seandainya

ntah kenapa, akhir-akhir saya jadi sensitif sekali dengan pengendara mobil, yang sembarangan (buat temen-temen yang merasa membawa mobil tidak perlu merasa tersinggung jika tidak sembarangan mengendarainya), apalagi pengendara mobil yang mengantar jemput anaknya di sekolah sebelah komplek perumahan kostan saya, semrawutnya minta ampun, kalo jam datang sekolah dan pulang sekolah, macetnya bukan main, tidak terbayangkan oleh saya jika ada orang sekarat yang harus lewat jalan itu, bisa keburu meninggal di jalan, karena macet

kesensitifan ini bertambah karena saya sering kesulitan menyebrang jalan, padahal saya telah sebisa mungkin mengikuti aturan untuk menyebrang jalan di zebra cross, dulu waktu saya masih sd, saya diajarkan oleh ibu dan guru saya untuk menyebrang di zebra cross, agar taat peraturan, kadang saya melakukannya jika ada zebra cross untuk menyebrang jalan, kadang saya harus menunggu sampai 3 menitan loh, hanya untuk menyebrang jalan karena tidak ada mobil yang ingin mengalah, yah mungkin mereka semua sedang terburu-buru

kalau pulang kuliah, saya juga lebih prefer untuk jalan kaki, dari kampus ke kostan saya, cukup jauh yaitu ITB-dago asri, ancaman besarnya betis saya, tidak menyurutkan keinginan saya untuk berjalan kaki daripada harus berdiam diri di angkot yang berjalan merayap, selain kadang saya merasa malu sekali, jika memberhentikan angkot di sembarang tempat, padahal bukan tempat pemberhentiannya

sayalah, pengguna angkot, yang sebenernya sering membuat macet jalan, macetnya jalanan bukan murni kesalahan pengendara angkot, sayalah yang tidak mengikuti aturan untuk memberhentikan angkot bukan pada tempatnya, tapi apa daya, minimnya halte di kota Bandung, membuat pengguna angkot harus memberhentikan angkot disembarang tempat

saya jadi ingat, hari kamis yang lalu, saya ikut kumpul GH dengan pembicara dari KSK (komunitas sahabat kota), pembicaranya membicarakan tentang iceberg analysis, tentang suatu keadaan (event), kadang yang seharusnya diubah bukan menambahkan suatu fasilitas atau mengurangi fasilitas untuk memperbaiki keadaan tersebut, misal,
jika kita ingin menghentikan kemacetan, bukan hanya diperlebarnya jalan atau di tambahkannya halte, tetapi yang paling utama atau yang paling dasar adalah menyadarkan tiap-tiap individunya untuk melakukan sesuatu dengan peraturan yang berlaku, yaitu memberhentikan angkot tepat di halte.

saya jadi kepikiran, sebenarnya fungsinya diadain Dago Car Free Day itu, bukan cuman buat orang-orang Bandung biar ada lahan buat olahraga tiap minggu pagi, tapi sebenernya lebih ke PENDIDIKAN SECARA TIDAK LANGSUNG untuk meminimalkan penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil dan lebih memilih untuk berjalan kaki atau naik sepeda, gitu loh kalau menurut saya, hehe,

jadi intinya, mah, mari kita membenahi diri kita masing-masing dulu, ayo berbuat lebih baik lagi buat diri kita sendiri dan orang lain \m/

0 komentar:

top