Pendidikan dan Kemahasiswaan

Menurut Ki Hadjar Dewantara dalam bukunya Menuju Manusia Merdeka, pendidikan adalah tuntunan, yaitu pendidikan merupakan tuntunan segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Dalam UU Sisdiknas pun dijelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dapat dilihat bahwa kedua tujuan pendidikan di atas, baik menurut Ki Hadjar Dewantara, maupun yang tertulis dalam Undang-Undang Sisdiknas mengarah ke pembentukan manusia Indonesia yang cakap dalam banyak hal agar dapat menjadi solusi-solusi atas permasalahan-permasalahan di masyarakat Indonesia.

Sekolah merupakan salah satu cara dimana seorang manusia memperoleh pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang seharusnya makin mempengaruhi pola pikir dan karakter seorang manusia. Di sekolah, kita tidak hanya diajarkan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang kita butuhkan, tetapi kita juga disediakan sarana ekstrakulikuler sebagai wadah pengembangan bakat seorang siswa.

Sama halnya saat kita menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi, yang juga merupakan salah satu alat yang membantu terbentuknya manusia Indonesia yang berkarakter. Mahasiswa, pada posisi ini, dianggap sebagai sosok yang sudah matang dibandingkan dengan siswa, disini mahasiswa dizinkan untuk melakukan keputusan-keputusan yang mereka anggap benar, sehingga menjadi wadah pembelajaran agar setelah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi dapat menjadi solusi atas tantangan-tantangan di masyarakat Indonesia. Mahasiswa perlu wadah yang dapat mengembangkan potensi dalam dirinya. Sayangnya, seringkali ruang kelas atau akademik saja kadang belum cukup membantu untuk memenuhi kebutuhan seorang mahasiswa menjadi manusia yang seutuhnya. Karena itu, mahasiswa butuh untuk berkemahasiswaan, mereka perlu memiliki ruang lebih untuk lebih mengembangkan dan menyalurkan potensi-potensi yang dimiliki dirinya.

Kemahasiswaan bisa dilakukan melalui banyak hal, dalam lingkungan ITB sendiri, telah menyediakan banyak wadah untuk mahasiswanya agar dapat ber-kemahsiswaan. Himpunan menjadi salah satu wadah untuk mahasiswa melakukan kemahasiswaan. Himpunan bisa menjadi wadah untuk membantu menyalurkan segala bentuk berkegiatan yang bisa dilakukan oleh mahasiswa. Segala kegiatan di himpunan, menurut saya, adalah kegiatan berkemahasiswaan. Tutorial bersama, kaderisasi, mengobrol bahkan hanya sekedar bermain ping-pong, bagi saya itu adalah salah kegiatan kemahasiswaan. Mengapa? Kita bisa ambil contoh bermain ping-pong, bisa menjadi wadah pengembangan bakat yang dilakukan seorang mahasiswa di luar kelas, bermain bola ping-pong dengan benar-pun mengajarkan nilai-nilai sportivitas, yang nantinya sangat dibutuhkan saat sudah langsung terjun ke masyarakat, bisakah menjadi manusia yang jujur.

Karena itu berhimpunan yang sejatinya adalah proses untuk berkemahasiswaan, juga merupakan proses pendidikan yang seutuhnya. Kemahasiswaan atau spesifiknya berhimpunan, adalah proses menuju menjadi manusia yang manusia yang merupakan tujuan dalam pendidikan. Teman saya pernah mengatakan bahwa seorang mahasiswa besar bukan karena himpunannya, tetapi himpunan besar karena orang-orang di dalamnya. Dari sini, dapat dilihat bahwa, himpunan itu sendiri hanyalah wadah yang statis, dan hanya dapat menjadi dinamis jika para pengisi himpunan itu sendiri dapat aktif berkegiatan, dalam hal ini berkemahasiswaan. Karena itu berkemahasiswaan sangat diharapkan, karena di sanalah kita juga berpartisipasi aktif dalam sistem pendidikan sehingga nantinya dapat menjadi manusia yang benar-benar manusia.

Tulisan ini dibuat pada bulletin HIMAFI ITB - Quark

(semoga) Indonesia (benar-benar) Mengajar



Saya udah denger tentang Indonesia Mengajar, sejak pertama kali mereka roadshow di kampus saya. Tapi saya baru ngerasa interested sekali sama gerakan ini waktu denger di roadshow selanjutnya di kampus tetangga, dan betapa (kayaknya) menyenangkan jadi Pengajar Muda di daerah terpencil dengan anak-anak Indonesia yang lucu-lucu. Saya percaya,'Setahun mengajar, akan memberikan Seumur hidup inspirasi'.

'Ini kita namakan Gerakan Indonesia Mengajar', ujar Pak Anies Baswedan, di ruang kantor Indonesia Mengajar, pada suatu hari saat saya mengunjungi dan waktu diundang untuk bercerita tentang ITB Mengajar. Indonesia Mengajar dijadikan Gerakan untuk menginspirasi jutaan penduduk Indonesia agar mampu bergerak membenahi pendidikan Indonesia, bersama-sama. Karena, mencerdaskan kehidupan bangsa adalah janji kemerdekaan negara kita. Tapi sedikit kritikan saya terhadap program yang baru berjalan 2 tahun ini, bahwa ternyata kata GERAKAN di depan kata Indonesia Mengajar, jarang sekali terdengar. Sepulang dari mengobrol dengan Pak Anies di kantornya, ke-iman-an saya untuk menjadi Pengajar Muda, yang dulunya menggebu-gebu malah menjadi berkurang, yah walau seringkali iman ini goyah dan kembali tertarik buat ikut mendaftar, hehehe.

Kenapa?

Saya melihat betapa besar antusias orang-orang yang ingin menjadi Pengajar Muda, tidak salah, benar-benar tidak salah jika kamu yang tertarik untuk mengikuti ini. Yang salah adalah saat ternyata ribuan orang mulai menganggap bahwa menjadi Pengajar Muda adalah satu-satu-nya jalan untuk berbakti kepada negara ini dalam bidang pendidikan.

Jika kamu sadar, sekali lagi, bahwa Indonesia Mengajar ini adalah gerakan. Gerakan untuk (sekaligus) menyadarkan betapa pentingnya pendidikan, gerakan untuk memberitahu kepada anak-anak kecil dimanapun kamu tinggal untuk terus menempuh pendidikan wajib 9 tahun, gerakan untuk membangunkan hati nurani tiap-tiap penduduk Indonesia agar mampu menjadi guru dimanapun dia tinggal.

Sejujurnya, tak perlu menunggu untuk menjadi Pengajar Muda, jika hanya sekedar ingin berbagi mimpi (terlalu berlebihan jika kita sebut inspirasi). Mulai dari lingkungan sekitar, bangunkan anak-anak kecil di sekitar kita untuk terus bermimpi dan terus memiliki cita-cita. Bantu Pak Anies Baswedan mewujudkan impiannya, yaitu agar Indonesia Mengajar, benar-benar menjadi INDONESIA MENGAJAR. Karena kita semua adalah guru.

Teman saya, Manganju Luhut, pernah berkata seperti ini,

'Semesta adalah sekolah, dan semua makhluk adalah guru bagi makhluk lainnya.'

Semua kita bisa menjadi guru, percayalah.

Sekali lagi, jika bisa memulai sekarang untuk mengajar, kenapa harus menunggu hari esok. Kalau bisa jadi leader untuk Indonesia, kenapa harus jadi follower. Tak perlu menunggu setahun untuk mendapatkan inspirasi. Cukup satu jam luangkan waktu untuk mereka yang tidak mendapatkan pendidikan yang baik, insha Allah, banyak manfaatnya yang akan kita dan mereka dapatkan.

Karena itu menurut saya, tidak perlu menunggu menjadi Pengajar Muda untuk menginspirasi, tapi mulailah dari sekarang dan dari lingkungan terdekat.

notes : saya ga melarang untuk ikut daftar jadi Pengajar Muda, tapi saya hanya ingin berbagi sudut pandang yang saya dapat saat ngobrol langsung dengan Pak Anies :)

btw,

SELAMAT HARI GURU NASIONAL, teman-teman :)

Save #OrangUtan

Beberapa hari yang lalu saya menonton sebuah berita di RCTI, di Program Berita Siang milik mereka, di sana di tampilkan OrangUtan yang penuh luka, usut punya usut ternyata, Orang Utan itu dipukuli oleh pekerja di sebuah perusahaan kelapa sawit. I just shocked in that time, dan fakta ada yang lebih mencengangkan lagi bahwa, perusahaan tersebut menganggap bahwa Orang Utan adalah hama yang mengganggu perkebunan kelapa sawit mereka. Dan perlu kalian tahu, mereka telah membunuh ratusan Orang Utan lainnya.

Seriously, are you insane?

Hutan adalah jelas-jelas tempat mereka tinggal, dan kita manusia yang seharusnya lebih menghargai alam, lebih menghargai mereka, sesama makhluk hidup. Bener kalo kata temen saya, Satria, yang bilang,

'Pada akhirnya hati nurani yang dibutakan kalo sampe fauna langka dilabeli 'hama, bisa rusak kebun, mengurangi profitabilitas, thanks capitalism'

Itulah kapitalisme, kita menghalalkan segala cara agar mendapatkan apapun yang kita inginkan. Dan kita di dalam lingkarannya.

Dan barusan, seorang teman saya lainnya, me-tweet, sebuah link yang isinya, tentang Orang Utan Prostitute.

Astagfirullah, dimana akal orang-orang itu. Saya bener-bener ga habis pikir, dan sampe nangis baca artikelnya. Di situ ada seekor Orang Utan yang digunduli bulu-nya, untuk 'diperdagangkan'. Mennnn. Anjirlah! Speechles!

I don't know how to save Orang Utan, secara konkritnya, tapi saya mau temen-temen yang baca ini, sadar bahwa ada yang salah sama kehidupan kita. Manusia nyata-nyatanya di amanatkan oleh Allah untuk jadi khalifah di Bumi, untuk menjaga apa yang dia titipkan, karena itu pula kita dikasih akal dan hati nurani dibandingkan makhluk ciptaan Dia lainnya, dan kita malah ga mempergunakan itu dengan baik.

Saya sangat berduka cita untuk mati-nya hati nurani orang-orang yang melakukan kejahatan terhadap Orang Utan di Kalimantan. You are so shameless!

Belajar

Bener kalo banyak yang bilang, belajar itu malah paling berharga adalah dari pengalaman-pengalaman. Dua bulan lagi, resolusi 2011 punya saya bakalan harus di analisis kemudian diambil kesimpulannya, berapa banyak sih yang sudah tercapai di tahun 2011. Dan tentunya, bagaimana sih caranya biar terjadi peningkatan di tahun berikutnya biar jadi manusia yang lebih baik lagi tentunya.

Setahun kemarin (11bulan lebih tepatnya), saya banyak banget belajar, termasuk urusan cinta, serius! Tapi yang paling banyak kasih pelajaran sebenernya di saat-saat jadi promotor Filman dan di detik-detik menjelang kelulusan (pas sidang dan teman-temannya). Walau kedua ini ga berhubungan sama cinta, ea, hahaha.

Waktu jadi promotor Filman, saya banyak banget belajar tentang politik kampus, ketulusan, idealisme, nasionalisme, bahkan tentang persahabatan. Teach me a lot. Walau kita ga menang, ntah kenapa jauh-jauh-jauh di lubuk hati saya, saya bener-bener ikhlas walau badan rontok ga keruan dan semua sistem hidup saya (waktu tidur kebalik-balik, banyak bolos kuliah, makan ga teratur dan masih banyak lagi) berantakan parah. Tapi saya seneng banget sudah pernah belajar banyak hal dalam dua bulan itu, belajar ikhlas juga, ikhlas bahwa kita ga memang memang bukan kapabilitas untuk jadi pemimpin kampus ITB. Pokoknya itu dua bulan paling berharga yang pernah saya alami selama di ITB, oh, iyah, tali silaturahmi jadi banyak kebuka gara-gara ketemu banyak orang. Menyenangkan.

Tahun ini saya juga berhasil lulus, sesuai dengan target awal saya banget, padahal sempet berubah sih targetnya dari Oktober jadi ke Juli, eh balik lagi ke Oktober alhamdulillah. Ternyata perjuangan tiga tahun di Fisika ga sia-sia, belajar banyak banget tentang Fisikanya sendiri dan kehidupan, hahaha. Banyak banget pelajaran dan hikmah yang bisa diambil waktu ngerjain TA, satu yang akan saya selalu inget, bahwa hidup ini memang ga gampang, tapi kalo kita mau berusaha memperjuangkannya, itu semua akan berlalu, pasti! TA yang saya anggap susah, banget, ternyata saya bisa lewatin dengan penuh perjuangan, tetesan air mata dan keringat, serius! Dan, tadaaa, saya sudah jadi sarjana sekarang :)

Termasuk urusan cinta, kemarin-kemarin saya jadi banyak belajar dan ditegur sama Allah, alhamdulillah Allah masih saya sama saya. Bahwa sesungguhnya cinta yang pasti itu cuman buat Allah, dan kita sebagai manusia jangan sampai buta mata sama fatarmogana yang tiba-tiba ada di depan mata. Saya juga belajar bahwa ga semua manusia itu baik, walaupun semua manusia dasarnya punya sifat baik, tapi sebagai manusia yang dikasih akal yang harusnya kita pergunakan dengan sebaik-baiknya bahwa kita tetap harus memilah-milah yang mana orang yang baik beneran sama kita, atau cuman mau manfaatin kita doang, hihihi.

Wess, alhamdulillah ternyata saya masih di kasih kesempatan buat nulis ini, karena saya memang lebih suka nulis buat nantinya dibaca sama diri saya sendiri lagi, bahwa ternyata saya sudah banyak sekali belajar, dan saya ga boleh berenti buat belajar, insha Allah.

Oh, iyah sekarang ini saya lagi sibuk main-main di tiga kegiatan, tiga-tiga-nya adalah projek yang besar, insha Allah untuk masyarakat. Doakan semoga tiga projek ini bisa bermanfaat dan KONKRIT JADI (saya tulis besar-besar biar sadar, haha). Saya juga sudah rencana mau ngambil S2 lagi proses pendaftaran, cita-cita mau jadi dosen ITB semoga bisa dibukakan jalannya sama Allah, pengennya nanti S2 ini double degree, jadi bisa banyak belajar baik di ITB maupun di negara luar, kayak Eropa. AAMIIN!

top