena berhasil dapet A untuk matkul Fisika Matematika I dan II tanpa perlu ikut UAS berturut-turut. Pak Sparisoma dan Pak Fourier yang bersedia 'membantai' dan diujungnya menyemangati gue. Pak Freddy Zen untuk inspirasinya selama kuliah. Bu Nenny satu-satu-nya dosen di KK Fisika Sistem Kompleks, i'm your next bu :)

  4. my super best friend, Ade Suryani. gila, gue bisa nemuin 'makhluk beginian' rasanya seneng banget banget banget. temen yang selalu menerima gue apa adanya, ga bosen dengerin kegalauan gue, dan supportnya yang ga habis-habis, i love you so much. juga Atika Lorentia, untuk perjuangannya bersama menyelesaikan tugas akhir yang syit ini, hahaha. Alina Cynthia Dewi, untuk kepolosannya yang buat gue salut dan Anindita Ayuswasti yang membantu 3 tahun kuliah gue.

  5. keluarga besar HIMAFI ITB, terimakasih untuk bimbingannya kakak-kakak HIMAFI ITB, terutama teteh-teteh HIMAFI 2004 (khususnya Teh Sera yang udah repot-repot bantuin bikin draft), Kang Izul untuk nasehat-nasehatnya, abang-abang dan teteh-teteh HIMAFI 2005 yang selalu baik-baik-baik sekali, kakak-kakak HIMAFI 2006, dan juga adik-adik HIMAFI.

  6. Fisika 2007, gue ga kebayang kalo gue ga kuliah bareng kalian, mungkin saat ini gue adalah orang yang paling gagal di Fisika 2007. terimakasih ga pernah lelah bantuin saat belajar, Ali, Rudy, Insan, Putu, Mario, Marina, kalian super. terimakasih ketawa bareng dan ke-maksiatan bareng, Aji, Guntur, Pandu, Rocky, Dimas, Uka, Jupe dan teman-teman lainnya. terimakasih cewek-cewek HIMAFI 2007 untuk ke-alay-an-nya ga perlu gue mention satu-persatu-lah yah, i love love love you so much, 10 tahun lagi, kita harus jadi belanja ke Paris bareng.

  7. keluarga besar U-Green ITB, terutama Greeners 2007 untuk kasih sayangnya yang ga pernah padam. kalian selalu bisa jadi rumah pulang, walau seringkali jarang disinggahi. terimakasih kepada Vera untuk pengertiannya, maaf ga maksimal waktu jadi bawahan lo. terimakasih untuk Syfa dan Tika, semoga kita ketemu di Sabuga. terimakasih untuk Asa, gila lo cowok yang paling gentel yang pernah gue kenal sa. terimakasih jalan barengnya Kintan dan Dian.

  8. terimakasih Tim Garuda, terimakasih 2 bulan untuk selamanya. terimakasih Filman Ferdian untuk ajakkannya bergabung di tim yang paling awesome yang pernah gue tahu. terimakasih tak terhingga yang udah nyempetin dateng sidang, Laura, Reza, dan Kintan. terimakasih Hana, Surya, dan Aldi yang udah bisa disusahin waktu gue kehilangan GTab. terimakasih Aga dan Yunus yang selalu bisa dicurhatin masalah kemahasiswaan, semoga lo selalu se-idealis-ini sampe tua, sampe mati, aamiin. gue ga tahu harus bilang apa tapi gue sayang banget-banget sama kalian. terimakasih untuk teman-teman lainnya, yang selalu inget buat nyapa kalo ketemu, aah senanggg :)

  9. SKHOLE ITB, terimakasih untuk segalanya. terimakasih Dinan (yang udah dateng sidang), Chacha, Keti, Mila, Satria, Shanny, Kak Jaka, dan Ian, yang mau menemani satu tahun kemarin. terimakasih Ganar dan timnya yang sudah mau ngambil tanggung jawab yang ga gue selesein, tanpa lo, gue ga kebayang nasib skhole jadi apa. terimakasih Tira, yang selalu jadi tempat curhat kalo lagi galau skhole dan lainnya, nasehat lo selalu jadi yang terbaik, semoga ketemu di sabuga. terimakasih adik-adik SKHOLE yang paling-paling-paling gue sayangi seumur hidup gue, i just can't imagine living without you.

  10. terimakasih untuk Ganesha Hijau ITB, kak fariz, aldi, wilma, rani dan teman-teman yang udah kasih kontribusi untuk ITB Eco Campus. kalian orang paling keren yang pernah gue kenal. salam hijau

  11. terimakasih Sur dan Robby, yang selalu bikin gue ngerasa,'himpunan sebrang selalu lebih hijau dari himpunan sendiri' hahaha. ga nyesel gue kenal lo berdua. Robby dengan ke-charming-an-nya, idola para wanita kampus serta ke-shalehan-nya, ehem. dan Sur, gue ngerasa beruntung banget kenal lo, seriously. lo orang yang paling keren dan konkrit (untuk saat ini) yang pernah gue kenal, lo cewek paling super juga.

  12. terimakasih teman bermain, Dinda Husna, walau lo nyebelin tapi gue sayang sama lo, hahah. terimakasih Dedes, Risa, dan Chae, yang sukses bikin gue terharu gara-gara kalian dateng sidang. terimakasih 1 tahun yang menyenangkan Pipin, Unay, Citra, Kak Ita, Okta dan Marissa, ga pernah menemukan temen kostan yang se-menyenang-kan kalian. terimakasih Zulmi yang sering banget bikin gue merasa 'tertampar' dengan ke-shalehan lo. terimakasih Niya yang sudah tidak galau lagi #apeu.

  13. terimakasih teman-teman dunia maya, Gunadi, Yunus, Kak Tazy, Bang Robby, Kak Asti, Adit, Iqbal, Ikhma, Fitri dan yang tak bisa disebutkan satu-persatu, karena dukungan moral via tumblr dan twitter, hahaha. satu-satunya manfaat yang gue dapetin main beginian adalah ketemu kalian. kyaaaa.

  14. terimakasih untuk para inspirator yang gue dapatkan selama 4 tahun di ITB; Pak Anies Baswedan atas suratnya dan semangatnya untuk lulus tepat waktu, Bung Karno untuk nasionalismenya, Bung Hatta untuk kesederhanaannya, Totto Chan untuk tamparan tentang pendidikan, Soe Hok Gie yang membuat gue menyesal kenapa baru 'mengenal' engkau di tingkat akhir, dan Tan Malaka untuk tulisan-tulisannya yang membangun.

  15. terimakasih Linkin Park, Coldplay, John Mayer, Jammie Cullum, Chris Brown, Maliq & D'essentials, Adele, Lenka, Ingrid Michelson, dan penyanyi-penyanyi yang seringkali main 24 jam di ITunes atau Windows Media Player gue. tanpa kalian mungkin gue ga semangat ngerjain Tugas Akhir.

  16. serta emua yang sudah kasih pengalaman berharga selama gue menempuh pendidikan sebagai mahasiswa di ITB. temen diskusi, temen berantem, temen sepet-sepet-an, bahkan para kecengan gue (ea), mennn kalian bikin hidup ini lebih hidup.

maaf belum bisa jadi hamba, anak, murid, sahabat, dan teman yang baik. masih banyak yang harus gue pelajari setelah ini. kelulusan bukanlah akhir dalam belajar, tapi permulaan dari pembelajaran, dan 4 tahun ini adalah bekal gue buat nanti. terimakasih untuk segalanya, terimakasih untuk selamanya.

hormat saya,

Nayasari Aissa

sarjana sains Fisika ITB :)

Surat Buat Bung Hatta

Bung Hatta, kau bukanlah 100 tahun kesendirian. Percakapan antara kita, sebuah dialog dengan masa silam, adalah percakapan yang tak terhingga. Gajah pergi meninggalkan gading. Tapi ia tak memilih bagaimana gading itu diukir. Generasi datang dan pergi, membentuknya, menatahnya, dan menimbang-nimbangnya. Mungkin mencampakkannya. Seorang besar memperoleh arti karena beribu-ribu orang yang tak dikenal datang sebelumnya, bersamanya, sesudahnya.

Bukankah sebab itu sejarah berlanjut? Bukankah sejarah adalah kerja orang ramai yang namanya terlupakan? Kau ingat Surabaya, November 1945. Suasana tegang. Tentara Inggris, mewakili Sekutu yang menang Perang Pasifik, mendarat di Tanjung Perak, dan pertempuran terjadi dengan ribuan pemuda di kota yang tak mau menyerah itu. Komandan pasukan Inggris, yang tak ingin terlibat dalam konflik berdarah yang berkepanjangan, terpaksa memintamu datang dari Jakarta, bersama Bung Karno, untuk menengahi. Hari itu kau berada di atas jip Jenderal Hawthorn yang mengantarmu. Di sebuah tikungan, kau lihat seorang anak berumur sekitar 12 tahun tertidur, menyandang bedil. "That is revolution," kata Jenderal Hawthorn.

Kau dan opsir Inggris itu tak kenal siapa bocah itu-anak yang mungkin esok tewas terkena mortir. Tapi kau tahu apa artinya sebuah sejarah yang dibangun bahkan dengan sepucuk bedil di tangan seorang anak yang kecapekan. Siapa pun bersedia mati, bila ia harus dikembalikan ke masa silam yang bernama penderitaan. Dunia harus diubah. Hidup tak bisa lagi diinjak-injak. Dengan sepasang kakinya yang kurus, di sawah-ladangnya yang kering dan di kaki lima Surabaya yang lusuh, anak itu telah baca betapa jahatnya penjajahan.

Kau sendiri sudah baca hal yang sama ketika umurmu belum 10 tahun. Pada tahun 1908, di jembatan batu dekat rumahmu di Aur Tajungkang, Bukit Tinggi, sejumlah serdadu marsose ditempatkan. Beberapa minggu lamanya mereka di sana, dengan bayonet terhunus, menggeledah orang-orang yang lewat. Pemerintah kolonial sedang marah: 16 kilometer dari kotamu, di Kampung Kamang, rakyat berontak. Mereka menolak membayar pajak langsung. Ketika konflik meletus, 12 orang marsose tewas, dan 100 penduduk ditembak mati. Razia dilakukan. Orang-orang ditangkap. Termasuk Rais, sahabat kakekmu, yang kau lihat sendiri melambai dari jendela kereta api dengan tangan yang dirantai.

Kau yakin Rais tak bersalah. Dalam umurmu yang masih kanak itu kau dengar bagaimana Tuan Westenenk, Asisten Residen Agam, menggunakan pemberontakan Kamang sebagai dalih untuk memenjarakan Rais. Sebelumnya, Rais-lah yang mengirim surat kritik ke koran Utusan Malayu di Padang tentang kelakuan pembesar kolonial itu. Tentu saja ia tak dibiarkan bebas. "Belanda tidak dapat dipercaya," kau dengar Idris, pamanmu, berkata.

Ketidakadilan memang bisa dibaca tanpa huruf. Petani yang terkebelakang sekalipun, juga anak yang belum lagi 15 tahun, dengan rasa sakit dan gusar, bisa mengerti artinya. Itu sebabnya pada tahun 1933, setelah Bung Karno ditangkap, juga berpuluh-puluh pemimpin lain, kau tak ingin melangkah surut. Bagimu pergerakan rakyat akan terus, sebab "pergerakan rakyat timbul bukan karena pemimpin bersuara, tetapi pemimpin bersuara karena ada pergerakan". Amarah rakyat seiring dengan hasrat yang membisu. Ada kata-kata Multatuli yang kau gemari, onhoorbaar groeit de padi, "tak terdengar tumbuhlah padi".

Maka kau tatap dengan tenang "caci dan nista" yang menuduhmu dan Sukarno sebagai "penghasut". Sebab kau punya jawab, bahwa "hari siang bukan karena ayam berkokok, akan tetapi ayam berkokok karena hari mulai siang".

Betapa banyaknya orang Indonesia yang menghendaki hari siang, dengan atau tanpa kokok ayam. Dan betapa yakinnya generasimu bahwa malam tak akan lama. "Di timur matahari, mulai bercahya," kata lagu yang ditulis W.R. Supratman di masa itu, sebelum ia menggubah Indonesia Raya. Itu sebabnya kau bersiteguh, juga ketika pemerintah kolonial membuangmu ke Digul. Di udik Papua itu, kau siap untuk sedikitnya hidup 10 tahun, tapi kau tampik tambahan bantuan apa pun dari komandan kamp. Kau bilang kepada Kapten Van Langen, dengan sedikit angkuh, "Tuan..., tidak ada yang tetap di dunia ini." Angkuh? Bukan, kau cuma yakin. Pernah kau tulis bahwa tiap keadaan "menimbulkan syarat yang mesti mengubah keadaan itu sendiri".

Kau pembaca Marx yang baik, Bung. Kau percaya kepada dialektik dan perubahan, maka kau optimistis. Kau juga percaya bahwa keadaan obyektiflah yang menentukan sikap manusia. Sebab itu kau tahu sejarah tak hanya bergantung pada segelintir manusia. Di koran Daulat Ra'jat kau meminta agar pemimpin tak "didewa-dewakan", sebab bagimu yang perlu adalah "pahlawan-pahlawan yang tak punya nama". Waktu itu kau kecewa kepada Bung Karno, yang dalam tahanan tiba-tiba menyatakan mundur dari segala kegiatan pergerakan politik. Waktu itu nadamu sengit, tapi pikiranmu, seperti biasa, tajam: kini massa, orang ramai, yang jadi dasar perjuangan, bukan seorang Diponegoro atau Mazzini. Ini abad ke-20, katamu. Kau, yang percaya kepada demokrasi, adalah saksi abad ke-20. Dalam Memoir-mu kau catat dengan teliti orang "kecil" yang bagimu tak kecil, yang mengilhamimu dan mendidikmu. Engku Marah Sutan, misalnya, pegawai agen perjalanan kapal di Teluk Bayur. Tiap pulang kerja ia naik kereta api kembali ke Padang, dan pukul 3.30 ia sudah duduk di kantor Sarikat Usaha di sebuah kampung di dekat halte. Ia akan bekerja terkadang sampai lewat pukul 20:00. Dari Sarikat Usaha itu Engku Marah Sutan, tanpa digaji, tanpa diperintah, mengupayakan pendidikan anak-anak, baik dalam hal agama maupun ilmu pengetahuan. Ia sendiri tak berpendidikan tinggi. Tapi ia belajar berbahasa Belanda dan berlangganan koran Utusan Hindia yang dipimpin H.O.S. Tjokroaminoto di Surabaya dan Neraca yang dipimpin Abdul Muis dan H. Agus Salim di Jakarta. Dari dialah engkau, yang baru 16 tahun, mengenal tokoh-tokoh pergerakan awal abad itu, dan apa tujuan mereka.

Apa gerangan yang dicarinya, dalam kerja yang tak kenal lelah itu? Jawabnya bersahaja: Marah Sutan ingin, seperti katamu, agar "di kemudian hari, tanah air kita dapat maju". Tanah air. Maju. Begitu berarti kedua patah kata itu bagi Engku yang alim itu, juga bagi generasimu. Mungkinkah itu sebabnya, dalam pikiranmu, "tanah air" bukanlah sepotong geografi dan sederet masa lalu, tapi sesuatu yang berkembang dengan kerja? Pada tahun 1928, ketika umurmu 26 tahun dan masih seorang mahasiswa di Rotterdam, kau ditangkap pemerintah Belanda karena kegiatan politikmu, dan kau dibawa ke depan mahkamah di Den Haag. Tak ada rasa gentarmu. Dengan yakin kau bacakan pleidoimu, dan ruangan itu seperti tergetar ketika kau ucapkan penutupnya: "Hanya satu tanah air yang dapat disebut Tanah Airku. Ia berkembang dengan usaha, dan usaha itu ialah usahaku."

Bung, tanah air yang mendapatkan maknanya seperti itu tentu berbeda dengan tanah air yang hanya berpangkal pada asal-usul. Kau dan generasimu melihat masa depan lebih jelas ketimbang masa lalu. Sadar atau tak sadar, generasimu mengalami perubahan yang tak terelakkan, ketika "segala yang solid meleleh jadi hawa, segala yang suci jadi profan, dan manusia akhirnya dipaksa untuk menghadapi, dengan kepala dingin, kondisi nyata hidup mereka dan hubungan mereka dengan sesama". Kata-kata Marx yang dramatis itu melukiskan transformasi manusia ke dalam modernitas-dan dalam transformasi itulah generasimu menemukan nasionalisme awal abad ke-20.

Itulah yang terjadi pada tanggal 8 Februari 1925 di Rotterdam. Dalam rapat Indonesische Vereeniging kau dan teman-temanmu menentukan untuk memberi nama tanah air ini "Indonesia", dan bukan "Hindia Belanda". Dengan itu kalian pun memasuki kebangsaan sebagai proyek masa depan. Dengan itu apa yang dulu solid-pagar identitas "Sumatera" atau "Jawa" atau "Manado" atau "Islam" atau "Kristen"-telah meleleh.

Dari 8 Februari 1925 kemudian lahir 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda dibacakan: hasrat menjadi satu bangsa, punya satu tanah air, menggunakan satu bahasa. Kau tentu berpengaruh di sana, Bung. Bukankah dalam Daulat Ra'yat 31 Januari 1928, kau kecam orang yang "menamakan diri nasionalis Indonesia, akan tetapi pergaulannya dan semangatnya masih amat terikat kepada daerah dan tempat ia dilahirkan"?

Tapi kau tahu soalnya tak mudah. Kau sendiri akui bahwa latar belakang masyarakat agraris melahirkan "provinsialisme", dan (hanya) dalam masyarakat industri organisasi persatuan bisa dibangun. Tapi sejauh mana, sebetulnya, masyarakat agraris ingin kau tinggalkan? Sejauh mana modernitas menarikmu?

Kau dan generasimu belum menjawab ini dengan memuaskan. Dilema yang kalian hadapi begitu keras, dan bimbang begitu umum. Itulah sebabnya seraya kau mengecam "provinsialisme" dari masyarakat petani, kau juga berbicara dengan bersemangat tentang masyarakat "desa yang asli", yang bercorak kolektif, sebagai dasar sosialisme, bahkan sebagai akar demokrasi. Sadarkah kau akan kontradiksi itu? Masih adakah di abad ke-20 "desa yang asli", dan, kalaupun ada, benarkah corak kolektifnya tak menyembunyikan sesuatu yang buruk, misalnya adat yang menindas perempuan?

Untunglah, nasionalisme yang kau pilih bukan sesuatu yang retrogresif, yang bergerak ke belakang, seraya berpura-pura maju. Menjelang Perang Dunia II, kaum militer Jepang mengibarkan nasionalisme yang seperti itu-nasionalisme yang mencari akar "keaslian" tak henti-hentinya. Naziisme Hitler tak jauh berbeda. Sebab itulah mereka agresif, karena "keaslian", seperti halnya "kemurnian", tak menghendaki percampuran. Betapa mustahil, di abad ke-20.

Syukurlah nasionalismemu adalah nasionalisme Engku Loyok. Orang ini buruh maskapai perkapalan KPM yang sering kau temui di Kampung Lima, Tanah Abang, sewaktu umurmu 20 tahun. Ia yang memperkenalkan padamu partainya yang dibubarkan pemerintah, National Indische Partij. Ketiga pemimpinnya yang mengagumkan, Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat, bukan hanya jelas-jelas ingin melepaskan "Hindia" dari Belanda. Mereka juga ingin membangun tempat bersama bagi Bumiputra, Cina, Arab, dan Indo Belanda-orang-orang yang sejak akhir abad ke-19 dibagi dalam komunitas rasial yang terpisah.

Dengan kata lain, sebuah nasionalisme yang tak menutup pintu dengan keras: nasionalisme yang bisa memandang jauh, ke belakang dan ke dalam. Seperti engkau. Dua puluh tahun sebelum "Demokrasi Terpimpin" dan "Orde Baru", kaulah yang pada bulan Juni 1945 itu memperingatkan akan kemungkinan lahirnya "negara kekuasaan" dengan retorika "keamanan nasional". Sebab itu kau usulkan agar hak-hak asasi ditegakkan. Tiga puluh tahun sebelum tentara Indonesia dikirim untuk "mengambil" Timor Timur, kau juga suara yang paling pagi memperingatkan akan bahaya "imperialisme" dari diri sendiri.

Kenapa, Bung? Kau bukan ahli nujum. Tapi mungkin karena nasionalismemu, seperti nasionalisme Si Buruh Loyok, adalah suara solidaritas. Bukan kesendirian-bukan100 tahun kesendirian.

oleh Goenawan Mohamad

merinding dan meringis baca ini, you should read this guys! terlalu bagus untuk tidak di-post di blog :)

tentang TA

hampir sebulan ga nulis di blog, ga sibuk tapi bingung pengen mengeluarkan opini tentang apa, soalnya kan kalo cuman pengen curhat bisa lewat Tumblr, ditambah jarang nonton TV dan baca koran, sedikit ga update sama berita baru, kan blog ini sengaja dibikin buat mengeluarkan uneg-uneg sama permasalah sekitar atau dengan kata lain curhat-yang-intelek-dikitlah, halah. oh, iyah apalagi waktu lagi terkuras habis oleh Tugas Akhir, makin ajah males update blog. dari jaman nabi ucok gue nulis tentang TA, kagak selesai-selesai dah.

sengaja deh, hari ini mau update blog, spesial buat nulis tentang Tugas Akhir.

progres udah sampe mana?
alhamdulillah sidang Tugas Akhir edisi 1 yang terdiri dari Bab 1, Bab 2, dan Bab 3 sudah dilaksanakan dengan alhamdulillah, walau pengerjaan untuk Bab 3 memakan waktu seminggu, kalo ga itu nilai TA1 yang udah diambil setahun yang lalu bakalan dapet E.

sekarang lagi dalam taha pengerjaan Bab 4 yang ga maju-maju. tersendat dimasalah ga bisa FORTRAN (formula translation), itu loh program jaman jebot, yang sebenernya udah jarang dipake soalnya ada yang lebih canggih yaitu Matlab (mathematics labroratorary).

kenapa ga pake Matlab ajah?
soalnya buku yang dipake ngerjain simulasi Fisika Plasma nya pake FORTRAN, yah sekalian ngerjainnya pake itu ajah. hahaha. kalo pake matlab nyari bahan baru pula.

Fisika Plasma itu apa sih?
Plasma itu keadaan keempat setelah keadaan gas, air, dan padat. plasma adalah gas yang terionisasi, maksud terionisasi disini, partikel-partikel di dalam plasma itu ter-ion, bahasa gampangnya elektron dan ion positif itu berdiri sendiri-sendiri. bingungkan maksudnya gimana? gue juga bingung ngjelasinnya.

nah, 99% pengisi alam semesta ini adalah plasma sebenernya, mungkin agak jarang ditemui di bumi yah, kecuali kayak tv plasma atau lampu plasma. Fisika Plasma sendiri adalah cabang dari ilmu pelajaran Fisika yang mempelajari karakteristik plasma ini sendiri. penting amat plasma sampe dibuat ilmunya sendiri? iyah dong, suatu saat nanti teknologi plasma ini dapat menggantikan teknologi nuklir sebagai sumber energi bagi kehidupan di bumi, karena konon kabarnya teknologi plasma ini lebih ramah lingkungan dibandingkan nuklir. tapi saat ini masih dikembangkan, soalnya mahal pisan. suhu yang digunakan dalam penggunaan teknologi untuk menghasilkan plasma ini sangat amat besar, yah setara sama suhu matahari. oh iyah, matahari adalah contoh plasma.

kayaknya ribet, kok lo mau-maunya ngerjain TA ini?
nahhhhh, gue terjebak, apeu. awalnya gue kan kayak pernah gue ceritain di postingan blog gue sebelumnya, disini. gue awalnya milih buat belajar tentang Gempa Bumi, tapi gara-gara keseringan baca blog dosen gue, namanya pak Thee Houw Liong (dewa nih orang pinternya), gue secara impulsif pengen belajar tentang matahari, jadilah dikasih topik buat belajar sama dosen pembimbing gue, Fisika Plasma. terjebak ngambil kuliah dua kali di Astronomi, apalagi dapet nilai alhamdulillah, gue jadi jatuh cinta sama hal-hal astronomi dan fisika. makanya gue bertekad sesusah apapun gue pengen tugas akhir gue tentang ini. hahaha, tapi kadang-kadang namanya manusia yak, sering banget patah semangat kalo udah mulai stuck ngerjainnya, ga ngerti dan bingung harus nanya kesiapa, soalnya di Fisika topik ini baru banget, gue orang pertama yang nyeleneh ngerjain beginian. haha

terus habis selesai sidang TA edisi 2, mau kemana?
insya Allah kalo dikasih jalan sama Allah, pengen belajar astrophysics di UK, tentang magnetohydrodynamics, aamiin. tapi kalo misalnya ga dapet beasiswa, yaiyalh secara kuliah di UK mahal pisan, gue tetep nglanjutin belajar beginian di Fisika ITB, dengan dosen pembimbing yang sama, peluk Pak WS, yang senantiasa menyemangati gue kalo gue bisa ngerjain TA ini, dan ga pernah sekalipun ngjatuhin gue padahal gue ga pinter-pinter amat.

nah sekarang sidang TA edisi 2 nya kapan tuh?
naaah, ini pertanyaan yang paling ga bisa gue jawab sampe sekarang, gue sendiri ga tau kapan bisa sidang, bab 4 ajah belum ditulis, walau udah kebayang mau masukkin apa di bab 4, soalnya programnya sendiri belum jalan sama sekali, syntax-nya emang udah banyak yang berkurang tapi masih banyak yang harus di rapihin lagi, seperti desperado ngerjainnya, sendirian. hahaha. oh iyah gue pengennya sih wisuda Oktober ini, tapi kayaknya harus mundur lagi jadi April tahun depan. padahal 1st plan-nya gue pengen lulus juli kemaren, tapi gara-gara keasyikkan main di kemahasiswaan jadi mundur lagi deh, eh ternyata oktobernya juga ga nyampe. what upppp! hahaha, woles lah yah. wisuda kapan ajah it's okay. beberapa hari yang lalu gue disemangatin temen gue, dia bilang gini.
TA kan paling tidak hal yang paling lo kuasain slama di ITB. Kalo selese sebelum deadline tapi lo belom ngerti banget sama ajah, jadinya setengah-setengah, mending stick to the plan, dan hasilnya maksimal, nay, ga apa-apa April. — abdurrahman ali
dear pembaca blog gue yang budiman (kalo ada), doain yah biar gue cepet nyelesein TA pengen banget cepet-cepet jadi sarjana, biar lebih banyak lagi yang dikerjain abis ini. aamiin.
see you on the next posting.

regards,
Nayasari Aissa
(masih) mahasiswa strata 1-Fisika ITB :P

untukmu KPI

pagi ini seperti biasa, selama menyantap sahur, aku menyempatkan menyantap makananku sambil menonton tayangan di televisi. ku coba mencari tayangan yang paling baik. tapi dari sekian banyak tayangan, hanya satu-dua yang mampu dengan kuasa kutonton.

headline acaranya, bertuliskan Ramadhan, tapi aku tak menemukan sedikitpun, hikmah Ramadhan selama aku menonton. tak tau selera humorku yang rendah, hingga aku sedikitpun tak tertawa melihat tingkah mereka. aku kecewa, aku sedih.

saling menghina fisik
saling menyakiti dan tampak bahagia sekali jika ada yang tersakiti
saling mengumpat dengan kata yang tak pantas

oh inikah indahnya Ramadhan?

tak sedihkah?

berlebihankah?

aku sedih sekali, mungkin aku berlebihan, hingga kucurahkan di tulisanku.

untukmu KPI, aku tau kerjamu mungkin sudah repot sekali. tapi aku ingin sekali, rakyat Indonesia menjadi cerdas, dengan tontonan yang cerdas pula. terimakasih

I find television very educational. Every time someone switches it on I go into another room and read a good book - Marx, Groucho

menikah#2

baca ini, gue jadi mikir banyak tentang nikah. sebenernya tuh gue punya target nikah itu umur 20-an (umur 29, juga bisa disebut 20-an yah), maksud gue sekitar 20-22, gara-gara liat temen gue nikah dan dia bilang nikah itu menyenangkan sekali. tapi sebenarnya gue sendiri ga punya bayangan tentang menikah secara seutuhnya. tapi, ntah kenapa gue jadi mikir lagi buat apa nikah itu yah sebenernya (apalagi belum ada calon #ea). tadi baru keinget, bahwa menikah itukan sebenernya untuk:

menyempurnakan separuh agama bagi yang Islam dan termasuk ibadah menurut Rasululllah SAW

bagi gue sendiri menikah itu, kayak punya sahabat tapi 24 jam ada dideket kita, bukan berarti kemana-mana bareng juga sih, tapi yah kan tinggal bareng berartikan selalu ada di deket kita, heheh. sahabat ini bisa diajak ngobrol dari pagi sampe ke pagi lagi *ebuset*, tentang apapun, bertukar pikiran tentang apapun. yang bisa diajak backpacking-an bareng keliling dunia, karena jalan-jalan sendirian itu menyenangkan, tapi lebih menyenangkan lagi kalo ada partner in crime-nya di segala kondisi, hahah. teman baik yang bakalan menghargai dan mendukung cita-cita gue, mimpi-mimpi gue, serta keputusan gue, tapi bisa selalu dimintai advice atas tindakan-tindakan gue, karena dia akan selalu ada di hidup gue, dalam kondisi apapun, asekkk ye gue.

se-simple itu sih gue menganggap tentang nikah. makanya gue tuh pengen belajar banget tentang menikah yang sesuai dengan syariat Islam, gue udah selalu pengen daftar Sekolah Pra Nikah-nya Salman, tapi selalu ketinggalan, hiks. mungkin emang belum waktunya belajar tentang menikah. seriusan gue ga mau cari suami dari SPN, tapi gue murni pengen tau tentah nikah yang bener sesuai agama gue itu kayak apa.

aaaaaaaah, gara-gara tadi ikut SP nih, gue jadi mikir masalah nikah muluk (ga juga sih, beberapa minggu ini, gue mulai wanti-wanti masalah nikah, apalagi nyokap udah mulai nanyain calon, whaaaaaat! *jedok-jedokin kepala ke tembok*). sebenernya sih, seharusnya gue ga ngomongin nikah dulu, perjalanan gue masih panjang, gue masih pengen senang-senang dan bebas (bebas dalam artian yang baik yah), masih banyak mimpi-mimpi yang pengen gue capai, tapi kalo kata orang jodoh itukan Tuhan yang ngatur, kalo tiba-tiba ada yang ngajak nikah dan orangnya baik, kenapa ga. kata Teh Iin (owner salon Muslimah), kalau ada orang yang mengajak kita menikah dan lelaki tersebut adalah orang yang baik, maka lebih baik diterima, karena takutnya menimbulkan fitnah jika ditolak.

ngomong-ngomong masalah lelaki yang baik, tadi ada sebuah kata-kata yang cukup menyentil gue dari bu Ami,

kalo kamu sibuk mencari lelaki yang baik, lihatlah dirimu sendiri, apakah sudah cukup baik hingga menemukan lelaki yang baik

aih, menampar sekali. yuk ah, belajar buat memperbaiki diri sendiri dulu, sebelum minta macem-macem sama Allah, hehe

girl power

kalo ngomongin masalah cewek, gue selalu bersemangat. gue pernah bercita-cita buat jadi menteri pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, tapi gue ga punya kapabilitas di sana (sadar diri), haha. akhirnya, setelah melakukan perbincangan super inspiratif dengan tira beberapa hasi yang lalu tentang masalah umat muslim sekarang kehilangan sosok-sosok ilmuwan muslim atau muslimah yang berkarya di bidangnya masing-masing. gue makin positif buat nyelesein pendidikan gue sampe setinggi-tingginya, jika Allah mengizinkan, hingga bisa jadi peneliti dan dosen (guru). apalagi, ilmuwan perempuan itu sedikit banget, kayaknya sangat membanggakan bisa jadi ilmuwan muslim yang keren. hahaha. yuk, jadi ilmuwan yuuuuk. ngayal

gue tuh sangat mengagumi sosok-sosok perempuan inspiratif, dua tahun lalu, gue pernah nulis di blog gue tentang kekaguman gue terhadap Aung San Suu Kyi, peraih nobel dari Myanmar yang menjadi tahanan rumah, gara-gara dia bersebrangan sama dengan pemerintah Myanmar. ini sosok awesome, yang pernah meraih nobel perdamaian. gila politikus handal banget nih orang. di luar hal berbau politik, sebenernya Sri Mulyani itu kayak Cut Nyak Dien jaman kini, perempuan cerdas tapi sukses sebagai ibu rumah tangga, gue pernah liat dia di sebuah acara televisi swasta, keren abis nih orang, apalagi dia masuk 100 wanita paling berpengaruh di dunia, kalo ga salah ngalahin Hillary Clinton, versi majalah Time. oh, iyah Aung San Suu Kyi juga masuk ke 100 wanita paling berpengaruh versi majalah Time loh.

kalo pada baca Totto Chan, ya ampun, perempuan ini menginspirasi sekali, gue baca buku dia yang kedua, yaitu Totto Chan & Children, pengalaman Tetsuko Kuroyagi (nama asli Totto Chan) sebagai duta UNICEF yang mengunjungi anak-anak di negara-negara dunia ketiga. ah, dia penulis inspiratif sekali.

adalagi namanya Susan Hockfield, kak hanif yang mengenalkan dia ke gue, pas gue bilang, gue pengen deh jadi rektor ITB. ibu Susan Hockfield ini adalah, ayo tebak, dia rektor perempuan pertama-nya MIT, men keren abis dah. bisa dibaca sendiri di sini.

Bunda Theresa jugaa, ntah berapa kali gue mereblog quotesnya yang sangat inspiratif sekali. kadang gue berfikir, mungkin ini wanita paling bahagia di dunia, dari semua yang gue baca, kayaknya dia selalu berfikiran positif terus, dan orang-orang yang baca tentang dia jadi ikutan berfikiran positif. dan tindakan nyatanya, sangat menerangi dunia

kalo dari Islam, gue tuh mengagumi banget sosoknya Fathimah Az Zahra, gara-gara pernah baca tulisan tentang beliau dalam sebuah buku, beliau benar-benar dimuliakan, apalagi tentang dia dan suaminya, Ali Bin Abi Thalib, yang meneruskan perjuangan Rasulullah, sosok panutan banget, cerdas, cantik, dan sangat shaleha sekali. tapi mungkin, karena buku yang gue baca, baru tentang Aisyah, Fathimah Az Zahra, sama Khadijah, jadi pengetahuan gue tentang wanita dari golongan muslim ini, masih dikit banget. mungkin ada rekomendasi sosok perempuan muslim yang bener-bener girl power?

oh, iyah kalo lagi galau masalah *ehem* cinta, gue saranin buat dengerin lagu-lagunya Beyonce, iyah sih, ga tau gue suka banget sama girl powernya Beyonce kalo nyanyiin seuatu, ga merengek-merengek kayak kesannya cewek itu lemah banget. sama coba dengerin lagunya, Alicia Keys, yang superwoman, itu inspiring banget deh. videoklipnya jugaa. Alicia Keys juga keren banget, dia peduli banget sama keadaan negaranya, kalo ga salah dia pernah jadi duta PBB gitu, deh untuk masalah anak-anak dan kelaparan untuk Afrika gitu, terus dia juga pernah nyumbangin banyak uangnya buat jadi donasi. terus tau ga kalo Angelina Jolie itu ga cuman sekedar jago akting, dia juga keren banget, dia prefer buat ngadopsi anak-anak dari negara-negara miskin, such a cool woman banget dah.

kesannya, gue feminis banget yah. haha, ga kok. gue cuman pengen mengajak, bahwa cewek-cewek tuh kadang ga sadar betapa berharganya mereka, seriously deh (menampar diri sendiri). kita kadang sering terjebak dalam fikiran,’gue ga bisa apa-apa’. padahal sadar ga sadar, Allah itu Maha Sempurna, Dia menciptakan umat-Nya sesempurna mungkin. makanya kalo ada yang ngerasa rendah diri, tidak berharga, maka jangan terpuruk dalam kegelapan (halah), harusnya malah bisa memacu kita dong untuk terus belajar. kalo kita ngerasa diri kita kosong, penuhin dong, diri kita dengan hal-hal positif, dan teruslah haus untuk belajar. agar suatu saat, kita bisa merasa diri kita berharga, ga lemah, bukan untuk orang lain, tapi untuk diri kita sendiri :)

a letter for my self

dear naya,

remember this, everything happens for a reason. and you must see from many sides, not just one side. and please, think positively to your God, Allah SWT. because, He’s the best planner i’ve ever met than anything or anyone in this world. being happy is choice, please choose that one. oh, c’mon, you have a wonderful world with wonderful peoples around you who love you a lot. stop being sad. maybe, God is testing you, now. He want to know, how strong you are, how brave you are to face up the world. keep smiling, the world needs your smile. how could you dream to change the world. if you, inside of you, can’t change yourself, your mind. love yourself. love people who love you. forget the past. forget the one who hurts you. and forgive. let it go. eventually, if you can pass this test, you’ll be happiest person in the world. remember, there will no rainbow, without a little rain. and i believe, you’ll find your own rainbow, someday. or maybe, now, you have your own rainbow, but you just don’t know, don’t see, or don’t feel it.

with love

another you

langkah- langkah kecil menjadi perempuan

sebenernya ini sudah ada dari 3 minggu yang lalu. pertemuan pertama itu hari Jumat dua minggu yang lalu, sebelum puasa, saya masih ingat, tapi baru bisa sempat datang di pertemuan hari ini, dengan tema Karir Setelah Kuliah (kalo tidak salah). hari ini ada 3 orang panelis dari 3 profesi yang berbeda, yaitu Aktivis LSM, entrepreneur, dan yang terakhir adalah seorang dosen. dua di antara profesi tersebut sudah saya idam-idamkan sejak lama, yaitu sebagai dosen sesuai dengan kuliah saya, dan yang lainnya adalah menjadi aktivis LSM, di sini mungkin saya akan lebih fokus dengan.

sekolah perempuan ini sangat menginspirasi sekali, saya belajar banyak tentang perempuan dan karir kita setelah kuliah dan ada juga tentang keluarganya. pada awal acara para peserta sekolah diminta untuk membuat 'resolusi' atau capaian 10 tahun ke depan, dan saya memilih menuliskan capaian saya yang kebetulan sudah saya rancang sejak lama, yaitu:
  1. menjadi istri dan ibu
  2. punya sebuah perpustakaan mini dengan warung kopi di dalamnya
  3. menjadi dosen atau guru fisika
ketiga orang panelis di SP (Sekolah Perempuan) sangat menginspirasi sekali, ketiga-tiga-nya, ntah kenapa setelah datang dari SP, ada energi baru yang ter-charge pada diri saya, menyenangkan bisa banyak belajar ketiga orang tersebut.

mbak Ari yang merupakan sarjana Hukum UI, sempat menceritakan tentang pengalaman di selama bekerja di LSM, dan pilihannya untuk memilih sektor publik dibandikan sektor privat dengan payment yang menggiurkan karena sektor privat bertentangan dengan idealismenya. mbak Ari juga bercerita tentang pengalamannya yang menangani kasus Rosita (buruh imigran yang terkena kasus 'pembunuhan') serta suka dan duka bekerja sebagai aktivis LSM. trus me, this woman is so inspiring. mbak Ami juga memberikan tipds dalam memilih pekerjaan yang diajarkan oleh guru mengajinya, yaitu:
  • pekerjaan yang kita lakukan dapat memenuhi kebutuhan hidup kita
  • pengetahuan yang telah didapat, dapat dikembangkan lagi setelah kita memilih pekerjaan tersebut
  • pekerjaan kita dapat membuka ikatan silaturahmi yang artinya dapat memperluas networking
  • yang terakhir dan mungkin yang paling penting, adalah berkontribusi dalam perbaikan umat
kemudian ada Teh Iin yang ternyata adalah owner sebuah salon yang sering saya datangi, yang background pendidikan adalah seorang apoteker sangat cukup bertolak belakang dengan karir yang sedang diajalani sekarang. beliau juga bercerita tentang bagaimana dia menjalani hidup berumah tangga (yaitu sebagai istri dan ibu yang baik bagi anak-anaknya) sekaligus sebagai seorang entreprenuer.

dan yang terakhir adalah, seorang dosen Elektro bernama Ibu Ami, yang darinya saya belajar bahwa karir memang penting tapi keluarga adalah segala-galanya. bahkan bu Ami rela meninggalkan pekerjaannya demi hanya mengasuh anak-anaknya.

dari SP kali ini, saya belajar bahwa saya harus jadi sesuatu setelah lulus sebagai sarjana Fisika, dan saya sepakat sekali dengan mbak Ari, bahwa saya tetap harus menekuni pendidikan yang telah saya dapatkan selama belajar di Program Studi Fisika, karena itu saya memilih untuk menjadi dosen atau guru Fisika, karena pada dasarnya saya memang tertarik dengan dunia pendidikan dan anak-anak, khusunya Indonesia, dan ingin mengaplikasikannya sebaik mungkin, termasuk menjadi seorang peneliti. tetapi mungkin saya akan juga menekuni jalur pendidikan dalam bidang advokasi-nya yaitu sebagai aktivis LSM yang berhubungan dengan pendidikan dan anak-anak. yang terakhir, membangun sebuah perpustakaan dan warung kopi adalah keinginan saya, sebenarnya bukan untuk menjadi wirausaha sejati, tetapi lebih ke arah hobi membaca dan meminum secangkir kopi.

tapi dibalik karir panjang tersebut, cita-cita terbesar saya adalah, jika nanti saya berkeluarga, sesuai dengan Bu Ami dan Teh Iin, menjadi istri dan ibu yang amanah. apalagi kalo kata Bu Ami, anak adalah amanah yang kelak di akhirat akan diminta pertanggung jawabannya. keluarga juga harus menjadi nomer satu dari apapun. karena buat apa saya mendidik orang lain, sedangkan pendidikan anak-anak saya terabaikan.

sedikit cerita dari sekolah perempuan, insya Allah, jika saya dapat mengikuti sekolah perempuan selanjutnya, saya akan berbagi tentang apa saja yang telah saya dapatkan.

selamat siang dan selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menunaikan :)

Fisika!

dilahirkan sebagai Mahasiswa Fisika, gue pernah mengalami ke-galau-an dalam memilih kelompok keahlian. gue pernah ngambil kelompok keahlian, yaitu namanya Fisika Material Elektronik (kalo ga salah), nah setelah sukses ngambil kuliah pilihan satu semester tentang KK (kempok keahlian) itu, gue ngerasa jalan hidup gue bukan disitu, ntah kenapa susah sekali rasanya. kemudian gue memutuskan untuk ngambil KK Fisika Bumi dan Sistem Kompleks, yang kata anak-anak modal otot doang, hahaha.

nah, di KK ini, gue juga galau, semester akhir dan semester pendek waktu naik dari tingkat 3 ke tingkat 4, gue belajar tentang Gempa Bumi, bahkan gue pernah nulisin hasil belajar gue tentang Gempa Bumi. tapi ntah kenapa gue galau lagi, karena gue dibesarkan dengan mempelajari tentang Climate Change and Energy di U-Green ITB, gue tertantang untuk mempelajari matahari dan perubahan iklim, jadilah gue memutuskan untuk berganti topik TA, yaitu Fisika Plasma.

kenapa gue ngambil ini. karena gue ga suka ‘terjun’ kelapangan, gue suka eksperimen, tapi eksperimen di lab. gue pernah nglakuin pekerjaan lapangan, waktu gue ambil sks Kermantau (kerja mandiri terpantau), sejenis kayak KP, 2 sks. nah disini gue melakukan metode namanya Downhole, yang fungsinya buat nyari kontur bumi (memetakan lapisan bumi). kalo kalian, liat gedung di salah satu daerah kuningan, itu gue ambil alih dalam pembangunan gedungnya, serius! gue ngbantu si pengusaha, untuk menentukan kelayakan suatu daerah bisa dibangun untuk gedung bertingkat apa ga. hahaha. sombong! nah, dari Kermantau itu gue mulai ga suka kerja di lapangan, kerja di lapangan capek, walau duitnya ngalir, gue paling ga tahan sama yang namanya panas, belum lagi keringatan, mukul-mukul alat, dsb. kerja rodi dan otot banget deh.

karena itu, gue lebih prefer duduk manis di dalem lab melakukan komputasi, ga capek, cuman muter otak lebih banyak. bukan di lapangan ga pake otak, otak tetep di pake, tapi yah otot lebih banyak bermain.

hari ini, setelah sekian lama gue ga main di lapangan, gue wajib turun lagi ke lapangan. karena dosen pembimbing gue, mengharapkan anak-anak bimbingannya, saat lulus nanti ga cuman jago di satu bidang, tapi di banyak bidang. satu KK itu banyak banget yang bisa dikerjakan.

Fisika Bumi itu lebih ke pemetaan kontur bumi dan sebagainya, kita nyebut diri kita itu Geoscientist, kita juga bisa kerja sama bareng anak-anak minyak, tambang, teknik geofisika. Fisika Bumi ini juga membantu dalam ‘pencarian minyak bumi’, kita yang menentukan posisi dimana terdapat minyak dan gas bumi, karena itu banyak juga yang belajar geothermal. banyak banget lulusan kita yang sekarang kerja diperusahaan migas dan dicari banget.

sedangkan Sistem Kompleks itu lebih ke pengamatan suatu sistem yang kompleks kayak pergerakan bumi, hubungan matahari dan bumi (medan elektromagnetik), terus macetnya jalanan juga merupakan suatu sistem kompleks, nah TA gue lebih ke arah itu, bukan di fisika buminya.

balik lagi cerita di lapangan, hari ini gue ngerjain 3 metode untuk menentukan kontur bumi, yaitu VLF, Gravity, dan Self Potential. kalo VLF itu menggunakan gelombang (VLF merupakan bagian dari metode EM, yaitu yang menggunakan gelombang elektromagnetik), Gravity mengukur rho dari dalam tanah (massa jenis), dan Self Potential itu menggunakan tegangan yang dihasilkan dari dalam bumi. dari ketiga metode itu, intepretasi datanya beda-beda, tapi nanti kita bisa lihat hasil kontur buminya gimana.

rasanya capek banget ngerjain, yang paling lama itu ngerjain Gravity, soalnya rebek, harus hati-hati, ga bisa ada noise (gangguan, kayak suara, gerak langkah) sedikit pun, dan alatnya mahal abis.

tapi walau capek, keringetan, dan pusing seharian di lapangan, tapi emang menyenangkan banget, soalnya bisa belajar banyak hal, yeah, semoga ajah setelah lulus dari kampus gajah berat ini, gue bisa menguasai banyak metode, aamiin :)

*itu sekilas tentang kuliah gue di Fisika*

Indonesia, Anies Baswedan, dan Indonesia Mengajar

pertama kali liat dan tahu tentang Pak Anies Baswedan pas dia jadi moderator untuk debat calon presiden. i saw this man is so interesting to me. charming, nice, and ingenious. malah saya ngerasa dia lebih pantas berdiri di posisi calon presiden dibandingkan ketiga calon sesungguhnya. no offense. pas liat biodata beliau di wikipedia, apalagi salah seorang teman saya begitu mengaguminya jadilah saya makin mengagumi bapak satu ini.

waktu tahu dia menggagas sebuah gerakan bernama Indonesia Mengajar, saya melihat bahwa beberapa tahun lagi, orang yang pernah masuk di dalam 100 Tokoh Intelektual Muda Dunia versi Majalah Foreign Policy dari Amerika Serikat, dan dia dinobatkan sebagai salah satu rektor termuda yang pernah ada, akan berada di posisi paling menentukan bagi bangsa ini.

'dia kan membangung Indonesia Mengajar, untuk mencari antek-antek politiknya'

setiap manusia pasti ada yang mengagumi ada pula yang tidak, banyak pula yang tidak terlalu menyukai Pak Anies, bagi saya beda pendapat tak apa-apa. hanya saja, sejauh ini saya masih percaya dengan integritas yang dimiliki Pak Anies. sejauh saya mengenal dia, apalagi pernah diskusi cukup jauh tentang masalah pendidikan, saya tahu beliau adalah sosok pemimpin yang tepat untuk bangsa ini, karena kami sama-sama memiliki passion di bidang pendidikan, dan dia sadar bahwa basis paling penting dari negara ini adalah SDMnya, dan bagaimana meningkatkan kualitas SDM, adalah dengan pendidikan.

tulisan Pak Anies yang dimuat KOMPAS, pada hari ini menunjukkan, marketing yang dilakukan oleh Pak Anies, untuk mengenalkan dirinya kepada rakyat Indonesia, amat sangat baik. dan, seandainya pun, banyak yang mengatakan bahwa Indonesia Mengajar salah satunya dilakukan untuk mencari 'massa' sebenarnya tidak terlalu masalah, yah kalau begini kualitas Pak Anies dan 'massa'-nya jauh-jauh lebih baik daripada sebuah partai politik bukan? liat saja isi partai politik, saya tidak yakin, mereka diisi oleh pemuda-pemuda cerdas dan berintegritas terhadap bangsanya. yang paling saya salut, saya melihat Pak Anies ini sangat percaya terhadap kaum muda Indonesia, dilihat betapa gencar dia melakukan hubungan yang baik terhadap komunitas-komunitas dan universitas-universitas, membangun kepercayaan.

dan yang paling saya suka, adalah Pak Anies mampu mengutarakan kekecewaannya terhadap Pak Yudhoyono, sangat bijak sekali, penuh dengan kritik pedas, tetapi tetap bersikap dingin, tidak perlu senggol kiri kanan. that's kind cool way, i think.

singkat kata, dari tulisan saya yang meracau ini, kalau ditanya,'apakah saya percaya Anies Baswedan mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik lagi?'. saya bukan Tuhan yang bisa menentukan mau dibawa negara ini, tapi sampai detik saya menuliskan ini, Pak Anies adalah sosok yang tepat yang membawa angin segar for this nation, Amerika saja punya Presiden super cerdas seperti Barack Obama, kenapa Indonesia tidak?

social media

udah lama banget gue pengen nulis tentang social media, sebagai orang yang betah banget meracau (kayak sekarang) dan kalo malesnya udah kambuh buat keliling keluar dari zona nyaman (baca kamar) hidup gue gue habiskan dengan berselancar keliling dunia melalui dunia maya. akhirnya gue punya banyak banget social media yang semua-semuanya aktif. sebelum gue kehilangan Galaxy Tab, kecanduan gue terhadap dunia maya jauh lebih parah dari beberapa hari ini (setelah hilang), soalnya gue jadi lebih gampang akses ke segala arah, wajar kalo gue bilang Galaxy Tab gue itu adalah horcrux gue, yang kalo itu ilang, berarti sebagian nyawa gue juga ilang.

balik lagi ke social media, lima social media yang gue selalu buka setiap gue buka laptop gue, yaitu facebook, twitter, tumblr, plurk, dan google (+). tapi diantara kelima itu twitter dan tumblr adalah tempat yang paling candu bagi gue, ntah mengapa, itu candu sekali. miniblog dimana lo bisa berekpresi apa saja, yah walau kadang-kadang banyak yang nyinyir, bilang terlalu galau-lah, terlalu heboh-lah, padahal gue ga pernah memaksa mereka buat ng-follow dua buah socmed tersebut, jadi harusnya mereka ga perlu kesel sama apa yang gue lakukan, tapi itu gue anggap sebagai kasih sayang, kasih sayang agar gue ga galau, hahaha.

tapi sejauh ini, social media juga memberikan banyak manfaatnya disamping juga banyak mudharatnya. manfaat-manfaat tersebut adalah, berkat social media, seorang anak SMA bisa lanjut kuliah, gara-gara gue ng-post sebuah tulisan di facebook, tulisan itu ternyata di sebar-sebar ke milis, dan banyak alumni-alumni ITB yang ternyata merasa terpanggil untuk menolong anak SMA tersebut, hingga saat ini si anak SMA tersebut sudah menyandang status sebagai mahasiswa ITB. ntah apa jadinya jika dunia tidak tau tentang kabar tersebut.

manfaat lainnya adalah sejauh ini, gue mendapatkan banyak sekali teman melalui social media, terlebih-lebih lagi dari tumblr. malahan ada orang-orang yang dulunya gue ga kenal sama sekali di kampus, tapi berkat mereka follow gue di tumblr, kita akhirnya ketemu di dunia nyata dan berhubungan baik. dari tumblr juga gue ketemu temen-temen dari luar kota Bandung, ada yang tinggal di Yogya, ada juga di Jakarta, dan kota-kota lainnya, itu indah sekali, bukan? salah satu orang tersebut adalah seorang calon dokter dari Universitas Indonesia, Yunus Kuntawi Aji, karena ada suatu 'bisnis' kita jadi sering komunikasi, beliau salah satu inspiring person yang gue kenal. malahan dalam waktu dekat ini, kami (insya Allah) kami akan melakukan meet-up di kota Bandung, yeiy!

manfaat yang gue dapatkan dari twitter adalah, gue bisa punya hubungan yang 'dekat' dengan orang-orang terkenal, berapa kali gue sempet diskusi dengan @ShafiqPontoh, seorang aktivis twitter, followernya sampe ribuan, kita diskusi tentang air. gue juga belajar banyak tentang Islam dari @SalimAFillah, yang sering banget ng-tweet tentang agama Islam. gue juga belajar tentang sastra dari idola gue, sang jurnalis @gm_gm (Goenawan Muhammad), he's incredible awesom, totally! kebanyakan kalo diliat dari data following gue, gue ng-follow para jurnalis, teman-teman yang gue kenal, dan orang-orang yang punya keahlian di bidangnya (kayak @ShafiqPontoh). oh, iyah, dari twitter juga, gue mencoba memperkenalkan organisasi yang gue ikuti yaitu @ITBMengajar hingga bisa memiliki hubungan yang baik dengan teman-teman dari Universitas lain dan komunitas pendidikan lainnya.

ada cerita unik lainnya, yaitu tentang Google (+), jejaring sosial yang baru muncul ini membantu gue mengetahui pencuri Galaxy Tab gue, walau ga berhasil ditemukan. jadi ceritanya, pagi sebelum Galaxy Tab gue hilang, gue sempet pasang aplikasi Google (+) for android di Galaxy Tab, nah karena koneksi internet 24 jam di Galaxy Tab gue, setiap kali kita mengambil poto, maka akan langsung ke upload di Google (+). mungkin karena tidak tahu banyak tentang teknologi, si pencuri sempat poto-poto sebanyak dua kali, saat gue buka Google(+) gue, ada notifikasi telah meng-upload dua buah poto, dan ternyata itu adalah poto-poto pencuri itu, haha, what a coincidence!

tapi memang, jika tak pandai-pandai menggunakan social media, kita bakalan kecanduan sekali, gue sering seharian di depan laptop karena terlalu asik kesana-kemari, kadang ntah apa yang sebenarnya yang gue lakukan, hahaha. jadi gunakan social media sebaik-baik, mungkin, insya Allah akan lebih banyak mendapatkan manfaatnya dibandingkan mudharat, aamiin. :)

racauan

kadang kita dibiarkan Tuhan terjatuh hingga sakit sekali, untuk lebih menghargai rasa beryukur. kadang kita diberikan cobaan yang berat agar lebih tahu bagaimana mencari dan berusaha.

kemarin, ntah kenapa gue sedang dalam posisi yang 'jles' banget, merasa hilang, jatuh, dan mengawang. ga perlu diceritain kenapa, soalnya bikin malu. temen-temen gue sering bilang gue terlalu galau, ah, padahal semua orang juga galau, cuman saja, gue kenal soscial media, akhirnya galau gue berlebihan, gue akan mengkontrol kok. janji! soalnya gue juga udah mau fokus TA, ah, kalo gue main-main terus gue yakin gue makin ga selesai. dosen pembimbing gue pengen gue jadi master FORTRAN di lab gue, soalnya temen gue udah ada yang jago C++, MATLAB, pemodelan tsunami, dan lain-dan lain. kayak gue udah bilang di post-an sebelumnya, gue bukanlah mahasiswa yang cerdas di Fisika, jadi gue harus berusaha minimal ada suatu media yang gue kuasain. tapi FORTRAN susahnya amit-amit, bahan TA gue juga susahnya amit-amit, yah salah gue sendiri, sih.

lah kok ngomongin TA, ga apa-apalah, satu post ajah dari blog gue, gue dedikasiin buat racauan ga jelas.

hari ini, 8 orang temen angkatan gue, 10 orang deh sama yang nonhimp, ada syukuran wisuda gitu deh, tapi gue terlalu males buat bangun dari tempat tidur, mandi, terus keluar liat dunia. gara-gara itu, kejadian kemaren, ruined my mood banget, halah alesan. tapi besok gue dateng kok, yang di wisuda, sekali lagi, janji!

kemaren gue baca Madre, aduh inget itu jadi laper lagi, bagus deh, tapi masih bagus The Alchemist. gara-gara baca The Alchemist, gue jadi ngerasa buku lain biasa ajah deh, soalnya too awesome tuh, The Alchemist, bagusnya dewa.

udahlah, mending kita nglakuin yang pasti-pasti ajah fellas, your life it's not over just because cinta-cinta-an doang. liat di sekeliling lo, banyak yang sayang, nanti juga ada waktunya ketemu yang tepat, hahaha. sahabat gue bilang, buat diri lo berharga dong, jangan mau jatuh cuman karena seorang. tetap semangat, dadah, kerjain TA dulu, aaaaaah

doain saya, bisa lulus oktober yahh, terus kuliah S2 plasma physics, terus nikah, terus terus terus terus, bisa masuk sorga sama keluarga mini (suami dan anak-anak, aamiin)

mereka yang kita anggap minoritas

setiap hari pulang naik angkot, membuat gue udah ga asing lagi dengan pengamen dan anak-anak nan lucu yang kita sebut anak jalanan. mereka bukan hanya bisa ditemui ketika gue naik angkot, tapi hampir disetiap kaki gue melangkah ke sudut-sudut Bandung. ga cuman Bandung sebenernya, tapi setiap sudut Indonesia, tampaknya, miris memang, tapi kadang gue ga berani untuk nyalahin pemerintah atas meningkatnya populasi orang-orang yang 'bekerja' di jalanan, karena toh masyarakat sipil (termasuk gue) sendiri pun tampaknya acuh tak acuh tentang mereka, mungkin karena ngerasa berada pada kasta yang berbeda.

sebenernya, akhir-akhir ini, gue sendiri ga terlalu suka melabeli mereka dengan anak jalanan, sahabat gue pernah ng-tweet, isinya kurang lebih gini, 'mulai sekarang kita panggil anak-anak jalanan, anak Indonesia, yuk'. maksud dia disini, stop melabeli mereka dengan kata jalanan, itu membuat jarak antara kita dan mereka semakin jauh, toh kadang mereka tidak punya pilihan. mereka jadi kaum minoritas dan tersisihkan, karena kita juga yang membedakannya. anak-anak kecil imut dan lucu itu juga anak Indonesia, sama dengan anak-anak yang turun naik mobil, bisa sekolah, ga ada beda yang mendasar, hanya beda tempat bermain bagi gue. tapi gue juga ga punya hak sih, buat ngelarang orang-orang manggil mereka anak jalanan, yah kembali ke-persepsi masing-masing.

ngomong-ngomong tentang pengamen, beberapa minggu yang lalu, pas gue diangkot, sempet ada pengamen bagus bangeeeet main musiknya, mereka berdua, yang satu pake gitar yang satunya pake biola, cuman yang pake biola begitu menghayati permainannya, sangking asiknya beliau (halah) main biola, gue sampe terharu, karena bagus banget. rasanya hati jadi adem banget. beda banget kalo liat pengamen yang mainnya asal-asalan, rasanya pengen gue timpuk pake hape. apalagi kalo abis pulang kuliah, capek, laper, eh dia mainnya asal-asalan, rasanya gue pengen tereak,'mending ga usah nyanyi woi'. tapi malu, hahaha, lagian kan mereka ngamen buat nyari makan.

tentang anak-anak kecil yang suka bermain di jalanan. beberapa dari mereka, biasanya karena ga punya pilihan. sering denger cerita dari mereka, ada yang memang harus bantu orangtuanya, ada yang ga ngerti kalo lagi dimanfaatin orangtuanya, atau yang bener-bener ga punya orang tua. yang paling gue sering temuin itu, yang kategori kedua. dengan polos mereka cerita, kalo mereka dianter jemput orangtuanya buat ngamen atau sekedar minta-minta, tapi mereka bilang mereka bahagia, senang dan kelihatannya pun begitu. tapi yang menyedihkan (bagi gue, ntah bagi mereka) adalah mereka ga bisa mengecap pendidikan (sekolah) kayak anak-anak pada umumnya. yah, walau sebenarnya mungkin ada yang mereka pelajari saat berada di jalanan, tapi ada sesuatu yang mereka ga dapet dan anak-anak lain dapet. ntahlah, hanya saja, gue belum tau itu apa. sekolah itu penting tapi memang bukan segala-galanya, dan gue percaya itu.

tapi menurut gue, hidup mereka bakalan jauh lebih bermakna, jika mereka diarahkan ke 'jalan yang benar'. maksud gue disini, bukan berarti mereka lagi di jalan bengkok atau salah, tapi bener-bener diarahkan ke-keinginan mereka, berhenti mengeksploitasi masa kecil mereka. anak-anak itu sebenernya cerdas-cerdas, hanya saja belum sempat atau tidak sempat mengecap pendidikan yang sama seperti anak-anak lain.

misalnya, kayak kata gue tadi, kadang gue kesel banget kalo denger pengamen yang mainnya demi uang, orang yang denger malah ogah ngasih, tapi seandainya pengamen-pengamen itu diajarin main musik dan vokalnya dilatih lebih baik, yang ngedengrin bakalan ngeluarin uang buat mereka secara ikhlas. pernah suatu hari gue naik angkot, gue mengalami 3 kali lampu merah, dan 3-3-nya, angkot gue didatengin oleh 3 macam pengamen, pengamen pertama main biasa banget bahkan ga bisa dibilang bagus, cuman dikasih gopek-an. pengamen kedua, bagus banget yang gue ceritain di atas, dapet sekitar 5 rebuan, karena orang-orang diangkot ngasihnya antara 1000-2000 rupiah. sedangkan pengamen ketiga, seorang bocah yang megang kecrekkan, bahkan ga ngeluarin suara, ga ada yang ngasih (ditambah lagi, mamanya asik nongkrong, nggosip, sambil meratiin anak-anaknya, mana ada yang kesian buat ngasih).

pengamen dan orang-orang yang bergantung hidupnya dari jalanan ini sebenarnya dilema. ga dikasih, manusia itu pada dasarnya punya rasa kasihan yang ingin memberi. dikasih, populasi mereka yang mengandalkan hidup dijalanan terus membludak, hari kehari kian bertambah. ntahlah, tampaknya pemerintah tak punya solusi, orang-orang ini bisa 'dihilangkan' tapi hanya beberapa hari, seterusnya akan kembali, 'dihilangkan' kemudian kembali lagi. beberapa temen gue pernah pengen coba kasih pendidikan untuk anak-anak yang bermain di jalanan, tapi, orang tua (buat yang mereka berkerja karena orangtua) agak sedikit tidak sepakat, yah mungkin karena penghasilan anak-nya akan berkurang, itu pasti sebenarnya. salah satu pengamen di Nyawang, setiap hari menghasilkan sekitar 30ribu rupiah, dia mengamen bersama adiknya, berarti sehari bisa dapet 60 ribu rupiah, katanya, semua itu diberikan untuk ibunya agar dapur tetap mengepul. wajar, kalo sampai ada orangtua yang agak sedikit menolak anaknya mengurangi 'jam kerjanya' hanya untuk belajar.

bingung. itu yang gue rasain sebenernya, mencoba kasih solusi tapi tak pernah menemukan titiknya. akhirnya, gue cuman bisa nyalahin pemerintah, ga kasih solusi yang pasti buat mereka. maafkan. tapi inti dari tulisan gue ini (hahaha, maaf yak berbelit-belit), sebenernya gue pengen mengajak kita semua (termasuk gue yang kadang lupa) bahwa, mereka yang mengabdikan hidupnya untuk berada di jalanan pada dasarnya ga ada bedanya dengan kita. kata nyokap gue, yang membedakan manusia di mata Tuhan, hanyalah amal ibadah mereka. Tuhan saja yang menciptakan kita tak membedakan umatNya karena harta dan physically, kenapa kita manusia membeda-bedakan derajat manusia.

menulis ini gue jadi teringat seorang bocah lucu, yang kalo gue lagi makan di nyawang selalu menyapa gue,'kakak, lagi makan?'. namanya dena, lucu sekali, belum sekolah umurnya sekitar 5 tahun, senyumannya mungil dan suka berbagi pelukan hangat. semoga Tuhan selalu sayang padanya, ah, itu pasti, aamiin.
top