tentang Shalat Dhuha

tiap nelp pagi, ibu selalu nanyain, udah shalat dhuha belom?

dulu waktu SMA, tiap pagi setiap istirahat sekolah, gue dan hampir seluruh teman-teman SMA gue selalu shalat dhuha, apalagi pas udah kelas 3 SMA, masjid penuh dengan anak-anak kelas akhir, shalat dhuha minta kelulusan. tapi pas udah di kuliah gue jadi jarang shalat dhuha, apalagi kuliah pagi. kalo dulu sih, masih kurang tahu keutamaan shalat dhuha.

kalo kata ibu sih, keutamaan shalat dhuha itu untuk memudahkan mencari rezeki sama untuk sedekah bagi tulang, rezeki yang di maksud bukan hanya rezeki uang, tapi juga kesehatan, dan *ehem* jodoh, hahaha. dengan kecanggihan Google, gue coba nyari tau shalat dhuha itu keutamaannya

gue dapet sumber dari sini dan dari sini

Adapun keutamaan-keutamaan sholat Dhuha di antaranya:

Pertama, sholat Dhuha merupakan salah satu wasiat Nabi, dalilnya adalah hadits dari Abu Hurairah, beliau berkata, “Kekasihku (Nabi Muhammad) mewasiatkan kepadaku untuk berpuasa tiga hari dalam tiap bulan, melakukan dua rakaat sholat Dhuha dan melakukan sholat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari Muslim)

Kedua, sholat Dhuha dapat mencukupi sebagai sedekah bagi tiap ruas tulang bani Adam. Hal ini berdasarkan sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dzar radhiallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda, “Tiap pagi ada kewajiban sedekah bagi tiap ruas tulang kalian, Setiap tasbih adalah sedekah, Setiap tahmid adalah sedekah, Setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan untuk melakukan kebaikan adalah sedekah, melarang dari kemungkaran adalah sedekah, dan semua itu dapat tercukupi dengan melakukan dua rakaat sholat Dhuha.” (HR. Muslim)

Ketiga, sholat Dhuha merupakan sholatnya orang-orang yang bertaubat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalatnya orang-orang yang bertaubat adalah pada saat berdirinya anak unta karena teriknya matahari.” (HR. Muslim). Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin dan Syaikh Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahumallah dalam Penjelasan Riyadush Shalihin menjelaskan bahwa sholat yang dimaksud adalah sholat Dhuha. Hadits ini juga menjelaskan bahwa waktu paling afdhol untuk melakukan sholat Dhuha adalah ketika matahari sudah terik.

Mengenai surat-surat yang dibaca setelah surat Al Fatihah, maka sepanjang pengetahuan kami, tidak ada dalil-dalil yang menyatakan tentang surat-surat khusus yang dibaca pada sholat ini. Jadi, kesimpulannya adalah boleh membaca surat apapun dalam Al Quran pada sholat Dhuha. Wallahu a’lam bishshowwab.

Doa yang biasa dilakukan oleh Rasulullah selepas shalat dhuha adalah :
"Ya Allah, bahwasanya waktu Dhuha itu adalah waktu Dhuha-Mu, kecantikan ialah kecantikan-Mu, keindahan itu keindahan-Mu, dan perlindungan itu, perlindungan-Mu". "Ya Allah, jika rezekiku masih di atas langit, turunkanlah dan jika ada di dalam bumi , keluarkanlah, jika sukar mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika masih jauh dekatkanlah, berkat waktu Dhuha, keagungan, keindahan, kekuatan dan kekuasaan-Mu, limpahkanlah kepada kami segala yang telah Engkau limpahkan kepada hamba-hamba-Mu yang shaleh".

tentang memilih pasangan hidup

Tentang memilih pasangan hidup :
  1. Pilihlah seorang laki-laki yang berbakti kepada ibunya, menjaga adik perempuannya dan membantu kakaknya. Itulah laki-laki yang tau arti penting seorang wanita, memahani “respect to a woman”
  2. Pilihlah yang dengannya hatimu terglitik untuk semakin mendekatkan diri pada Allah. Yang dengannya rasa cintamu untuk Rasul semakin kau asah. Yang dengannya, buku-buku agama memenuhi perpustakaan kecil milikmu dan Quran menjadi lantunan akrab telingamu. Dengan begitu dirimu akan tetap terjaga
  3. Pilihlah seseorang yang dapat menjadi ayah panutan untuk anak-anakmu. Yang kualitas pribadinya kau inginkan dalam karakter putramu kelak.
  4. Pilihlah seseorang yang bisa menjadi sahabatmu saat segala “api cinta” mulai berubah mendewasa
  5. Pilihlah seseorang yang akan selalu menjadi orang pertama yang ingin kau beritahu segala update keseharianmu
  6. Pilihlah seseorang yang ikut memikirkan masa depan mimpimu, membangun mimpi bersama, tidak sekedar mengejar mimpinya
  7. Pilihlah seseorang yang memahami batas-batas agama agar dapat menegurmu atas alasan itu
  8. Pilihlah seseorang yang mau melanjutkan hidupnya denganmu, mau tua bersamamu, dan mau melewati segala cobaan dengan tetap ada dirimu
Yakinlah suami kita kelak adalah orang yang selama hidupnya berusaha menjadi versi terbaik dirinya, sama seperti dirimu. Dan ia telah memilih untuk menempa dirinya dan memberikan yang terbaik untuk dirimu. For a person like that, give all you can to love him back.

aku (ga) galau

barusan gue bikin janji sama sahabat gue, Ade Suryani, kalo gue ber-galau-ria lagi, apalagi urusan *ehem* cinta, gue bakalan kena denda. nah sampai akhirnya, gue memutuskan untuk mencari tahu apa sih galau itu.

menurut KBBI sih,

galau = "[a] ber.ga.lau a sibuk beramai-ramai; ramai sekalo; kacau tidak keruan (pikiran)"

okeh, definisi galau menurutu KBBI, tepat dengan kondisi gue saat ini. gue galau akibat gue bingung setelah lulus harus kemana, gue galau masalah *ehem* cinta, gue galau masalah organisasi dan sebagainya-dan sebagainya.

sampe gue memikirkan sesuatu. gue lalu mencari definisi Qada dan Qadar, kenapa? mari kita baca definisi Qada dan Qadar dibawah ini,

Qadar, adalah sesuatu yang telah diketahui sebelumnya dan telah tertuliskan, dari apa-apa yang terjadi hingga akhir masa. dan bahwa Alla Azza wa Jalla telah menntukan ketentuan para makhluk dan hal-hal yang akan terjadi, sebelum diciptakan sejak zaman azali. Allah subhanahu wa Ta'ala pun mengetahui, bahwa semua itu akan terjadi pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan pengetahuan-Nya dan dengan sifat-sifat tertentu pula, maka hal itu pun terjadi sesuai dengan apa yang telah ditentukan-Nya (Lawaami'ul Anwaar al-Bahiyyah, as-Safarani, (I/348))

sedangkan

Qada, menurut bahasa ialah: Hukum, ciptaan, kepastian dan penjelasan

hubungan antara Qada dan Qadar ini sendiri adalah,

bahwa yang dimaksud dengan qadar adalah takdir, dan yang dimaksud dengan qadha adalah penciptaan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala
"maka Dia menjadikan tujuh langit...," [Fushilat: 12]
yakni, menciptakan semua itu.
intinya, nah, dari sini gue coba menarik hubungan antara hubungan galau dan Qada & Qadar. galau bagi gue saat ini adalah, gue tiba-tiba ragu dengan masa depan gue, yang berarti gue telah meragukan keimanan gue terhadap Qada dan Qadar. dan kalau gue telah ragu dengan keimanan gue terhadap Qada dan Qadar, maka rukun iman gue tak sempurna, dan saat rukun iman gue tak sempurna, gue syarat ke-Islam-an gue pun tak sempurna pula. artinya, gue ga boleh galau berlebihan, dan kalaupun galau, seharusnya gue udah punya tempat yang tepat buat bertanya, yaitu Tuhan pencipta ke-galau-an gue.

gue jadi inget kata sahabat gue yang lain, waktu gue cerita sama dia,'eh, kalo gue sering ga ngerti baca tafsir Quran, kadang gue butuh teman diskusi deh', dan sahabat gue dengan santai,'tahu ga nay, teman diskusi yang paling tepat saat baca Quran itu siapa?', lalu gue bertanya lagi,'siapa emang?'. dan sahabat gue ini berkata,'yah, pembuat Quran itu sendiri, percayalah Allah itu tempat bertanya yang paling tepat, tentunya dengan kesungguhan dan kepercayaan akan jawaban dari-Nya.'

well, hubungannya sama percakapan gue dan sahabat gue itu dengan galau adalah saat dirimu bimbang dan *ehem* galau, bertanyalah pada Pencipta ke-galau-an kita, yah siapa lagi, kalau bukan Allah Subhanu Wa Ta'ala.

jadi sebenarnya, kadang ga perlu ada hal yang kita galau-in, saat terpaksa harus galau, cobalah untuk berhenti sejenak, tarik nafas yang dalam kemudian renungkan lagi, kenapa harus galau, setelah tahu jawabannya, coba menjalin komunikasi dengan Yang Maha Kuasa, insya Allah, Dia pasti menjawabnya kok.

sekian, tulisan (agak) ga penting ini, maaf jika ada salah kata, kepada Allah Yang Maha Sempurna, hamba mohon ampun. akhir kata gue ucapkan, jangan galau (berlebihan) pren! #notetomyself :P

#IndonesiaJujur Yuk! :)

pagi ini saya tersentak dengan berita, ada seorang ibu yang harus mengungsi dari rumahnya akibat didemo warga di sekitar. alasannya, si ibu berjiwa mulia ini, melaporkan sekolah tempat anaknya menimba ilmu karena melakukan pencotekkan massal.

mengenaskan. menyedihkan. dan sangat mengerikan. calon-calon generasi pemimpin bangsa, diajarkan untuk melakukan pencotekkan masal. ini lah wajah Indonesia sebenarnya, kita disiapkan untuk jadi robot pengejar nilai, bukan mendidik manusia untuk menjadi manusia. manusia yang diharapkan memiliki banyak kecakapan agar bisa membuat negara ini lebih maju

teman saya, bernama Gemuruh Geo pernah berkata,
jika ada orang yang menyontek maka nilai kita baik, jika nilai kita baik maka IP kita baik, jika IP kita baik, kita gampang dapet kerja, kalo kita udah kerja, kita dapet gaji, nah, gaji kita kan di pake buat makan, akhirnya hasil dari contekkan itu mengalir ke darah kita, kalo kita punya anak, di darah anak kita mengalir darah hasil contekkan, dan begitu seterusnya...

saya ga munafik, dulu saya melakukan contek, ga sering memang, tapi kalo udah kepepet banget, yah mau gimana lagi daripada ngulang (atau dulu bahasa gaulnya remedi). tapi setelah ngobrol dengan Geo panjang lebar, saya memutuskan untuk berhenti melakukannya sekalipun udah diujung tanduk. saya mulai nyontek itu sejak SMP, baik jadi pelaku pencontekkan ataupun yang memberikan contekkan, yang paling lucu adalah, seringkali teman yang saya beri contekkan, nilainya lebih baik daripada saya. tapi bagi saya tidak mengapa, asal semua senang.

tapi sekarang saya jadi mikir, jadi selama ini saya sekolah buat apa sih? buat dapet nilai bagus doang? biar nantinya bisa kuliah di tempat bagus pula, kalo sudah kuliah di tempat bagus, bisa dapet tempat kerja enak deh, dengan gaji gede pula. yah, kalo sudah begitu, kalo menurut saya, apa bedanya kita dengan robot yang di program, ga punya jiwa. balik lagi, ke ide dasar kenapa perlu adanya sekolah, adalah biar anak-anak bisa memiliki kemampuan di bidangnya masing-masing, melakukan apa yang mereka bisa dan mereka suka, prinsip skhole pada zaman Yunani dulu. tapi dari video RSA, yang dibuat oleh Sir Ken Robinson, kata Sir Ken, segala mengenai pendidikan berubah saat zaman Revolusi Industri, sekolah jadi terseret dalam sistem kapitalis, yah akhirnya sampai jadi kayak sekarang. kita sekolah (tampaknya) agar punya ijazah doang terus kalo punya ijazah bisa kerja dimana-mana deh, bukan memanusiakan manusia, agar dapat melakukan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dia miliki. hal ini, bisa jadi bahwa mindset kebahagiaan di tiap kepala manusia adalah dimana kita punya banyak uang. padahal, kebahagiaan sendiri subjektif.

padahal, pada UU Sisdiknas, Bab II, pasal 3, tertulis jelas,

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

tapi tampaknya elemen yang bertanggung jawab atas keberjalanan sistem pendidikan, telah lupa, apa yang mereka telah rancangkan di UU Sisdiknas ini sendiri. mereka lupa esensi pendidikan yang sesungguhnya, yaitu memanusiakan manusia, bukan mengejar ijazah. bagi saya, ijazah itu hanyalah sebuah selembar bonus, atas keberhasilan kita mengenyam pendidikan.

miris sih, tapi yah mau bagaimana lagi, makanya saya salut banget dengan ibu Siami (ibu yang ada di berita yang saya baca) yang berjuang untuk mendidik anaknya untuk tetap jadi 'manusia'. yah, ibu mana yang ingin anaknya 'terkotori'. kalo kata pak Ki Hadjar Dewantara, dalam bukunya Menuju Manusia Merdeka, setiap anak sebenernya sudah punya dasarnya sendiri, nah bagaimana orangtua atau orang-orang terdekatnya, mendidik dia untuk jadi lebih baik. sama hal yang dilakukan oleh ibu Siami, dia ingin mendidik anak menjadi 'anak yang baik'. tapi, saya tak menyalahkan seratus persen, apa yang dilakukan oleh warga-warga yang marah dengan ibu Siami, karena mereka juga merupakan korban, korban dari kekacauan implementasi sistem pendidikan yang di Indonesia. siapa yang pernah mencerdaskan mereka, bahwa fungsi sekolah yang utama bukan mengejar nilai baik, tapi memanusiakan manusia pada utuhnya. tidak ada bukan? sekali lagi, mereka cuman korban, korban ketidak-tahuan fungsi sekolah ataupun pendidikan khususnya.

bagi saya sebenarnya sendiri, contek atau ga itu masalah prinsip, kayak agama. makanya saya ga terlalu repot buat nyuruh orang untuk berhenti nyontek, tapi bukan berarti kita harus mendiamkan yang mereka lakukan, tapi kalo sudah dikasih tahu tapi tak mau mendengarkan apa boleh buat, itu pilihan mereka. mungkin 'hidayah'-nya belum nyampe, sama kayak berdakwah, iyah ga?

tapi saya sepakat banget, menyontek itu adalah biang atau awal dari korupsi. lah kok iso? kita biasanya melakukan sesuatu dari hal yang paling gampang, kemudian terasa enak, kita melakukan kembali, akhirnya jadi besar. saya yakin, dulu Gayus nyuri di perpajakkan, tidak langsung bermilyar-milyar, pasti dari yang kecil-kecil dulu, eh ternyata ketagihan, akhirnya, yah kayak kasus kemaren, sampe ber-milyar-milyar.

apa yang saya tulis di atas ini, cuman bentuk kesedihan saya terhadap salah kaprahnya pemikiran orang-orang tentang pendidikan, pendidikan dan sekolah bukanlah hanya mengejar ijazah, ijazah hanyalah bonus atas keberhasilan kita, saat kita sungguh-sungguh mempelajari apa yang dihadapkan di kita. saya tak pernah menyesal nilai jelek saat saya benar-benar tak bisa di suatu mata pelajaran, buat apa nilai kita baik jika kita tak paham sedikitpun dengan pelajaran tersebut.

lebih baik diasingkan daripada menyerah kepada kemunafikkan - Soe Hok Gie
akhir kata, saya salut sekali dengan kegigihan Ibu Siami melawan kemunafikkan, hingga berbuah pengasingan. saya sendiri, belum tentu bisa sehebat ibu Siami, semoga suatu hari nanti, bangsa ini, bisa memiliki ibu Siami-ibu Siami lainnya, aamiin.
hampir 4 tahun menjadi greeners, 1 tahun menjadi kepala program climate change and energy, 1 tahun menjadi kepala eco-campus, membuat saya sadar ga ada yang perlu diselamatkan dari lingkungan atau secara luas, adalah Bumi. jangan salah tanggap dulu, mari biarkan saya menjelaskan pernyataan saya ini.

menurut saya buat apa kita menyelamatkan lingkungan, lingkungan disini yang saya maksudkan adalah lingkungan hidup, toh karena lingkungan (Bumi) sendiri memiliki kemampuan untuk menjaga kesetimbangannya. itulah hebatnya Bumi, Bumi dapat beradaptasi atas semua perubahan yang didapatkannya. tapi, bukan karena Bumi sudah dapat menjaga dirinya sendiri, jika kita terus-terusan kita menyakitinya. sama saat kita sakit, sebenarnya tubuh kita bisa mengembalikan sel-sel tubuh kita yang rusak kembali lagi menjadi sehat, tapi butuh waktu yang tidak sebentar. sama halnya, kaya Bumi, Bumi bisa memperbaiki dirinya, tapi juga butuh waktu, dan butuh kesadaran manusia untuk membantu proses perbaikan 'tubuh' Bumi, karena manusia juga lah yang telah 'merusak' kesetimbangan Bumi.

contohnya seperti, saat kita menggunakan kendaraan berbahan bakar, berapa banyak gas buangan yang kita sebar ke udara dan akhirnya mengotori udara yang kita hirup, yaitu oksigen. nah, tugas kita adalah bagaimana caranya, menjaga kesetimbangan gas kotor yang kita buang untuk mengembalikannya menjadi gas baik (oksigen) untuk pernafasan kita, yaitu mungkin salah satunya adalah dengan cara menanam pohon, karena faktanya 1 buah pohon dapat berguna untuk mengembalikan udara bersih untuk 2 orang, cmiiw.

makanya saya bilang, Bumi ga perlu diselamatkan, karena memang ga ada yang perlu selamatkan. karena bagi saya, Bumi itu kayak manusia, bisa sakit dan bisa sehat juga, kayak contoh di atas, kalo kita pake kendaraan maka tanamlah pohon. banyak hal yang seharusnya kita lakukan untuk Bumi, toh manfaatnya untuk kita-kita ini juga, bukan untuk orang lain.

saya percaya global warming itu ada, tapi itulah siklus hidup Bumi, ada datanya, dan saya belajar, tapi memang manusia bukan faktor utama terjadinya global warming. dari mata kuliah Fisika Matahari yang saya ambil di Prodi Astronomi, dijelaskan bahwa Matahari memiliki pengaruh besar dari kejadian Global Warming dan Perubahan Iklim, tapi manusia sukses membuat 'beban' Bumi menjadi besar, karena faktanya setelah Revolusi Industri, dengan pembangunan-pembangunan pabrik-pabrik, tampaknya mempercepat 'kematian' Bumi. sebenernya tak ada salahnya dengan segala macam pembangunan-pembangunan tersebut. sekali lagi, Bumi dapat beradaptasi, tapi, kita manusia harusnya membantu menjaga kesetimbangan Bumi tersebut. saat kita sibuk membangun segala macam pabrik, seharusnya saat itu pula, hutan di Bumi makin banyak, atau Ruang Terbuka Hijau. karena itu, perlu adanya sustainable development. sustainable development disini adalah setiap terjadi pembangunan seharusnya yang difikirkan tidak hanya faktor ekonomi, faktor lingkungan juga perlu diperhatikan. karena adanya sustainable development mempengaruhi dua hal tersebut. tapi, sampai saat ini sering tidak seimbang, akhirnya faktor lingkungan seringkali diabaikan, yaitu hanya menaikkan faktor ekonomi saja.

makanya, saya sering ga habis pikir, dengan keputusan yang terlihat 'bodoh', kayak penebangan hutan, pembangunan PLTSa, pengurangan lahan terbuka hijau (sebenarnya ini menyindir seseorang, haha), tapi serius deh, saat dia melakukan 'development' harusnya faktor yang dilihat bukan hanya dari segi kenaikan ekonomi, tetapi juga harusnya ada kenaikan faktor 'lingkungan'. karena itu, harusnya dia berfikir tentang keselamatan dia sendiri. Bumi, memang bisa mengembalikan kesetimbangan diri dia sendiri, tapi sekali lagi, butuh waktu yang lama, dan kita, manusia-lah, yang seharusnya membantu dia untuk mencapai kesetimbangan dirinya.

aduh ngomongnya jadi kemana-mana, tapi kalo ngomongin lingkungan, memang terlalu luas, dan terlalu banyak hal yang menjadi faktor penting, tulisan ini cuman bentuk opini, tentang apa yang seharusnya kita lakukan untuk Bumi, yaitu membantu Bumi menjaga kesetimbangannya, agar sakitnya tidak parah dan matinya tidak cepat, hehehe, sekian. :)

dari Ir. H. Juanda hingga Otto Iskandardinata

akhirnya gue bisa menuliskan perjalanan (cukup) melelahkan gue, hari Selasa kemarin. secara impulsif gue memutuskan untuk keliling Bandung, tapi ternyata waktu 7 jam, menyusuri Ir. H Juanda hingga Otto Iskandardinata sudah sukses buat gue cukup tepar.

dimulai dari menyusuri jalan Braga, ketemu Toko Buku yang unik banget, dan gue memutusukan untuk membeli peta seharga 24 ribu, habis bapaknya baik sih, gue jadi ga tega untuk ga beli, hahaha. akhirnya gue nyampe Museum KAA , main-main sebentar mengunjungi perpusnya yang katanya nyaman, dan ternyata benar, pustakawan perpus ini baik-baik-baik banget. dari Museum KAA, gue naik DAMRI seharga 2000 rupiah dari Alun-Alun, hingga ke terminal Tegal Lega, kemudian jalan sedikit dan akhirnya, tada, nyampe ke Museum Sri Baduga, keliling-keliling sebentar, lalu mampir bentar ke perpusnya, pustakawannya juga baik banget disini, tapi Museum Sri Baduga serem kalo keliling sendirian, soalnya sepi dan auranya serem *apa deh*.

dari Museum Sri Baduga , gue memutuskan untuk menyusuri Jalan Otista dengan jalan kaki, gue menemukan Cendol Elizabeth ASELI, ini bener-bener tempat cendolnya, bukan yang digerobak-gerobak kayak biasanya, aselinya maknyus banget ternyata, harganya cuman 3 ribu pulak. habis itu gue memutuskan untuk balik lagi ke Museum KAA buat nonton film yang kebetulan hari itu adalah hari menonton film sedunia *boong deng*, di perjalanan gue menemukan eskrim home made, namanya Pesca, enak tapi lumayan mahal, seharga magnum tapi mini banget, sekali gigit doang *sumpah ini lebay*, tapi mininya beneran.

sebelum balik lagi ke KAA, gue memutuskan untuk shalat dulu di Masjid Raya, dan untuk pertama kalinya, gue masuk-masuk ke dalem mesjidnya banget, yah ngelilingin mesjidnya gitu, dan ternyata luas-luas-luas banget yaaah, tapi gue sedih deh, mesjidnya ga kerawat, ntah kenapa gue ga suka orang-orang yang ngadem di sekitaran mesjid, bikin mesjidnya jadi jorok.

habis shalat gue ke museum KAA lagi, tapi gue kecepatan, akhirnya gue memutuskan untuk makan siang di Rumah Makan Suka Hati, enak beneran deh, malah lebih enak daripada makanan di *mper*. habis itu gue langsung ke KAA lagi, tpi bentar doang, habis film yang diputer tentang perang, ga menarik. karena masih punya banyak waktu, gue memutuskan untuk ke Museum Wangsit Mandala Siliwangi dengan jalan kaki juga *fiuh*, lumayan lama disini soalnya museumnya gede, dan seru. dari sini gue memutuskan untuk main-main ke Gramed, duduk-duduk bentar baca buku gratis. tapi pas perjalanan menuju Gramedia, gue kan jalan kaki tuh, terus di depan Poltabes itu ada sekitar 5 anak SD lagi nongkrong-nongkrong gitu, dan gue samperin, akhirnya kita ngobrol-ngobrol 20 menitan, sambil nyemil bekal yang gue bawa dari kostan, hehehe, habis itu, mereka minta nomer hape gue, anak SD jaman sekarang udah pegang hape yah, ckckc.

nyampe di Gramed, ternyata gue tampaknya sedang beruntung, lagi ada Meet and Greet sama Trinity penulis Naked Traveller, bedah bukunya yang ketiga, cuman karena terlalu capek, gue cuman 1 jam-an di Gramedia, dan ga ngikutin Meet and Greet-nya terlalu lama. Trinity seru abis orangnya, ternyata.

sumpah, perjalanan kayak ini, baru pertama kali gue lakuin seumur hidup, dan it feels awesome, you know. Bandung itu kota yang menyenangkan banget loh, adem banyak pohon, tapi gue heran ajah kenapa orang-orang Bandungnya sendiri ga sayang sama kotanya, deh.

tips gue, kalo pengen jalan-jalan kayak gini, pake baju yang nyaman, tas ransel, bawa bekal, kayak minum dan snack-snack ringan. jangan malu-malu, sapa ajah orang-orang yang kita temuin, mereka baik-baik loh, waktu gue bingung harus naik DAMRI apa, gue nanya sama ibu-ibu dan mereka ngejelasin dengan baik. orang Bandung itu super ramah pokoknya.

sekilas perjalanan gue dari Ir. H. Juanda hingga Otto Iskandardinata :)

poto-poto lainnya dapat dilihat disini
top