Namanya Restu...

Tulisan ini, bukan untuk mengumbar tentang kemiskinan orang lain, tapi tulisan ini saya buat agar saya, kamu, kita, bisa belajar dari kejadian ini. Jika ada kesalahan dalam penulisan ini, saya minta maaf dan kepada Allah saya mohon ampun, dan jika ada yang merasa tersirat kesombongan di sini, biarlah Allah yang menghukum niat buruk saya.

Namanya Restu, 18 tahun, Jakarta, orangtuanya sudah berpisah. Ibunya sempat jadi TKW tetapi saat ini bekerja sebagai pengasuh bayi, ayahnya di papua. Restu pernah membawa nama sekolahnya di OSN Matematika tingkat DKI Jakarta. Hidup di saat SMA dibiayai oleh orangtua asuhnya tetapi saat ini sudah tidak lagi, sehari-hari menjadi guru bimbel bagi teman SMA-nya sendiri. Restu adalah satu-satunya siswa SMA 58 Jakarta yang diterima di jalur undangan untuk kuliah di ITB.

Mungkin karena sistem jalur undangan ini, baru digunakan pertama kali, banyak miskomunikasi di sini. Kurangnya informasi dari pihak ITB kepada sekolah-sekolah yang mendapatkan jalur undangan, menjadikan alasan betapa banyak siswa-siswa SMA yang telah diterima melalui jalur undangan akhirnya batal masuk ITB karena kesalahan pengisian uang pangkal. Karena satu-satunya murid yang diterima di jalur undangan, sekolahnya (Restu) memutuskan untuk mengisi BPPM (uang pangkal masuk ITB) sebesar 50% karena alasan jika mengisi kesanggupan membayar uang pangkal 0% takut tidak diterima. Padahal dari pihak ITB sendiri tidak pernah mengeluarkan pernyataan, potongan atau diskon mempengaruhi chance untuk masuk ITB. Dengan mengajukan uang pangkal dengan potongan sebesar 50%, sekolah berharap setelah Restu diterima, Restu bisa mendapatkan dari pihak ITB. Kenyataannya Restu tidak punya uang sebanyak 27,5 juta, dan Restu mencoba untuk meminta keringanan, tetapi ditolak dengan alasan birokrasi dan kesepakatan di awal bahwa Restu telah menandatangani surat dengan materai akan mengikuti aturan di ITB membayar uang pangkal sejumlah 27,5 juta dengan tambahan 1 juta sebagai uang matrikulasi. Saya memaklumi alasan pihak ITB ini.

Saya tak mengenal Restu, awalnya. Terimakasih Joko Wisnugroho, adik tingkat saya, yang mem-publish kisah Restu di Twitter. Saya terdorong untuk membantu Restu, tapi karena saya sendiri tidak bisa menyumbangkan banyak uang, apalagi sampai 27.5 juta. Akhirnya, saya menyanggupi untuk menemani Restu selama di Bandung, karena Wisnu (panggilan Joko Wisnugroho) harus kembali ke Jakarta, akhirnya sayalah yang membantu untuk mengurusi keperluan Restu mendaftar di ITB sambil mencari dana untuk menutupi 28.5 juta. Saalahnya saya, saya meminta bantuan kepada teman-teman mahasiswa yang notabene-nya belum memiliki penghasilan, akhirnya saya mencoba mem-publish kisah Restu di Grup Keluarga Besar Fisika ITB, dan alhamdulillah ada respon yang cukup baik dari kakak-kakak PPIS, walau masih belum menutupi pembayaran uang pangkal Restu.

Saya mencoba menghubungi anggota kabinet KM ITB, hingga akhirnya saya meminta bantuan Menko Penkesma (CMIIW), Adit PT, dan Adit akhirnya membantu saya untuk mengkomunikasikan kasus Restu ke Pak Brian (Kepala Lembaga Kemahasiswaan ITB, CMIIW). Dari Adit, saya mendapatkan informasi, bahwa Restu buat saja surat pernyataan keterangan tidak mampu, dan saat mendaftar (tanggal 31 Mei 2011) di Sabuga, Restu dapat menyerahkan ini.

Saya juga mendapatkan informasi untuk menghubungi Ibu Mindri di CCAR lanta IV, dari ibu Nurjehan di bagian TPB. Akhirnya, hari ini saya menemani Wisnu bertemu ibu Mindri, tapi di Gedung Annex, saya tidak ‘diizinkan’ bertemu ibu Mindri, saya akhirnya bertemu ibu (yang mengakunya) bernama ibu Resti. Beliau menyuruh Restu, untuk menyetorkan uang yang Restu punya, saat ini uang yang Restu punya sebesar 20,5 juta rupiah, Restu harus melunaskan uang matrikulasi sebesar 1 juta dan sisanya untuk BPPM sebesar 19,5 juta. Sedangkan sisa-nya Restu harus meminta keringanan saat mendaftar di Sabuga, tanggal 31 Mei 2011, besok. Dengan membawa bukti pembayaran yang telah Restu lakukan.

Akhirnya, saya, Restu, ibu-nya Restu, dan 3 orang anak SMA (yang sudah berbaik hati menemani Restu, padahal hanya kenal melalui Facebook, luar biasa ke-solid-an anak-anak ITB 2011 ini), kami menuju ke BNI, mengikuti saran dari ibu Resti. Melunaskan keuangan Restu. Pembayaran selesai, kami tinggal menghadap ke pihak panitia, besok, 31 Mei 2011, dengan membawa bukti pembayaran yang telah dilakukan Restu, kemudian dari informasi yang saya dapatkan dari Adit, Pak Brian mengatakan, besok ada jalur khusus untuk kasus seperti Restu. Saya, ibu Restu, dan Restu lega, untuk sementara.

Tadi sore, saya mendapatkan telepon, dari mamanya sahabat saya, Laura Valencia. Sejujurnya saya tidak tahu siapakah Mama-nya Laura, apa jabatannya, yang pasti, dia mengerti betul sistem jalur undangan ini. Panjang lebar mengobrol, Mama-nya Laura mengatakan saya, seharusnya ibu Resti (dari pihak Rektorat) tidak memiliki hak untuk menyuruh kami membayarkan uang dengan anggapan sisanya bisa dilunaskan nanti. Menurut Mama-nya Laura, Pembantu Rektor III-lah yang memiliki kewenangan seperti itu. Dia menyayangkan tindakan kami dan ibu Resti, karena menurut dia, sistem yang digunakan pada pembayaran ini adalah sistem komputer, jika pembayaran kurang, makanya sistem akan menolak dan nama Restu tidak terdaftar untuk pendaftaran besok paginya. Karena itu Mama-nya Laura menganjurkan saya, untuk menemani Ibu-nya Restu untuk menghadap Pembantu Rektor III untuk meminta keringanan.

Walau baru mengenal Restu, saya melihat semangat besar yang dimiliki Restu untuk melanjutkan pendidikannya di ITB. Memang ada yang bilang, tempat kuliah itu sama saja, jika tidak mampu untuk berkuliah di ITB, kenapa harus di paksakan. Bagi saya, kita tidak berhak mematikan mimpi seorang manusia. Apalagi Restu sempat bilang ke Ibu-nya,’Restu ga akan minta apa-apa lagi dengan Ibu, Restu cuman ingin kuliah di ITB, Restu mohon dibantu Ibu’. Akhirnya Ibunya pun mengalah pinjam sana-sini, terkumpulah 20,5juta itu. Ntah bagaimana cara mengembalikan 20 juta sekian itu, masalah nanti, yang penting Restu diusahakan agar bisa masuk di ITB. Bahkan Restu berjanji dengan ibu-nya, setelah masuk di ITB, Restu tidak akan menyusahkan keluarganya dengan meminta sepeser rupiahpun, Restu akan mencari biaya sendiri agar bisa bertahan hidup di ITB.

Besok, Restu akan mendaftar di Sabuga, dan saya akan menemani Ibu-nya Restu untuk bertemu Pembantu Rektor III. Saya mohon doa bagi siapapun yang membaca tulisan saya ini, agar kami diberikan kemudahan, agar Restu bisa diterima di ITB melanjutkan mimpi dan cita-citanya di Matematika ITB, aamiin.

Bagi saya, Restu hanyalah salah satu dari sekian dari siswa SMA yang bermimpi untuk mendapatkan pendidikan yang sama baiknya dengan yang lain, Restu juga merupakan contoh dari ketidak-adilan sistem pendidikan yang dibuat oleh pemerintah. Di luar sana, percayalah, masih banyak Restu-Restu lain yang berjuang keras agar bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik, semoga nasib baik bersama mereka, aamiin. Dari tulisan tentang Restu ini, saya juga berharap, semoga kita (mahasiswa) sadar bahwa menjadi mahasiswa itu impian banyak orang diluar sana, dan janganlah kita mengecewakan mereka dengan menyia-nyiakan kesempatan yang telah kita dapatkan, kawan. Semoga ke depannya, sistem informasi yang dibuat oleh pihak ITB bisa lebih baik lagi. Semoga sistem pendidikan Indonesia lebih adil lagi bagi siapapun, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan dana. Aamiin.

Untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater. Merdeka!

Nayasari Aissa

Fisika 2007

20 random things about me ;)

  1. gue phobia sama zombie semenjak menelan mentah-mentah Resident Evil, Dawn of The Dead, dan segala macam film dan serial zombie
  2. gue pengen punya anjing, banget
  3. gue cuman pengen punya satu anak saja, pengen ngerasain hamil itu kayak gimana, tapi tetep pengen punya banyak anak asuh dari seluruh dunia
  4. gue suka makanan pedas, mungkin karena orang sumatera
  5. gue sulit berhenti ngomong kalo udah ngomong
  6. gue sanguinis, menjawab nomer 5, hahaha
  7. gue pengen nikah muda, kurang dari 25 tahun
  8. gue tergila-gila sama inggris, mulai dari tiap piala dunia dukung inggris, pengen S2 disana, tergila-gila Harry Potter, Pangeran Harry, all the things about Inggris
  9. gue makan nasinya sedikit, ngemilnya banyak
  10. gue punya alergi dingin, dulu msg
  11. tiap hari minum kopi
  12. kata orang-orang sih gue jago masak #sombong
  13. kalo udah sayang sama orang, gue bakalan sayang banget sama orang itu
  14. ga bisa hidup tanpa gadget, buku, duit, udara, air, dan makanan
  15. udah bisa baca umur 3-4 tahun
  16. udah puasa sebulan dari TK
  17. setelah Tuhan, Zombi, gue paling takut sama nyokap gue
  18. ga bisa benci/marah/kesel sama orang lama-lama
  19. pengen punya tas Chanel, aseli, pake duit sendiri belinya
  20. pengen kerja di NASA

sekian

ayo berfikiran positif :)

Tulisan ini hanya kumpulan kata-kata yang terpendam di kepala, jika ada kesalahan kata, mohon maaf dan kepada Allah dengan segala kesempurnaanya saya mohon ampun.

Gue pengen banget nulis tentang positif thinking. Tadi, gue abis ng-tweet tentang seorang anak yang ingin masuk ITB, tapi terkendala biaya, kemudian gue ‘berbagi’ cerita tentang dia, siapa tahu ada teman di timeline twitter yang ingin membantu. Kemudian, ada sebuah mention yang cukup bikin gue kaget,

Seseorang : kan lu orang kaya nay?

Terus gue bales,

Gue : -,-“

Dan dijawab sama dia,

Seseorang : bantu pake duit sendiri dulu, biar orang lain termotivasi dan ngasi bantuan.

Gue bales lagi,

Gue : kan gue ga perlu bilang kalo gue bantu

Dan dibales lagi sama dia,

Seseorang : kalau ga bilang ga ada yang tahu

Ini yang membuat gue terpana, seseorang ini memiliki cara berfikir yang positif dan out of the box.

Kenapa gue terpana? Gue sempet dikritik habis-habisan oleh salah seorang temen gue, gue ngerasa dipermalukan banget, sebenernya. Gara-garanya gue menuliskan pandangan gue tentang kesedihan gue melihat banyak temen-temen gue yang berlomba-lomba ikut Indonesia Mengajar, tapi padahal di sekitar kita banyak anak-anak terlantar yang butuh pendidikan, seharusnya kita bisa menjadi guru tanpa perlu menunggu untuk ikut Indonesia Mengajar, padahal Indonesia Mengajar sendiri adalah gerakan yang niatnya untuk membangun rakyat Indonesia lebih peduli dengan pendidikan. Temen gue, punya pandangan lain, dia berfikir kalo gue terlalu sombong, dia juga berfikir gue lagi pamer dengan apa yang telah gue lakukan di SKHOLE. Padahal, tidak sedikit pun niat gue ingin pamer, gue hanya ingin orang-orang sadar bahwa you can do something, walau ga ikut Indonesia Mengajar, lo bisa mulai dari lingkungan terdekat lo sendiri. gue khawatir orang-orang yang ikut Indonesia Mengajar hanya mengejar prestige, bayangin ada 4000-an orang yang ikut Indonesia Mengajar, coba kalo empat ribu-empat ribu itu bisa jadi guru di daerah masing-masing, gue yakin pendidikan Indonesia akan lebih baik lagi ke depannya.

Gue sedih banget waktu di kritik, tapi bagi gue hidup adalah pembelajaran dan detik ini, gue berterimakasih atas kritikan tersebut, gue bersyukur gue dikritik kayak gitu gue malah jadi lebih belajar untuk berfikiran positif. Coba kalo gue marah-marah terus atas kritikan tersebut gue ga bakalan pernah dewasa, karena ga bisa liat sisi positif dari kritikan tersebut, nantinya gue malah uring-uringan sendiri. Sisi positif yang gue dapet gue juga ga boleh men-judge orang lain segampang itu, niat orang siapa yang tahu sih? iyah kan? gue malah seneng karena sudah diingatkan dengan kritikan itu :)

Untuk siapapun yang sering berfikiran negatif terhadap sesuatu (termasuk diri gue sendiri yang masih sering banget negative thinking sama orang lain), mari kita belajar bersama untuk berfikiran positif.

Gue punya suatu kasus. Dulu, gue sering kesel kalo liat artis atau pejabat atau siapapunlah yang ‘pamer’ kalo sedekah harus dilipu sama stasiun televisi, gue mikir mereka terlalu pamer, ngasih ajah pake dipublish di tv, katanya-kan kalo kasih sesuatu tangan kiri ga boleh tahu. Tapi sadar ga? Kalo kita terus berfikiran negatif, kita bakalan rugi sendiri. Kalo menurut gue, saat gue bilang orang-orang yang di tv itu pamer atau sombong atau riya, siapa yang tahu sih niat mereka sebenarnya tulus atau ga saat mereka sedekah, dan nanti malah kita sendiri yang berdosa karena sudah ber-suuzhon dengan mereka. Kalo gue pribadi, gue berusaha mecari segi positif dari apa yang mereka lakukan, gue sendiri melihat mereka sedang memotivasi orang lain untuk berbuat baik kepada sesama. Kadang, manusia itu tidak akan melakukan sebelum ada yang memulai, dan gue rasa mereka (artis/pejabat/siapapun) yang berbuat baik dan kemudian ditontonkan adalah sebenernya untuk menjadi inspirator bagi orang lain, masalah niat mereka baik atau tidak itu mah, biarlah Tuhan yang menilai.

Di sini, bukan berarti nyuruh kalo kita lagi sedekah, terus kita harus pamer dan diumbar-umbar ke orang lain. Bukan! Gue cuman pengen mengajak untuk berfikiran positif atas apa yang kita lihat, karena kadang ga semua yang kita fikir salah, itu salah, dan begitu sebaliknya. Kadang ada tempat-tempatnya kapan kita harus berfikiran negatif dan berfikiran positif. Yah, ga ada ruginya untuk berfikiran positif terhadap yang orang lain lakukan, kalo kita bisa belajar dari mereka, malah lebih baik lagikan?

oh iyah satu lagi, saat banyak kritikan dari orang lain yang menyerang kita, kita harusnya bisa ngeliat sisi positifnya, kalo kata sahabat gue,

'sebenernya saat ada orang lain mengkritik kita, padahal kita sudah niat baik, anggap saja mereka itu iri sama kita, karena kita bisa melakukan sesuatu dan mereka tidak'

jadi intinya, positive thinking is good for ourself. whatever people say, we must keep going on and trust ourself that we do is the right thing.

hidup ini adalah pembelajaran, salah ga apa-apa toh, asal bisa belajar dari kesalahan :)

date a girl who writes

a girl who reads. Date a girl who spends her money on books instead of clothes. She has problems with closet space because she has too many books. Date a girl who has a list of books she wants to read, who has had a library card since she was twelve.

Find a girl who reads. You’ll know that she does because she will always have an unread book in her bag.She’s the one lovingly looking over the shelves in the bookstore, the one who quietly cries out when she finds the book she wants. You see the weird chick sniffing the pages of an old book in a second hand book shop? That’s the reader. They can never resist smelling the pages, especially when they are yellow.

She’s the girl reading while waiting in that coffee shop down the street. If you take a peek at her mug, the non-dairy creamer is floating on top because she’s kind of engrossed already. Lost in a world of the author’s making. Sit down. She might give you a glare, as most girls who read do not like to be interrupted. Ask her if she likes the book.

Buy her another cup of coffee.

Let her know what you really think of Murakami. See if she got through the first chapter of Fellowship. Understand that if she says she understood James Joyce’s Ulysses she’s just saying that to sound intelligent. Ask her if she loves Alice or she would like to be Alice.

It’s easy to date a girl who reads. Give her books for her birthday, for Christmas and for anniversaries. Give her the gift of words, in poetry, in song. Give her Neruda, Pound, Sexton, Cummings. Let her know that you understand that words are love. Understand that she knows the difference between books and reality but by god, she’s going to try to make her life a little like her favorite book. It will never be your fault if she does.

She has to give it a shot somehow.

Lie to her. If she understands syntax, she will understand your need to lie. Behind words are other things: motivation, value, nuance, dialogue. It will not be the end of the world.

Fail her. Because a girl who reads knows that failure always leads up to the climax. Because girls who understand that all things will come to end. That you can always write a sequel. That you can begin again and again and still be the hero. That life is meant to have a villain or two.

Why be frightened of everything that you are not? Girls who read understand that people, like characters, develop. Except in the Twilightseries.

If you find a girl who reads, keep her close. When you find her up at 2 AM clutching a book to her chest and weeping, make her a cup of tea and hold her. You may lose her for a couple of hours but she will always come back to you. She’ll talk as if the characters in the book are real, because for a while, they always are.

You will propose on a hot air balloon. Or during a rock concert. Or very casually next time she’s sick. Over Skype.

You will smile so hard you will wonder why your heart hasn’t burst and bled out all over your chest yet. You will write the story of your lives, have kids with strange names and even stranger tastes. She will introduce your children to the Cat in the Hat and Aslan, maybe in the same day. You will walk the winters of your old age together and she will recite Keats under her breath while you shake the snow off your boots.

Date a girl who reads because you deserve it. You deserve a girl who can give you the most colorful life imaginable. If you can only give her monotony, and stale hours and half-baked proposals, then you’re better off alone. If you want the world and the worlds beyond it, date a girl who reads.

Or better yet, date a girl who writes.
Rosemarie Urquico

tentang SKHOLE (lagi)


Hampir satu tahun saya 'mengurusi' bayi yang bernama SKHOLE, sebentar lagi umurnya bertambah satu. too much word that i must use to write about SKHOLE, but i'll start from,

Apa sih SKHOLE?
Mungkin masih banyak yang belum paham tentang SKHOLE, tentang tujuan yang dibawa, mimpi besar yang dimiliki, sampai apa saja yang dilakukan oleh SKHOLE. Kemunculan SKHOLE berlatarbelakang akibat ketidakpuasan dalam metode implementasi dari sistem pendidikan yang dibuat pemerintah di dunia pendidikan atau dengan kata lain kami berupaya 'mengkritik' implementasi sistem pendidikan yang dibuat pemerintah dengan adanya SKHOLE.

Kami melihat, saat ini sistem pendidikan hanya menghasilkan robot-robot tanpa jiwa, yang tidak bisa memilih apa yang mereka ingin lakukan, kita (anak-anak Indonesia) dipaksa untuk menelan mentah-mentah suapan-suapan pelajaran-pelajaran yang bahkan kita tidak tahu gunanya apa. Kita (katanya) dibiarkan menjadi mesin-mesin industri tanpa jiwa, tanpa hasrat, tanpa keinginan. mungkin tidak semua manusia hasil sistem pendidikan Indonesia, berhasil menjadi robot seperti yang saya katakan, tapi bukankah kebanyakan dari kita seperti itu? Berapa banyak dari kita yang ingin belajar A, tapi kita dipaksa untuk B karena (katanya) B bisa membuat masa depan lebih baik, lebih sukses.

Dengan latar belakang-latar belakang tersebut, SKHOLE diharapkan (suatu saat nanti) menjadi contoh bagi sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Bahwa SKHOLE, diharapkan bisa memanusiakan manusia, manusia yang memiliki keinginan untuk belajar karena mereka ingin, bukan karena mereka harus, amin.

SKHOLE sendiri memiliki tujuan besar lainnya yaitu sebagai wadah pembelajaran bagi masyarakat tentang bidang-bidang keilmuan yang ada di ITB, dimana SKHOLE menjadi sekolah besar, dengan himpunan dan unit sebagai kelas-kelas tempat belajar apapun, dan SKHOLE diharapkan bisa menjadi wadah pengembang karakter mahasiswa ITB itu sendiri. SKHOLE, nantinya, diharapkan menjadi laboratorium bagi mahasiswa ITB untuk berbagi ilmu yang telah mereka dapatkan ke masyarakat di sekitar ITB.

Kenapa namanya SKHOLE?
SKHOLE merupakan bahasa Yunani, artinya waktu luang. SKHOLE pada masa Yunani, adalah cikal bakal dari sekolah atau school yang kita dapatkan sekarang. tapi tentunya, SKHOLE dulu berbeda dengan SEKOLAH saat ini, dulu anak-anak zaman Yunani belajar apa yang mereka ingin belajar dan kepada orang-orang yang memang memiliki keahlian di bidang tersebut, hal yang menarik mereka ber-SKHOLE pada saat waktu bermain mereka. Jadi perbedaan SKHOLE dengan sekolah yang mendasar adalah, belajar yang diinginkan dan pada waktu bermain.
itulah jiwa SKHOLE yang ingin dibawa, kami ingin menanamkan bahwa belajar itu menyenangkan, bahwa kamu seharusnya bisa belajar apapun yang kamu ingin belajar bukan kamu belajar karena kamu harus belajar.

Apa yang dilakukan SKHOLE?
Dari latar belakang yang telah dijelaskan di atas, kami mencoba membantu dari hal yang paling sederhana, mengajarkan passion bahwa belajar itu menyenangkan kepada adik-adik dalam masa perkembangan, yaitu adik-adik sekolah dasar. dimana kami juga berusaha mencoba mencari tahu, 'bakat' apa yang sebenarnya dimiliki oleh adik-adik tersebut, karena kenyataannya tiap-tiap manusia memiliki masing-masing bakat. Sampai pada tahap ini, kami mencoba membagi dua macam kurikulum yang kami gunakan, yaitu kurikulum pendidikan formal dan kurikulum pendidikan nonformal.

Tentang kurikulum pendidikan formal, yang dimaksud di sini adalah kurikulum yang biasa digunakan oleh sekolah-sekolah yang ada di Indonesia. Kami membantu pendidikan adik-adik dari keluarga kuranag mampu, agar bisa belajar lebih baik lagi. Karena kenyataannya, sistem pendidikan Indonesia tidak merata. kenapa saya bilang seperti ini, karena semakin kurang memuaskan kualitas suatu guru, maka dia akan ditugaskan di sekolah dengan predikat kurang memuaskan pula, dan begitupula sebaliknya. Adik-adik kami dari keluarga mampu, hanya mampu bersekolah di sekolah dengan kualitas kurang baik, sehingga sistem pembelajaran mereka kurang baik, dan akibatnya kualitas adik-adikpun jarang sekali yang sebaik adik-adik di sekolah dengan kualitas baik. dengan kurikulum pendidikan formal dengan metode yang berbeda dari sekolah biasa, kami mencoba membantu meng-upgrade adik-adik kami, agar sama berkualitasnya dengan adik-adik yang lain.

Tentang kurikulum pendidikan informal, yang dimaksud di sini adalah, bagaimana adik-adik kami bisa tahu bahwa mereka masing-masing memiliki keunikan. keunikan di sini adalah bahwa setiap manusia di ciptakan berbeda, hakikatnya manusia pasti memiliki satu dari 9 kecerdasan yang ada. karena itu, kami berusaha untuk membantu adik-adik kami, menemukan dan mengasah kecerdasan yang mereka miliki.

Ke depannya?
Saat ini, kami sedang me-redesign sistem kami, karena kami melihat ketidak-feasible-an sistem yang kami jalani dengan kondisi yang ada sekarang. Karena itu kami mencoba membagi menjadi dua kategori pengajar, yaitu, pengajar saja dan kategori yang kedua yaitu, pengajar sekaligus pengendali sistem yang telah ada di SKHOLE. Untuk menjadi pengajar saja, syaratnya sangat mudah, memiliki keinginan untuk berbagi mimpi dan passion. Untuk kategori yang kedua, dia mau belajar untuk mengkritisi implementasi sistem pendidikan Indonesia dengan bergabung dalam sistem kami sekaligus dia mau berbagi mimpi dan passion miliknya kepada orang lain.

Kategori kedua, kami menyebutnya Agent of Education. merekalah orang-orang yang nantinya meneruskan mimpi besar SKHOLE ini, menghasilkan suatu sistem yang ideal dan sustainable, orang-orang yang memiliki passion tentang pendidikan dan mau meluangkan lebih banyak lagi waktunya untuk mengkritisi, mengkaji, dan memberikan solusi mengenai implementasi metode sistem pendidikan yang ideal. semua orang yang ingin menjadi Agent of Education bisa langsung mendaftar melalui himpunannya masing-masing. fungsi Agent of Education ini, tidak hanya sebagai badan pengurus, tetapi dia jugalah nantinya yang menjadi perpanjangan tangan antara SKHOLE dengan himpunan, dan begitu pula sebaliknya. Agent of Education ini jugalah yang nanti yang menjadi koordinator untuk teman-teman himpunannya, yang ingin menjadi pengajar saja. dengan adanya Agent of Education ini, bentuk koordinasi, kerjasama, dan kolaborasi antara SKHOLE dengan himpunan, bisa berjalan dengan maksimal. teman-teman himpunan bisa belajar tentang sistem kami, dan kami pun juga bisa belajar tentang sistem forum kakak asuh atau rumah belajar yang dimiliki himpunan. diharapkan, cita-cita besar kami, yaitu SKHOLE sebagai sekolah besar dengan himpunan dan unit-unit sebagi kelas-kelas kami, bisa tercapai, 5 tahun ke depan.

SKHOLE terkendala...
mungkin, masih muda-nya umur SKHOLE, tidak bisa dijadikan alasan atas kegagalan SKHOLE satu tahun ini. tapi kenyataannya kami masih belajar, mungkin kalimat,'karena kampus ini merupakan tempat belajar' bisa dijadikan pembenaran atas kegagalan satu tahun ke belakang. bentuk kegagalan atau evaluasi yang ke depannya diharapkan bisa menjadi pembelajaran untuk kepengurusan selanjutnya, yaitu sistem pengolahan sumber daya pengajar yang masih belum baik, mungkin akibat terlalu banyak aktivitas yang dibebankan di pundak mahasiswa ITB saat ini, menjadi alasan sedikit sekali resource yang mampu bertahan sampai detik ini, kekonsistenan untuk tetap mengajar diharapkan ke depannya mampu di atasi.

harapan kami ke depannya!
SKHOLE yang sustainable dengan segala kemandirian sistem yang sudah ada, merupakan harapan terbesar kami, semoga walau 'hanya' sebagai salah satu program kerja Kementrian Pengabdian Masyrakat, tidak menjadi batasan, halangan, atau rintangan bagi kami untuk terus maju meraih tujuan besar kami yang tentunya juga untuk kebaikan-kebaikan adik-adik asuh kami, yang kelak suatu saat nanti merupakan generasi-generasi pemimpin bangsa ini.

sedikit cerita tentang SKHOLE yang saya rasakan hampir satu tahun kemarin. semoga 'bayi' ini terus tumbuh menjadi lebih kuat, cerdas, kritis, dan mampu membahagiakan orang-orang disekitarnya. masih banyak yang perlu dibenahi dari SKHOLE, dan kami tidak bisa sendirian. butuh lebih banyak kepala dan jiwa, yang mampu membawa arah gerak SKHOLE lebih baik ke depannya. semoga, setelah membaca ini, makin banyak orang yang tergugah untuk membantu pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik lagi, karena sudah merupakan janji kemerdekaan kita, bahwa kita harus mencerdaskan kehidupan bangsa (UUD 1945). amin.

semesta adalah sekolah, dan semua makhluk adalah guru.

untuk Tuhan, Bangsa, dan Almamater

salam hangat
Nayasari Aissa
(masih) Kepala Sekolah SKHOLE

Solar Dynamics Observatory


jadi ini adalah bahan presentasi dari mata kuliah Fisika Matahari. topiknya menarik yaitu tentang satelit dari NASA namanya Solar Dynamics Observatory atau disingkat SDO.

SDO sendiri dilaunching pada tanggal 11 Februari 2010, baru satu tahun. SDO memiliki misi mengamati ativitas matahari dan hasilnya yaitu berupa solar weather. sedikit penjelasan tentang solar weather, sebenernya ini bukan tentang cuaca matahari panas atau dingin seperti yang kita amati di bumi, tapi tentang medan magnet, solar wind, solar flare, dan macam-macam hasil dari aktivitas matahari di lapisan heliosphere, yaitu lapisan antara bumi dan matahari. SDO sendiri memiliki misi yang hampir sama dengan SOHO, tetapi dengan kemampuan yang jauh lebih hebat dibandingkan SOHO. SDO mampu menghisalkan citra setiap 10 sekon, selain itu SDO mampu mengetahui struktur permukaan dalam matahari. SDO sendiri memiliki lifetime sekitar 5 tahun 3 bulan, tetapi diharapkan tetap mampu bertahan dengan bahan bakar yang dipersiapkan hingga 10 tahun. SDO ini juga merupakan program pertama dari badan antariksa amerika (NASA) yaitu program Living With A Star.
SDO memiliki 3 instrumen yang dibawanya yaitu :
  • Atmospheric Imaging Assembly (AIA) yaitu 4 buah teleskop yang didesine untuk mengambil gambar permukaan dan atmosfer dengan 10 poanjang gelombang yang berbeda sehingga saat citra yang diambil akan berbeda warna pula.
  • kemudian ada Extreme Ultraviolet Variability Experiment atau disingkat EVE memiliki fungsi untuk mengetahui fluktuasi dalam keluaran sinar ultraviolet dalam tingkatan tinggi, sinar ultraviolet tingkat ekstrem (EUV) susah untuk diekspektasi sehingga mereka (peneliti) mengharapkan dapat menggunakan EVE untuk mengukurnya. dan yang terakhir adalah
  • Helioseismic and Magnetic Imager (HMI) yang fungsinya mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan medan magnet dari matahari yang nantinya akan mempengaruhi bumi.
tentang HMI, saya melakukan cukup banyak pendalaman di sini, karena ini bahan presentasi saya. Helioseismic inilah merupakan alat tercanggih di SDO karena mampu menerka isi permukaan matahari dengan menggunakan prinsip seismik yang dilakukan oleh ahli geologi di bumi, yaitu mengukur permukaan bumi, kemudian dari data yang di dapat data dapat dilaukan intepretasi sehingga bisa diketahui struktur bumi seperti, dan helioseismic ini memiliki prinsip yang sama. pada bagian heliosfer diambil data kemudian struktur kedalaman matahari dapat diketahui. kemudian fungsi dari HMI lainnya adalah, pada instrumen ini terdapat kamera yang dapat mengambil citra matahari dengan menggunakan medan magnet yang terdapat dimatahari, sehingga sunspot dapat diamati dengan jelas dan dengan diketahuinya sunspot peneliti dapat mengetahui aktivitas-aktivitas matahari lainnya, termasuk solar wind yang sering kali mempengaruhi bumi. melalui HMI ini pula, dapat dianalisis aurora yang merupakan hasil dari aktivitas solar wind yang bertumbukkan dengan medan magnet bumi.

sangat menarik bukan tentang SDO ini, ternyata NASA telah merancang alat yang luar biasa hebat yang dapat digunakan untuk mengetahui aktivitas matahari dan hasilnya yang dapat memepengaruhi aktivitas di bumi pula. jika ada kesalahan silahkan di koreksi, karena saya juga masih belajar. semoga bermanfaat :)

sumber bacaan : website NASA dan buku panduan tentang Solar Dynamics Observatory

top