Fisika!

dilahirkan sebagai Mahasiswa Fisika, gue pernah mengalami ke-galau-an dalam memilih kelompok keahlian. gue pernah ngambil kelompok keahlian, yaitu namanya Fisika Material Elektronik (kalo ga salah), nah setelah sukses ngambil kuliah pilihan satu semester tentang KK (kempok keahlian) itu, gue ngerasa jalan hidup gue bukan disitu, ntah kenapa susah sekali rasanya. kemudian gue memutuskan untuk ngambil KK Fisika Bumi dan Sistem Kompleks, yang kata anak-anak modal otot doang, hahaha.

nah, di KK ini, gue juga galau, semester akhir dan semester pendek waktu naik dari tingkat 3 ke tingkat 4, gue belajar tentang Gempa Bumi, bahkan gue pernah nulisin hasil belajar gue tentang Gempa Bumi. tapi ntah kenapa gue galau lagi, karena gue dibesarkan dengan mempelajari tentang Climate Change and Energy di U-Green ITB, gue tertantang untuk mempelajari matahari dan perubahan iklim, jadilah gue memutuskan untuk berganti topik TA, yaitu Fisika Plasma.

kenapa gue ngambil ini. karena gue ga suka ‘terjun’ kelapangan, gue suka eksperimen, tapi eksperimen di lab. gue pernah nglakuin pekerjaan lapangan, waktu gue ambil sks Kermantau (kerja mandiri terpantau), sejenis kayak KP, 2 sks. nah disini gue melakukan metode namanya Downhole, yang fungsinya buat nyari kontur bumi (memetakan lapisan bumi). kalo kalian, liat gedung di salah satu daerah kuningan, itu gue ambil alih dalam pembangunan gedungnya, serius! gue ngbantu si pengusaha, untuk menentukan kelayakan suatu daerah bisa dibangun untuk gedung bertingkat apa ga. hahaha. sombong! nah, dari Kermantau itu gue mulai ga suka kerja di lapangan, kerja di lapangan capek, walau duitnya ngalir, gue paling ga tahan sama yang namanya panas, belum lagi keringatan, mukul-mukul alat, dsb. kerja rodi dan otot banget deh.

karena itu, gue lebih prefer duduk manis di dalem lab melakukan komputasi, ga capek, cuman muter otak lebih banyak. bukan di lapangan ga pake otak, otak tetep di pake, tapi yah otot lebih banyak bermain.

hari ini, setelah sekian lama gue ga main di lapangan, gue wajib turun lagi ke lapangan. karena dosen pembimbing gue, mengharapkan anak-anak bimbingannya, saat lulus nanti ga cuman jago di satu bidang, tapi di banyak bidang. satu KK itu banyak banget yang bisa dikerjakan.

Fisika Bumi itu lebih ke pemetaan kontur bumi dan sebagainya, kita nyebut diri kita itu Geoscientist, kita juga bisa kerja sama bareng anak-anak minyak, tambang, teknik geofisika. Fisika Bumi ini juga membantu dalam ‘pencarian minyak bumi’, kita yang menentukan posisi dimana terdapat minyak dan gas bumi, karena itu banyak juga yang belajar geothermal. banyak banget lulusan kita yang sekarang kerja diperusahaan migas dan dicari banget.

sedangkan Sistem Kompleks itu lebih ke pengamatan suatu sistem yang kompleks kayak pergerakan bumi, hubungan matahari dan bumi (medan elektromagnetik), terus macetnya jalanan juga merupakan suatu sistem kompleks, nah TA gue lebih ke arah itu, bukan di fisika buminya.

balik lagi cerita di lapangan, hari ini gue ngerjain 3 metode untuk menentukan kontur bumi, yaitu VLF, Gravity, dan Self Potential. kalo VLF itu menggunakan gelombang (VLF merupakan bagian dari metode EM, yaitu yang menggunakan gelombang elektromagnetik), Gravity mengukur rho dari dalam tanah (massa jenis), dan Self Potential itu menggunakan tegangan yang dihasilkan dari dalam bumi. dari ketiga metode itu, intepretasi datanya beda-beda, tapi nanti kita bisa lihat hasil kontur buminya gimana.

rasanya capek banget ngerjain, yang paling lama itu ngerjain Gravity, soalnya rebek, harus hati-hati, ga bisa ada noise (gangguan, kayak suara, gerak langkah) sedikit pun, dan alatnya mahal abis.

tapi walau capek, keringetan, dan pusing seharian di lapangan, tapi emang menyenangkan banget, soalnya bisa belajar banyak hal, yeah, semoga ajah setelah lulus dari kampus gajah berat ini, gue bisa menguasai banyak metode, aamiin :)

*itu sekilas tentang kuliah gue di Fisika*

Indonesia, Anies Baswedan, dan Indonesia Mengajar

pertama kali liat dan tahu tentang Pak Anies Baswedan pas dia jadi moderator untuk debat calon presiden. i saw this man is so interesting to me. charming, nice, and ingenious. malah saya ngerasa dia lebih pantas berdiri di posisi calon presiden dibandingkan ketiga calon sesungguhnya. no offense. pas liat biodata beliau di wikipedia, apalagi salah seorang teman saya begitu mengaguminya jadilah saya makin mengagumi bapak satu ini.

waktu tahu dia menggagas sebuah gerakan bernama Indonesia Mengajar, saya melihat bahwa beberapa tahun lagi, orang yang pernah masuk di dalam 100 Tokoh Intelektual Muda Dunia versi Majalah Foreign Policy dari Amerika Serikat, dan dia dinobatkan sebagai salah satu rektor termuda yang pernah ada, akan berada di posisi paling menentukan bagi bangsa ini.

'dia kan membangung Indonesia Mengajar, untuk mencari antek-antek politiknya'

setiap manusia pasti ada yang mengagumi ada pula yang tidak, banyak pula yang tidak terlalu menyukai Pak Anies, bagi saya beda pendapat tak apa-apa. hanya saja, sejauh ini saya masih percaya dengan integritas yang dimiliki Pak Anies. sejauh saya mengenal dia, apalagi pernah diskusi cukup jauh tentang masalah pendidikan, saya tahu beliau adalah sosok pemimpin yang tepat untuk bangsa ini, karena kami sama-sama memiliki passion di bidang pendidikan, dan dia sadar bahwa basis paling penting dari negara ini adalah SDMnya, dan bagaimana meningkatkan kualitas SDM, adalah dengan pendidikan.

tulisan Pak Anies yang dimuat KOMPAS, pada hari ini menunjukkan, marketing yang dilakukan oleh Pak Anies, untuk mengenalkan dirinya kepada rakyat Indonesia, amat sangat baik. dan, seandainya pun, banyak yang mengatakan bahwa Indonesia Mengajar salah satunya dilakukan untuk mencari 'massa' sebenarnya tidak terlalu masalah, yah kalau begini kualitas Pak Anies dan 'massa'-nya jauh-jauh lebih baik daripada sebuah partai politik bukan? liat saja isi partai politik, saya tidak yakin, mereka diisi oleh pemuda-pemuda cerdas dan berintegritas terhadap bangsanya. yang paling saya salut, saya melihat Pak Anies ini sangat percaya terhadap kaum muda Indonesia, dilihat betapa gencar dia melakukan hubungan yang baik terhadap komunitas-komunitas dan universitas-universitas, membangun kepercayaan.

dan yang paling saya suka, adalah Pak Anies mampu mengutarakan kekecewaannya terhadap Pak Yudhoyono, sangat bijak sekali, penuh dengan kritik pedas, tetapi tetap bersikap dingin, tidak perlu senggol kiri kanan. that's kind cool way, i think.

singkat kata, dari tulisan saya yang meracau ini, kalau ditanya,'apakah saya percaya Anies Baswedan mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik lagi?'. saya bukan Tuhan yang bisa menentukan mau dibawa negara ini, tapi sampai detik saya menuliskan ini, Pak Anies adalah sosok yang tepat yang membawa angin segar for this nation, Amerika saja punya Presiden super cerdas seperti Barack Obama, kenapa Indonesia tidak?

social media

udah lama banget gue pengen nulis tentang social media, sebagai orang yang betah banget meracau (kayak sekarang) dan kalo malesnya udah kambuh buat keliling keluar dari zona nyaman (baca kamar) hidup gue gue habiskan dengan berselancar keliling dunia melalui dunia maya. akhirnya gue punya banyak banget social media yang semua-semuanya aktif. sebelum gue kehilangan Galaxy Tab, kecanduan gue terhadap dunia maya jauh lebih parah dari beberapa hari ini (setelah hilang), soalnya gue jadi lebih gampang akses ke segala arah, wajar kalo gue bilang Galaxy Tab gue itu adalah horcrux gue, yang kalo itu ilang, berarti sebagian nyawa gue juga ilang.

balik lagi ke social media, lima social media yang gue selalu buka setiap gue buka laptop gue, yaitu facebook, twitter, tumblr, plurk, dan google (+). tapi diantara kelima itu twitter dan tumblr adalah tempat yang paling candu bagi gue, ntah mengapa, itu candu sekali. miniblog dimana lo bisa berekpresi apa saja, yah walau kadang-kadang banyak yang nyinyir, bilang terlalu galau-lah, terlalu heboh-lah, padahal gue ga pernah memaksa mereka buat ng-follow dua buah socmed tersebut, jadi harusnya mereka ga perlu kesel sama apa yang gue lakukan, tapi itu gue anggap sebagai kasih sayang, kasih sayang agar gue ga galau, hahaha.

tapi sejauh ini, social media juga memberikan banyak manfaatnya disamping juga banyak mudharatnya. manfaat-manfaat tersebut adalah, berkat social media, seorang anak SMA bisa lanjut kuliah, gara-gara gue ng-post sebuah tulisan di facebook, tulisan itu ternyata di sebar-sebar ke milis, dan banyak alumni-alumni ITB yang ternyata merasa terpanggil untuk menolong anak SMA tersebut, hingga saat ini si anak SMA tersebut sudah menyandang status sebagai mahasiswa ITB. ntah apa jadinya jika dunia tidak tau tentang kabar tersebut.

manfaat lainnya adalah sejauh ini, gue mendapatkan banyak sekali teman melalui social media, terlebih-lebih lagi dari tumblr. malahan ada orang-orang yang dulunya gue ga kenal sama sekali di kampus, tapi berkat mereka follow gue di tumblr, kita akhirnya ketemu di dunia nyata dan berhubungan baik. dari tumblr juga gue ketemu temen-temen dari luar kota Bandung, ada yang tinggal di Yogya, ada juga di Jakarta, dan kota-kota lainnya, itu indah sekali, bukan? salah satu orang tersebut adalah seorang calon dokter dari Universitas Indonesia, Yunus Kuntawi Aji, karena ada suatu 'bisnis' kita jadi sering komunikasi, beliau salah satu inspiring person yang gue kenal. malahan dalam waktu dekat ini, kami (insya Allah) kami akan melakukan meet-up di kota Bandung, yeiy!

manfaat yang gue dapatkan dari twitter adalah, gue bisa punya hubungan yang 'dekat' dengan orang-orang terkenal, berapa kali gue sempet diskusi dengan @ShafiqPontoh, seorang aktivis twitter, followernya sampe ribuan, kita diskusi tentang air. gue juga belajar banyak tentang Islam dari @SalimAFillah, yang sering banget ng-tweet tentang agama Islam. gue juga belajar tentang sastra dari idola gue, sang jurnalis @gm_gm (Goenawan Muhammad), he's incredible awesom, totally! kebanyakan kalo diliat dari data following gue, gue ng-follow para jurnalis, teman-teman yang gue kenal, dan orang-orang yang punya keahlian di bidangnya (kayak @ShafiqPontoh). oh, iyah, dari twitter juga, gue mencoba memperkenalkan organisasi yang gue ikuti yaitu @ITBMengajar hingga bisa memiliki hubungan yang baik dengan teman-teman dari Universitas lain dan komunitas pendidikan lainnya.

ada cerita unik lainnya, yaitu tentang Google (+), jejaring sosial yang baru muncul ini membantu gue mengetahui pencuri Galaxy Tab gue, walau ga berhasil ditemukan. jadi ceritanya, pagi sebelum Galaxy Tab gue hilang, gue sempet pasang aplikasi Google (+) for android di Galaxy Tab, nah karena koneksi internet 24 jam di Galaxy Tab gue, setiap kali kita mengambil poto, maka akan langsung ke upload di Google (+). mungkin karena tidak tahu banyak tentang teknologi, si pencuri sempat poto-poto sebanyak dua kali, saat gue buka Google(+) gue, ada notifikasi telah meng-upload dua buah poto, dan ternyata itu adalah poto-poto pencuri itu, haha, what a coincidence!

tapi memang, jika tak pandai-pandai menggunakan social media, kita bakalan kecanduan sekali, gue sering seharian di depan laptop karena terlalu asik kesana-kemari, kadang ntah apa yang sebenarnya yang gue lakukan, hahaha. jadi gunakan social media sebaik-baik, mungkin, insya Allah akan lebih banyak mendapatkan manfaatnya dibandingkan mudharat, aamiin. :)

racauan

kadang kita dibiarkan Tuhan terjatuh hingga sakit sekali, untuk lebih menghargai rasa beryukur. kadang kita diberikan cobaan yang berat agar lebih tahu bagaimana mencari dan berusaha.

kemarin, ntah kenapa gue sedang dalam posisi yang 'jles' banget, merasa hilang, jatuh, dan mengawang. ga perlu diceritain kenapa, soalnya bikin malu. temen-temen gue sering bilang gue terlalu galau, ah, padahal semua orang juga galau, cuman saja, gue kenal soscial media, akhirnya galau gue berlebihan, gue akan mengkontrol kok. janji! soalnya gue juga udah mau fokus TA, ah, kalo gue main-main terus gue yakin gue makin ga selesai. dosen pembimbing gue pengen gue jadi master FORTRAN di lab gue, soalnya temen gue udah ada yang jago C++, MATLAB, pemodelan tsunami, dan lain-dan lain. kayak gue udah bilang di post-an sebelumnya, gue bukanlah mahasiswa yang cerdas di Fisika, jadi gue harus berusaha minimal ada suatu media yang gue kuasain. tapi FORTRAN susahnya amit-amit, bahan TA gue juga susahnya amit-amit, yah salah gue sendiri, sih.

lah kok ngomongin TA, ga apa-apalah, satu post ajah dari blog gue, gue dedikasiin buat racauan ga jelas.

hari ini, 8 orang temen angkatan gue, 10 orang deh sama yang nonhimp, ada syukuran wisuda gitu deh, tapi gue terlalu males buat bangun dari tempat tidur, mandi, terus keluar liat dunia. gara-gara itu, kejadian kemaren, ruined my mood banget, halah alesan. tapi besok gue dateng kok, yang di wisuda, sekali lagi, janji!

kemaren gue baca Madre, aduh inget itu jadi laper lagi, bagus deh, tapi masih bagus The Alchemist. gara-gara baca The Alchemist, gue jadi ngerasa buku lain biasa ajah deh, soalnya too awesome tuh, The Alchemist, bagusnya dewa.

udahlah, mending kita nglakuin yang pasti-pasti ajah fellas, your life it's not over just because cinta-cinta-an doang. liat di sekeliling lo, banyak yang sayang, nanti juga ada waktunya ketemu yang tepat, hahaha. sahabat gue bilang, buat diri lo berharga dong, jangan mau jatuh cuman karena seorang. tetap semangat, dadah, kerjain TA dulu, aaaaaah

doain saya, bisa lulus oktober yahh, terus kuliah S2 plasma physics, terus nikah, terus terus terus terus, bisa masuk sorga sama keluarga mini (suami dan anak-anak, aamiin)

mereka yang kita anggap minoritas

setiap hari pulang naik angkot, membuat gue udah ga asing lagi dengan pengamen dan anak-anak nan lucu yang kita sebut anak jalanan. mereka bukan hanya bisa ditemui ketika gue naik angkot, tapi hampir disetiap kaki gue melangkah ke sudut-sudut Bandung. ga cuman Bandung sebenernya, tapi setiap sudut Indonesia, tampaknya, miris memang, tapi kadang gue ga berani untuk nyalahin pemerintah atas meningkatnya populasi orang-orang yang 'bekerja' di jalanan, karena toh masyarakat sipil (termasuk gue) sendiri pun tampaknya acuh tak acuh tentang mereka, mungkin karena ngerasa berada pada kasta yang berbeda.

sebenernya, akhir-akhir ini, gue sendiri ga terlalu suka melabeli mereka dengan anak jalanan, sahabat gue pernah ng-tweet, isinya kurang lebih gini, 'mulai sekarang kita panggil anak-anak jalanan, anak Indonesia, yuk'. maksud dia disini, stop melabeli mereka dengan kata jalanan, itu membuat jarak antara kita dan mereka semakin jauh, toh kadang mereka tidak punya pilihan. mereka jadi kaum minoritas dan tersisihkan, karena kita juga yang membedakannya. anak-anak kecil imut dan lucu itu juga anak Indonesia, sama dengan anak-anak yang turun naik mobil, bisa sekolah, ga ada beda yang mendasar, hanya beda tempat bermain bagi gue. tapi gue juga ga punya hak sih, buat ngelarang orang-orang manggil mereka anak jalanan, yah kembali ke-persepsi masing-masing.

ngomong-ngomong tentang pengamen, beberapa minggu yang lalu, pas gue diangkot, sempet ada pengamen bagus bangeeeet main musiknya, mereka berdua, yang satu pake gitar yang satunya pake biola, cuman yang pake biola begitu menghayati permainannya, sangking asiknya beliau (halah) main biola, gue sampe terharu, karena bagus banget. rasanya hati jadi adem banget. beda banget kalo liat pengamen yang mainnya asal-asalan, rasanya pengen gue timpuk pake hape. apalagi kalo abis pulang kuliah, capek, laper, eh dia mainnya asal-asalan, rasanya gue pengen tereak,'mending ga usah nyanyi woi'. tapi malu, hahaha, lagian kan mereka ngamen buat nyari makan.

tentang anak-anak kecil yang suka bermain di jalanan. beberapa dari mereka, biasanya karena ga punya pilihan. sering denger cerita dari mereka, ada yang memang harus bantu orangtuanya, ada yang ga ngerti kalo lagi dimanfaatin orangtuanya, atau yang bener-bener ga punya orang tua. yang paling gue sering temuin itu, yang kategori kedua. dengan polos mereka cerita, kalo mereka dianter jemput orangtuanya buat ngamen atau sekedar minta-minta, tapi mereka bilang mereka bahagia, senang dan kelihatannya pun begitu. tapi yang menyedihkan (bagi gue, ntah bagi mereka) adalah mereka ga bisa mengecap pendidikan (sekolah) kayak anak-anak pada umumnya. yah, walau sebenarnya mungkin ada yang mereka pelajari saat berada di jalanan, tapi ada sesuatu yang mereka ga dapet dan anak-anak lain dapet. ntahlah, hanya saja, gue belum tau itu apa. sekolah itu penting tapi memang bukan segala-galanya, dan gue percaya itu.

tapi menurut gue, hidup mereka bakalan jauh lebih bermakna, jika mereka diarahkan ke 'jalan yang benar'. maksud gue disini, bukan berarti mereka lagi di jalan bengkok atau salah, tapi bener-bener diarahkan ke-keinginan mereka, berhenti mengeksploitasi masa kecil mereka. anak-anak itu sebenernya cerdas-cerdas, hanya saja belum sempat atau tidak sempat mengecap pendidikan yang sama seperti anak-anak lain.

misalnya, kayak kata gue tadi, kadang gue kesel banget kalo denger pengamen yang mainnya demi uang, orang yang denger malah ogah ngasih, tapi seandainya pengamen-pengamen itu diajarin main musik dan vokalnya dilatih lebih baik, yang ngedengrin bakalan ngeluarin uang buat mereka secara ikhlas. pernah suatu hari gue naik angkot, gue mengalami 3 kali lampu merah, dan 3-3-nya, angkot gue didatengin oleh 3 macam pengamen, pengamen pertama main biasa banget bahkan ga bisa dibilang bagus, cuman dikasih gopek-an. pengamen kedua, bagus banget yang gue ceritain di atas, dapet sekitar 5 rebuan, karena orang-orang diangkot ngasihnya antara 1000-2000 rupiah. sedangkan pengamen ketiga, seorang bocah yang megang kecrekkan, bahkan ga ngeluarin suara, ga ada yang ngasih (ditambah lagi, mamanya asik nongkrong, nggosip, sambil meratiin anak-anaknya, mana ada yang kesian buat ngasih).

pengamen dan orang-orang yang bergantung hidupnya dari jalanan ini sebenarnya dilema. ga dikasih, manusia itu pada dasarnya punya rasa kasihan yang ingin memberi. dikasih, populasi mereka yang mengandalkan hidup dijalanan terus membludak, hari kehari kian bertambah. ntahlah, tampaknya pemerintah tak punya solusi, orang-orang ini bisa 'dihilangkan' tapi hanya beberapa hari, seterusnya akan kembali, 'dihilangkan' kemudian kembali lagi. beberapa temen gue pernah pengen coba kasih pendidikan untuk anak-anak yang bermain di jalanan, tapi, orang tua (buat yang mereka berkerja karena orangtua) agak sedikit tidak sepakat, yah mungkin karena penghasilan anak-nya akan berkurang, itu pasti sebenarnya. salah satu pengamen di Nyawang, setiap hari menghasilkan sekitar 30ribu rupiah, dia mengamen bersama adiknya, berarti sehari bisa dapet 60 ribu rupiah, katanya, semua itu diberikan untuk ibunya agar dapur tetap mengepul. wajar, kalo sampai ada orangtua yang agak sedikit menolak anaknya mengurangi 'jam kerjanya' hanya untuk belajar.

bingung. itu yang gue rasain sebenernya, mencoba kasih solusi tapi tak pernah menemukan titiknya. akhirnya, gue cuman bisa nyalahin pemerintah, ga kasih solusi yang pasti buat mereka. maafkan. tapi inti dari tulisan gue ini (hahaha, maaf yak berbelit-belit), sebenernya gue pengen mengajak kita semua (termasuk gue yang kadang lupa) bahwa, mereka yang mengabdikan hidupnya untuk berada di jalanan pada dasarnya ga ada bedanya dengan kita. kata nyokap gue, yang membedakan manusia di mata Tuhan, hanyalah amal ibadah mereka. Tuhan saja yang menciptakan kita tak membedakan umatNya karena harta dan physically, kenapa kita manusia membeda-bedakan derajat manusia.

menulis ini gue jadi teringat seorang bocah lucu, yang kalo gue lagi makan di nyawang selalu menyapa gue,'kakak, lagi makan?'. namanya dena, lucu sekali, belum sekolah umurnya sekitar 5 tahun, senyumannya mungil dan suka berbagi pelukan hangat. semoga Tuhan selalu sayang padanya, ah, itu pasti, aamiin.

habis lulus mau kemana?

setiap ditanya orang kayak gini, gue pasti jawab,'Nikah'. iseng ajah sih, soalnya beneran gue bingung mau kemana abis lulus ini. ntahlah tiba-tiba ga percaya diri, gue bukanlah termasuk orang yang pinter banget di Fisika, IPk gue biasa-biasa ajah, bahkan ga nyampe standar (baca: 3). Tugas Akhir gue juga gitu doang, ga ada yang istimewa. skill juga ga punya. gue jadi ragu melangkah dan ga pede harus ngapain habis lulus ini.

kalo 'Nikah' beneran? ga-lah, lagian jodoh gue juga ga tau nyasar kemana, hahaha, jadi kalo abis lulus ini nikah, gue rada ga yakin, hiks, hahaha.

mau kuliah lagi terus lulus diundur, buat nambah IPk udah males banget rasanya.

sebenernya pengen banget nglanjut S2 keluar negeri, kayak ke Inggris atau Jepang, tapi ngliat IPk pas-pas-an, super minder. kalo ng-lanjutin S2 di Fisika, aduh gue ngerasa hidup gue ga berkembang (monolog: 'aelah udah bego belagu banget nih bocah! haha)

kalo kerja, terkendala sama IPk lagi. kalo ng-lamar ke Bank, ga cantik dan ga kurus, agak susah, hahaha. kalo kerja di perusahaan dengan basic 'fisika bumi' ga punya skill apa-apa. adeuh rebek amat yah hidup gue.

yah, yah, yah, semoga lulus tahun ini pilihan oktober, percayakan saja pada Tuhan, pasti dikasih terbaik, yang penting ga lupa buat tetep usaha se-maksimal mungkin. memang ga gampang, tapi Tuhan pasti kasih jalan, asal percaya, insya Allah.

dan saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagat raya bersatu padu untuk membantumu meraihnya - The Alchemist
jadi, kalo kamu mau kemana habis lulus ini?

ITB 2007

ceritanya nulis ini pengen curhat betapa menyenangkan termasuk bagian dari ITB 2007.

bentar lagi 4 tahun pas menduduki kampus gajah ini, dan semoga ga lama lagi (aamiin, aamiin., aamiin) keluar dari dinding kejam ini (halah). jadi inget waktu pertama kali gue menginjakkan kaki gue di sabuga, pertama kalinya gue sadar bahwa, gue udah bukan siswa SMA lagi, yang dianter jemput tiap hari, kalo pulang ke rumah disambut makan enak dan kasur emput, yang harus pake seragam tiap ke sekolah, gue udah dewasa loh, hehe.

tapi sebenernya banyak hal yang lebih yang gue dapet saat pertama kali gue diterima di ITB. gue masih inget banget saat pendaftaran ulang mahasiswa baru di Sabuga, gue baru sadar bahwa Indonesia itu luas banget. gue ga tau si Milson Panggalo inget apa ga, tapi gue inget banget dia temen pertama gue di ITB, gue masih inget kita kenalan terus dia bilang dari Papua, dan gue langsung excited,'waaah, dari Papua'. gue masih inget waktu tidur pertama kalinya bukan di rumah sendiri, dan akhirnya ngerasa,'you're not alone', gara-gara ada seorang gadis Medan, bernama Pipien Mutiara yang rela dibuntutin kemana saja, hiks :'). ada satu kenangan yang ga gue bakal terlupakan, gue ketemu seorang malaikat bernama Braven, ga tau dia inget ga sama gue, tapi gue selalu inget kebaikan waktu dia nganterin gue dan Pipien pulang malem setelah PMB, padahal kenalnya pas detik juga, gara-gara kami berdua takut pulang, ketemu cowok di jalan pake jaket training ITB, kenalan, eh dia mau nganterin pulang, baik banget yah Braven.

waktu acara PMB 2007, gue sadar bahwa gue bakalan punya temen dari semua provinsi yang ada di Indonesia, belajar banyak karakteristik orang, belajar bahasa, belajar budaya, it seems so (sekali lagi) excited, yippi. gue masih inget gara-gara PMB 2007, gue sadar bahwa Indonesia itu indah banget, Rayuan Pulau Kelapa itu romantis banget lagunya (pertama kalinya gue nangis dan merinding nyanyi Rayuan Pulau Kelapa), lagu Hero itu maknanya dalem banget, pokoknya banyak banget yang berubah dalam hidup gue *lebay sih*, yah, walau sebenernya PMB cuman awal dari kaderisasi buat gue, tapi PMB 2007 merupakan bagian dari kenangan selama jadi mahasiswa ITB yang ga mungkin terlupakan.

beberapa hari yang lalu gue bikin Grup 2007, inisiasinya sih gara-gara pengen ada wadah (kecil) yang mewadahi anak-anak ITB 2007. eh jadi keinget semua kenangan dari PMB, jadi greeners, sombongnya jadi anggota himpunan, sampe udah tua banget kayak sekarang, SWASTA B), hahaha. dan gue makin menyadari kalo 3ribu mahasiswa itu banyak banget yak, bahkan kayaknya gue baru kenal sekitar 300-an orang deh, itu juga termasuk teman himpunan, unit, teman ketemu ga sengaja di acara kegiatan kampus, wiw. tapi ntah kenapa, ada rasa hangat nyelinep di hati yaitu kebanggaan jadi bagian ITB 2007, dan (sekali lagi) gue sangat excited ngbayangin beberapa puluh tahun lagi masing-masing dari kita udah di jalan yang kita pilih sendiri-sendiri dan sukses sesuai dengan definisi masing-masing dari kita, aamiin.

sebenernya selain pengen ngwadahin, niatnya grup ITB 2007 bisa jadi wadah buat cari jodoh (BUKAN! haha), bisa jadi wadah informasi kalo kita udah ga dikampus gajah ini lagi. habisnya, gue sering liat alumni ITB angkatan X yang udah kasih banyak buat kampus ini, buat Indonesia. nah, mungkin dari grup itu, langkah-langkah kecil Ganesha Muda (nama angkatan kami) bisa memberikan sedikit arti dan nafas lega bagi Indonesia. misalnya, siapa tahu dari kita jadi ilmuwan besar yang bisa kasih solusi buat permasalahan-permasalahan Indonesia di bidang keilmuwannya masing-masing atau lintas bidang keilmuwan jadi kolaborasi gerakan nyata. atau juga, para aktivis-aktivis kampus mau ngebenahin politik Indonesia, atau juga para seniman-seniman ITB 2007, bisa membuat Indonesia lebih berwarna dengan karya-karyanya, atau juga bidang ekonomi Indonesia bisa meningkat karena banyak entrepeneur-entrepeneur muda ITB 2007 *sotoy*, haha. atau hal-hal kecil, kayak angkatan kita punya tabungan pribadi, terus tabungan itu digunain buat kasih beasiswa adik-adik SMA dari keluarga yang kurang mampu, beli alat-alat laboratorium yang udah tua-tua itu, atau yang lainnya deh (bingung mau nulis apalagi), hahaha. (ahhhh, mimpinya terlalu jauhhh)

huwaa, jadi panjang tulisannya. emang sih, terlalu banyak kenangan yang ga mungkin bisa ditulisin di sebuah artikel kecil kayak gini. tapi (mulai berkaca-kaca *elap air mata*) rasanya menyenangkan sekali bisa mengenal banyak macam karakter teman-teman ITB 2007 (semoga mereka merasakan yang sama, hahaha, aamiin). huwaaaaa, bentar lagi sebagian dari kita mulai menjalani hidup dengan derajat yang berbeda, hahaha.

selamat buat yang bisa mengakhir masa mahasiswanya di bulan Juli ini, doakan kami agar bisa segera menyusul tepat pada waktunya, aamiin. sayang banget yah, padahal kita masuk ITB pertama kali duduk di Sabuga bareng-bareng, tapi sekarang saat keluar dari sangkar ini, tidak bisa bersama, hiks. tapi semoga, kontribusi untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamaternya bisa bersama-sama, walau dengan cara yang berbeda-beda, aamiin.

i'll be missing all of you a lot!

these walls are funny. first you hate the, the you get used to them. enough time passes, you get so you depen on them. that's institutionalized - Red in The Shawshank Redemption
top