mereka yang kita anggap minoritas

setiap hari pulang naik angkot, membuat gue udah ga asing lagi dengan pengamen dan anak-anak nan lucu yang kita sebut anak jalanan. mereka bukan hanya bisa ditemui ketika gue naik angkot, tapi hampir disetiap kaki gue melangkah ke sudut-sudut Bandung. ga cuman Bandung sebenernya, tapi setiap sudut Indonesia, tampaknya, miris memang, tapi kadang gue ga berani untuk nyalahin pemerintah atas meningkatnya populasi orang-orang yang 'bekerja' di jalanan, karena toh masyarakat sipil (termasuk gue) sendiri pun tampaknya acuh tak acuh tentang mereka, mungkin karena ngerasa berada pada kasta yang berbeda.

sebenernya, akhir-akhir ini, gue sendiri ga terlalu suka melabeli mereka dengan anak jalanan, sahabat gue pernah ng-tweet, isinya kurang lebih gini, 'mulai sekarang kita panggil anak-anak jalanan, anak Indonesia, yuk'. maksud dia disini, stop melabeli mereka dengan kata jalanan, itu membuat jarak antara kita dan mereka semakin jauh, toh kadang mereka tidak punya pilihan. mereka jadi kaum minoritas dan tersisihkan, karena kita juga yang membedakannya. anak-anak kecil imut dan lucu itu juga anak Indonesia, sama dengan anak-anak yang turun naik mobil, bisa sekolah, ga ada beda yang mendasar, hanya beda tempat bermain bagi gue. tapi gue juga ga punya hak sih, buat ngelarang orang-orang manggil mereka anak jalanan, yah kembali ke-persepsi masing-masing.

ngomong-ngomong tentang pengamen, beberapa minggu yang lalu, pas gue diangkot, sempet ada pengamen bagus bangeeeet main musiknya, mereka berdua, yang satu pake gitar yang satunya pake biola, cuman yang pake biola begitu menghayati permainannya, sangking asiknya beliau (halah) main biola, gue sampe terharu, karena bagus banget. rasanya hati jadi adem banget. beda banget kalo liat pengamen yang mainnya asal-asalan, rasanya pengen gue timpuk pake hape. apalagi kalo abis pulang kuliah, capek, laper, eh dia mainnya asal-asalan, rasanya gue pengen tereak,'mending ga usah nyanyi woi'. tapi malu, hahaha, lagian kan mereka ngamen buat nyari makan.

tentang anak-anak kecil yang suka bermain di jalanan. beberapa dari mereka, biasanya karena ga punya pilihan. sering denger cerita dari mereka, ada yang memang harus bantu orangtuanya, ada yang ga ngerti kalo lagi dimanfaatin orangtuanya, atau yang bener-bener ga punya orang tua. yang paling gue sering temuin itu, yang kategori kedua. dengan polos mereka cerita, kalo mereka dianter jemput orangtuanya buat ngamen atau sekedar minta-minta, tapi mereka bilang mereka bahagia, senang dan kelihatannya pun begitu. tapi yang menyedihkan (bagi gue, ntah bagi mereka) adalah mereka ga bisa mengecap pendidikan (sekolah) kayak anak-anak pada umumnya. yah, walau sebenarnya mungkin ada yang mereka pelajari saat berada di jalanan, tapi ada sesuatu yang mereka ga dapet dan anak-anak lain dapet. ntahlah, hanya saja, gue belum tau itu apa. sekolah itu penting tapi memang bukan segala-galanya, dan gue percaya itu.

tapi menurut gue, hidup mereka bakalan jauh lebih bermakna, jika mereka diarahkan ke 'jalan yang benar'. maksud gue disini, bukan berarti mereka lagi di jalan bengkok atau salah, tapi bener-bener diarahkan ke-keinginan mereka, berhenti mengeksploitasi masa kecil mereka. anak-anak itu sebenernya cerdas-cerdas, hanya saja belum sempat atau tidak sempat mengecap pendidikan yang sama seperti anak-anak lain.

misalnya, kayak kata gue tadi, kadang gue kesel banget kalo denger pengamen yang mainnya demi uang, orang yang denger malah ogah ngasih, tapi seandainya pengamen-pengamen itu diajarin main musik dan vokalnya dilatih lebih baik, yang ngedengrin bakalan ngeluarin uang buat mereka secara ikhlas. pernah suatu hari gue naik angkot, gue mengalami 3 kali lampu merah, dan 3-3-nya, angkot gue didatengin oleh 3 macam pengamen, pengamen pertama main biasa banget bahkan ga bisa dibilang bagus, cuman dikasih gopek-an. pengamen kedua, bagus banget yang gue ceritain di atas, dapet sekitar 5 rebuan, karena orang-orang diangkot ngasihnya antara 1000-2000 rupiah. sedangkan pengamen ketiga, seorang bocah yang megang kecrekkan, bahkan ga ngeluarin suara, ga ada yang ngasih (ditambah lagi, mamanya asik nongkrong, nggosip, sambil meratiin anak-anaknya, mana ada yang kesian buat ngasih).

pengamen dan orang-orang yang bergantung hidupnya dari jalanan ini sebenarnya dilema. ga dikasih, manusia itu pada dasarnya punya rasa kasihan yang ingin memberi. dikasih, populasi mereka yang mengandalkan hidup dijalanan terus membludak, hari kehari kian bertambah. ntahlah, tampaknya pemerintah tak punya solusi, orang-orang ini bisa 'dihilangkan' tapi hanya beberapa hari, seterusnya akan kembali, 'dihilangkan' kemudian kembali lagi. beberapa temen gue pernah pengen coba kasih pendidikan untuk anak-anak yang bermain di jalanan, tapi, orang tua (buat yang mereka berkerja karena orangtua) agak sedikit tidak sepakat, yah mungkin karena penghasilan anak-nya akan berkurang, itu pasti sebenarnya. salah satu pengamen di Nyawang, setiap hari menghasilkan sekitar 30ribu rupiah, dia mengamen bersama adiknya, berarti sehari bisa dapet 60 ribu rupiah, katanya, semua itu diberikan untuk ibunya agar dapur tetap mengepul. wajar, kalo sampai ada orangtua yang agak sedikit menolak anaknya mengurangi 'jam kerjanya' hanya untuk belajar.

bingung. itu yang gue rasain sebenernya, mencoba kasih solusi tapi tak pernah menemukan titiknya. akhirnya, gue cuman bisa nyalahin pemerintah, ga kasih solusi yang pasti buat mereka. maafkan. tapi inti dari tulisan gue ini (hahaha, maaf yak berbelit-belit), sebenernya gue pengen mengajak kita semua (termasuk gue yang kadang lupa) bahwa, mereka yang mengabdikan hidupnya untuk berada di jalanan pada dasarnya ga ada bedanya dengan kita. kata nyokap gue, yang membedakan manusia di mata Tuhan, hanyalah amal ibadah mereka. Tuhan saja yang menciptakan kita tak membedakan umatNya karena harta dan physically, kenapa kita manusia membeda-bedakan derajat manusia.

menulis ini gue jadi teringat seorang bocah lucu, yang kalo gue lagi makan di nyawang selalu menyapa gue,'kakak, lagi makan?'. namanya dena, lucu sekali, belum sekolah umurnya sekitar 5 tahun, senyumannya mungil dan suka berbagi pelukan hangat. semoga Tuhan selalu sayang padanya, ah, itu pasti, aamiin.

0 komentar:

top