Apakah itu terasa sakit kawan, kematian?

Api itu, apakah panas sekali rasanya?

Kenapa kau melakukannya? Mungkin aku tak pernah tau pastinya. Tapi kudengar, kau muak dengan yang segala kebohongan yang ada. Kau ingin mengekspresikan apa yang kau rasakan. Benar tidak tebakkanku. Semoga benar kawan.

Kau pasti lebih tau, perjuangan memang jauh lebih baik daripada diam-kan, kawan? Aku tertampar.

Mungkin Tuan-tuan di atas sana masih akan tetap menggeliat dalam kolam nanah busuk yang mereka selami. Mungkin bau gosong dagingmu, takkan tercium hingga ke hidung mereka, dan membuat mereka bangun dari tidur pulas bahwa mereka telah tenggelam dilautan keringat rakyatnya. Mungkin terdengar lebih banyak yang mencelamu dari pada memberikanmu apresiasi, dan bilang engkau salah melangkah, kau bodoh telah menyia-nyiakan hidup yang terlalu berharga.

Tapi aku percaya, kau yakini apa yang kau telah lakukan. Aku lebih mengapresiasinya, daripada aku dan teman-temanku, lihatlah apa yang kami lakukan, hanya mengikuti arus dalam diam melihat segalanya.

Karena diam dari mulutmu saat kematianmu ini, adalah teriakkan paling keras yang pernah ku dengar.

Salamku dari bumi-yang-penuh-kemunafikkan ini. Kau beruntung tak merasakannya lagi, setidaknya.

0 komentar:

top